'Mereka yang mau lawan Airlangga seperti buang garam di lautan'
'Mereka yang mau lawan Airlangga seperti buang garam di lautan'. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar adalah hal yang wajar. Sebab, tiap calon ketua Umum Golkar yang maju tak lepas dari radar penguasa.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar adalah hal yang wajar. Sebab, tiap calon ketua Umum Golkar yang maju tak lepas dari radar penguasa.
Airlangga pun saat ini masih menjabat Menteri Perindustrian. Saat mencalonkan Caketum Golkar, dirinya meminta restu kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Terpilihnya Airlangga ini bukan sesuatu yang mengagetkan, karena umumnya yang menjadi Ketum Golkar ada dalam radar kekuasaan, contohnya JK yang saat itu jadi Wapres mengalahkan Akbar Tandjung, juga Aburizal Bakrie, dan SN saat itu mendapatkan restu dari kekuasaan," ucap Burhanuddin dalam diskusi Menakar kepemimpinan Airlangga Hartato untuk kebangkitan Partai Golkar di RM Ayam Goreng Suharti, Jl Kapten Tendean, Mampang, Jakarta Selatan, Sabtu (16/12).
Burhanuddin melanjutkan, segmentasi pemilih Golkar juga didominasi dengan massa yang memiliki kedudukan tinggi. Massa pemilihnya pun, kata Burhan, menginginkan posisi pucuk tertinggi Partai Beringin itu berada pada radar kekuasaan.
"Jadi di Golkar restu kekuasaan itu bukan hal yang haram, dengan doktrin kekaryaan, massanya menginginkan dari radar kekuasaan, kita lihat umumnya pemilih Gokar adalah priyayi," tuturnya.
Lebih lanjut, dengan figur Airlangga yang dapat diterima semua faksi membuatnya dapat memborong suara yang banyak. Dengan itu, kata Burhan, calon ketua umum tandingannya akan sia-sia melawannya.
Pada rapat pleno DPP Golkar Kamis (13/12) lalu, Politisi Golkar Aziz Syamsudin mengundurkan diri saat mencalonkan Caketum. Mundurnya Aziz beralasan bahwa dirinya tak ingin membuat suasana gaduh.
"Airlangga mendapat dukungan sedemikian kuat dari luar dan dalam yang membuat calon lawannya jiper duluan, mereka merasa melawan Airlangga seperti buang garam di lautan," pungkas Burhanuddin.
Baca juga:
Golkar tuding ada intervensi penguasa dalam kasus e-KTP
Wasekjen Golkar minta KPK dan Setnov ungkap semua nama terlibat kasus e-KTP
Airlangga diyakini akan buat Golkar jeblok, lebih baik Titiek Soeharto
Agung Laksono minta pengurus Golkar 60 persen wajah baru 40 persen lama
Gelar pleno, Dewan Pakar minta Airlangga ubah semua pengurus Golkar
Ketua SC sebut pintu terbuka bagi kader yang mau maju dalam Munaslub
DPD Golkar Jabar akan sampaikan penolakan Ridwan Kamil di Rapimnas
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.