Militansi kader partai diragukan jika PDIP usung Ahok jadi Cagub DKI
Beredar video bila DPD PDIP menolak Ahok jadi cagub DKI Jakarta
Sikap PDIP yang belum menentukan calon gubernur DKI dalam pilkada DKI mendatang menimbulkan banyak spekulasi dan perhitungan politik bagi partai-partai lain. Di kalangan internalpun menguat nama Ahok-Djarot yang akan dideklarasikan dalam waktu dekat.
"Enggak ada itu. Percayalah, PDIP pilih cagub yang bisa membuat kader dan akar rumput jadi militan dan mau bangun pagi-pagi ke TPS. Dan bukan militansi teman-temanan. Pemilih mayoritas etnis Jawa dan Sunda, rasionalnya cagub harus orang Jawa atau Sunda kalau PDIP ingin menang," ujar Direktur Eksekutif Pusat Kajian (Pusaka) Trisakti, Fahmi Habsy seperti dilansir dari Antara, (18/8).
Ia mengaku mendapat info dari elit salah satu petinggi partai pendukung Ahok, jika PDIP berani mengusung kader partai sendiri maka salah satu partai yang mendukung Ahok ini akan berbalik membelot mendukung cagub PDIP. Ahok akan ditinggal salah satu partai pendukungnya sehingga menyebabkan tidak bisa mencalonkan diri.
"Otomatis Ahok tidak bisa maju cagub, karena tidak cukup kursi," ujar politisi PDIP yang pernah beradu puisi dengan Fadli Zon dalam masa Pilpres 2014 itu.
Ketika ditanyakan bagaimana bila PDIP memilih Ahok sebagai cagub untuk dipasangkan Djarot, fungsionaris Badiklat DPP PDIP ini mengatakan itu sebuah tragedi. Ketika PDIP sedang membangun loyalitas, pendidikan politik dan sekolah kader yang disiapkan menelurkan pemimpin-pemimpin daerah, kemudian malah mengusung calon gubernur Ahok.
Fahmi mengaku, belum masuk akal jika partai militan dan ideologis PDIP kemudian menempatkan kehormatan dan posisi tawar politik tinggi hanya mengusung kader untuk menjadi cawagub. Kemudian malah mengusung Ahok sebagai calon gubernur yang diketahui rekam jejaknya terbiasa melakukan avonturisme politik dengan berpindah-pindah partai.
"Kalau memang sudah kepepet dan ketika menengok di belakang PDIP hanya tembok, ya apa boleh buat Ahok dijadikan cawagub. Bisa Djarot-Ahok, Risma-Ahok, atau siapapun kader PDIP dengan cawagub Ahok," pungkasnya.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 putaran kedua dilaksanakan? Pemungutan Suara Putaran Kedua (19 April 2017):Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Apa tugas Ahmad Sahroni di Pilgub DKI Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
Baca juga:
Djarot soal diduetkan dengan Ahok: Indikasi kuatnya ke sana
Ruhut dukung Ahok: Kalau memang Risma jago tarung di Jakarta
Sindir Saefullah, Ahok tantang melawan terang-terangan jika tak puas
PDIP sebut hal wajar partainya berbeda sikap soal Ahok
Hasto sebut hubungan PDIP dan Ahok kini positif
Ahok bongkar ulah Saefullah: Dia lebih bahaya