Melawan, Ruhut Sitompul ibaratkan Ibas seperti tukang parkir
Ruhut Sitompul ibaratkan Ibas seperti tukang parkir. Sikap politik Ruhut Sitompul yang memilih mendukung Basuki T Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat membuat elite Demokrat meradang.
Sikap politik Ruhut Sitompul yang memilih mendukung Basuki T Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat membuat elite Demokrat meradang. Kali ini, Ketua Fraksi Demokrat di DPR Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) tegaskan, semua kader partai harusnya taat kepada keputusan partai mengusung Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.
Menanggapi imbauan Ibas, Ruhut tak segan menyerang balik ketua-nya di DPR itu. Ruhut menyebut permintaan Ibas agar dirinya mundur dari keanggotaan partai Demokrat bak seorang tukang parkir.
"Aku hanya bilang, dimana negara ini apalagi partai politik mau maju kalau cara berfikir tokohnya seperti tukang parkir. Karena hanya pekerjaan tukang parkir lah yang mengatakan mundur-mundur, kiri-kiri kanan, setop, gopek bang. Iya (Ibas) kayak tukang parkir," kata Ruhut saat dihubungi, Rabu (28/9).
Ruhut menyebut, kritikan pedas dari kolega-koleganya itu membuktikan mereka tidak berani memecatnya. Dia juga mengklaim jika Demokrat berani memecatnya, maka dipastikan Ahok akan menang. Sebab, Ruhut mengaku akan ikut serta menjadi juru kampanye Ahok.
"Jadi, kenapa mereka mengatakan demikian, karena mereka enggak berani mecat aku. Karena kalau mereka pecat aku, Ahok bisa kebayang kalau Ahok menang, partainya selesai enggak 2019. Pak SBY saja enggak mau pecat Ruhut. Karena dia tahu Ruhut kader yang enggak ada tandingannya di Demokrat," tegasnya.
Bahkan, Ruhut sesumbar Demokrat tak berani memecatnya karena dia adalah kader terbaik. Dicontohkannya, saat Pilpres 2014 lalu, Ruhut mendukung Joko Widodo dan berbeda pandangan dengan partainya yang mendukung Prabowo. Tetapi, dia terlepas dari sanksi pemecatan.
Bukti lain, lanjutnya, SBY memberikan jabatan-jabatan strategis di partai, yakni juru bicara dan koordinator Polhukam. Terbaru, saat Ruhut dicopot dari juru bicara, posisi tersebut malah diambil alih langsung oleh SBY. Hal itu, kata Ruhut, membuktikan tidak ada kader yang mampu menempati posisi tersebut.
"Contohnya, Pilpres 2014, partai dukung Prabowo, aku Jokowi, Jokowi menang. Udah itu Kongres di Surabaya, aku jadi jubir dan jadi Polhukam. Tapi karena penjilat-penjilat ini minta Ruhut jangan jadi pembicara, yang gantiin aku siapa, ya Pak SBY. Artinya Pak SBY, kalian minta gantikan Ruhut, apa kalian mampu enggak jadi koordinator," klaimnya.
Atas desakan Ibas, Ruhut menegaskan, tidak akan mundur dari Demokrat atau pindah ke parpol lain. Anggota komisi III ini menyebut Demokrat adalah partai pertama dan terakhirnya. Dia meminta agar tidak menyamakan dirinya dengan Boy Sadikin.
"Aku tidak akan mundur. Aku mundur kalau dipecat. Demokrat bukan partai aku yang pertama tapi partai terakhir," pungkasnya.