Menakar kemampuan Airlangga Hartarto pimpin Golkar
Menakar kemampuan Airlangga Hartarto pimpin Golkar. Rapat pleno DPP Golkar memutuskan Airlangga Hartarto mengisi kekosongan kursi ketua umum yang ditinggalkan Setya Novanto pasca ditahan KPK karena kasus e-KTP. Rencananya, pengukuhan Airlangga jadi ketum dilakukan di Munaslub pada 19 Desember nanti.
Rapat pleno DPP Golkar memutuskan Airlangga Hartarto mengisi kekosongan kursi ketua umum yang ditinggalkan Setya Novanto pasca ditahan KPK karena kasus e-KTP. Rencananya, pengukuhan Airlangga jadi ketum dilakukan di Munaslub pada 19 Desember nanti, jika tak ada kader Golkar yang mau melawan menteri Perindustrian itu.
Dukungan kepada Airlangga untuk memimpin Golkar diyakini tak terbendung. Bahkan tak ada yang mampu melawan Airlangga dalam munaslub nanti.
"Terpilihnya Airlangga ini bukan sesuatu yang mengagetkan, karena umumnya yang menjadi Ketum Golkar ada dalam radar kekuasaan, contohnya JK yang saat itu jadi Wapres mengalahkan Akbar Tandjung, juga Aburizal Bakrie, dan SN saat itu mendapatkan restu dari kekuasaan," ucap Direktur Eksekutif Indo Barometer, Burhanuddin Muhtadi, dalam diskusi Menakar kepemimpinan Airlangga Hartato untuk kebangkitan Partai Golkar di RM Ayam Goreng Suharti, Jl Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu (16/12).
Burhanuddin melanjutkan, segmentasi pemilih Golkar juga didominasi dengan massa yang memiliki kedudukan tinggi. Massa pemilihnya pun, kata Burhan, menginginkan posisi pucuk tertinggi Partai Beringin itu berada pada radar kekuasaan.
"Jadi di Golkar restu kekuasaan itu bukan hal yang haram, dengan doktrin kekaryaan, massanya menginginkan dari radar kekuasaan, kita lihat umumnya pemilih Gokar adalah priyayi," tuturnya.
Lebih lanjut, dengan figur Airlangga yang dapat diterima semua faksi membuatnya dapat memborong suara yang banyak. Dengan itu, kata Burhan, calon ketua umum tandingannya akan sia-sia melawannya.
Pada rapat pleno DPP Golkar Kamis (13/12) lalu, Politisi Golkar Aziz Syamsudin mengundurkan diri saat mencalonkan Caketum. Mundurnya Aziz beralasan bahwa dirinya tak ingin membuat suasana gaduh.
"Airlangga mendapat dukungan sedemikian kuat dari luar dan dalam yang membuat calon lawannya jiper duluan, mereka merasa melawan Airlangga seperti buang garam di lautan," pungkas Burhanuddin.
Namun, ada juga yang meragukan kemampuan Airlangga memimpin Golkar. Pengalaman politik yang dimiliki Airlangga menjadi salah satu keraguan tersebut.
Peneliti Senior Para Syndicate Jakarta, FS Swantoro mengatakan, Airlangga memiliki pengalaman yang kurang dalam organisasi politik. Dia membandingkan dengan kemampuan Akbar Tandjung yang memiliki pengalaman politik kuat.
"Contoh '98 Partai Golkar itu seperti mau dibubarin, 2004 dia malah menang kok. Kalau dilihat ini karena sentuhan tangan si Akbar Tandjung tadi, gitu. Hartarto jauh loh di bawah Akbar Tanjung, ini hanya untuk contoh, dia (Hartarto) bukan petarung, Akbar Tanjung lebih petarung," nilai Kusworo di Jakarta.
Sementara itu, dari beberapa calon Ketua Umum Partai Golkar seperti Airlangga Hartarto, Titiek Soeharto dan Idrus Marham, dirinya lebih condong terhadap Titiek yang dinilai mempunyai keturunan pemimpin sama halnya seperti orang tuanya yaitu Soeharto.
"Kalau saya lebih melihat Mbak Titiek. Mengapa, bapaknya itu jagoan loh dalam hal taktik dan strategi, seorang Jenderal, pasti ada apa gen-gen yang turun kepada anaknya. Yang kedua dia tidak pernah menjabat pemerintah dia bukan birokrat, untuk sebagai Ketua Umum partai, dia (Titiek) lebih cocok," ucapnya.
"Hartarto ini Menteri tapi nanti Ketua Umum, bagaimana dia mau ke lapangan, pasti susah, dari segi waktu saja ngaturnya sudah susah. Kalau saya pribadi Mbak Titiek lebih cocok, karena dia bukan pejabat penyelenggara negara, sehingga untuk turun ke lapangan jauh lebih luwes," sambungnya.
Hal itu diyakinkan oleh Swantoro bahwa Titiek bisa seperti Soeharto karena dirinya melihat atau menyamakan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Saya membandingkan misalnya pak Prabowo, pak Prabowo bapaknya juga begawan ekonomi, dia juga punya anak ini (Prabowo) punya gen seperti itu, Titiek pun kalau diberikan kesempatan bisa dia. Jadi menurut saya yang lebih cocok itu ya mbak Titiek," yakinnya.
Jika nantinya Titiek maju, terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar, maka dirinya ingin agar Titiek bisa memilih Sekretaris Jenderal yang mampu atau sudah menguasai organisasi secara baik dan bagus.
"Yang kedua harus mencari Sekjen yang bagus karena Sekjen ini juga menguasai organisasi kalau saya misalnya pasangan Mbak Titiek dengan Dedi Mulyadi itu ideal banget, untuk saat ini ideal banget, kita bicara ideal sering kali yang ideal itu tidak tercapai," ujarnya.
Jika nantinya Airlangga tetap terpilih menjadi Ketum Golkar melalui jalur aklamasi, maka itu akan mempengaruhi elektabilitas Partai Golkar dalam menuju Pilkada 2018 dan Pilpres 2019. Dia yakin, di bawah Airlangga, Golkar akan turun di bawah 10 persen.
"Turun, turun itu bisa di bawah 10 persen, kalau sekarang masih di atas 10 persen, akan di bawah 10 persen prediksi saya. Jadi kalau tadinya dua dijit, sekarang hanya satu dijit, kalau misalkan jadi aklamasi," katanya.
Baca juga:
Jawab kritik Priyo, Ketua DPP sebut Golkar butuh nahkoda
Ketua DPP Golkar ini yakin dukungan buat Ridwan Kamil bakal dicabut
Elektabilitas Golkar turun di hasil survei, Airlangga harus punya terobosan baru
Setnov lengser & Airlangga jadi Ketum, sorotan publik ke Golkar bakal menurun
'Mereka yang mau lawan Airlangga seperti buang garam di lautan'
Golkar harus sasar pemilih muda dan kampanyekan antikorupsi
Airlangga sebut Jokowi bakal hadiri Munaslub Golkar
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.