Pakar politik Untag Surabaya sebut Gus Ipul sudah punya pondasi pimpin Jatim
Jika jadi Gubernur, Gus Ipul tinggal meneruskan kebijakan-kebijakan yang ada. Untuk Khofifah, dia akan memulai dari awal, mulai dari pembuatan pondasi pemerintahan hingga kebutuhan sumber daya manusia (SDM).
Calon Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf dinilai lebih memasyarakat dibandingkan Calon Gubernur, Khofifah Indar Parawansa. Pasangan nomor urut satu dinilai memiliki tipe serius dan kurang memasyarakat.
"Gus Ipul itu orangnya mudah bergaul, humoris, populis dan memiliki nilai-nilai kemasyarakatan lebih tinggi. Kalau Khofifah tipe orang yang serius," kata Pakar Politik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Prof Dr Agus Sukristyanto, MS kepada Merdeka.com, Senin (9/4).
-
Kapan Yusuf mulai beternak itik? Ahmad Yusuf (22) sudah mulai beternak itik sejak usianya masih 15 tahun.
-
Kapan Sahrul Gunawan diwisuda? Alhamdulillah, guys! Hari ini, Selasa, 21 November 2023, setelah sukses banget lulus sidang tesis bulan April kemarin, kita semua merayakan Wisuda Magister Ilmu tafsir Al Quran universitas PTIQ yang pertama.
-
Apa pesan utama yang disampaikan Gus Ipul dalam acara Malam Nuzulul Quran di Kota Pasuruan? Dalam momentum ini, Wali Kota Pasuruan, Saifullah Yusuf atau biasa disapa Gus Ipul ini mengingatkan kepada THL, Tenaga Kontrak, PPPK dan pejabat eselon III yang hadir untuk selau meminta pertolongan Allah SWT dalam segala urusan terutama dalam hal memajukan Kota Pasuruan.
-
Apa yang dilakukan Yusuf bersama Ikram Rosadi? Sejak datang ke klinik, Yusuf seakan tak terpisahkan dengan sang ayah sambung yang menyemangatinya sebelum disunat.
-
Apa yang Yusuf Mannagalli Parawansa lakukan saat kuliah? Ia tak malu memasang rengkek di motornya demi membawa barang dagangannya.
-
Apa pesan utama Gus Ipul di Hari Pahlawan? “Indonesia merupakan pasar yang besar dan dikaruniai begitu banyak sumber daya alam yang luar biasa. Inilah tantangan yang sesungguhnya bagi generasi penerus untuk mengelola kekayaan alam dan juga potensi penduduk Indonesia bagi kejayaan Bangsa dan Negara,” ujar Gus Ipul.
Agus menuturkan, kedua pasangan calon (Paslon) Gubernur ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun segmentasi yang terbangun terhadap kedua pasangan calon ini sama, yakni nahdliyin, baik santri maupun santriwati. Untuk memimpin Jawa Timur, Gus Ipul dan Khofifah bakal menerapkan sistem yang berbeda.
Sistem pendekatan yang dilakukan akan berbeda, Gus Ipul lebih fleksibel dengan mengacu kepada aturan-aturan yang ada. Sedangkan Khofifah bakal terkesan kaku dalam menyikapi persoalan di Jawa Timur.
"Kalau melihat masyarakat di Jatim, untuk yang pemimpin serius kebanyakan disukai hanya di perkotaan, tetapi pimpinan yang humoris dan memasyarakat lebih disukai masyarakat Jatim yang berada di pelosok daerah," ujarnya.
Kedua paslon ini harus menunjukkan kepandaiannya dalam merayu hati masyarakat. Untuk itu, program-program yang ditunjukan harus realistis dengan melihat kondisi masyarakat dan keadaan anggaran keuangan pemerintah provinsi. Saat ini, dari kedua pasangan calon nomor urut satu maupun nomor urut dua, program yang terlihat di tengah masyarakat dari calon nomor urut dua.
Gus Ipul yang memiliki nomor urut dua sudah membuktikan diri melakukan pembangunan di Jatim. Jika jadi Gubernur, Gus Ipul tinggal meneruskan kebijakan-kebijakan yang ada. Untuk Khofifah, dia akan memulai dari awal, mulai dari pembuatan pondasi pemerintahan hingga kebutuhan sumber daya manusia (SDM).
"Kalau Gus Ipul itu sudah memiliki pondasi dalam pembangunan di Jatim, kalau Khofifah semua harus memulai dari awal," terang Agus.
Jika merunut fakta kepemimpinan terdahulu, tipe seperti Gus Ipul yang dicari masyarakat. Hal ini bisa terlihat dari model pemerintahan yang dilakukan Presiden Abdurrahman Wachid atau Gus Dur. Salah satu pimpinan Indonesia ini lebih mengedepankan kemasyarakatan dari pada serius. Karena sosok kemasyarakatan lebih bisa diterima dari pada model yang lain.
Dalam sistem kemasyarakatan, lanjut Agus, dipakai juga oleh Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia. Islam masuk ke Indonesia sejak zaman kerajaan, yang dipergunakan adalah sikap fleksibel terhadap budaya, bukan sikap serius dengan ketegasan aturan. Dengan sistem fleksibel maka tidak ada perpecahan atau konflik yang mengatasnamakan agama, dengan melawan budaya.
"Lihat saja Islam garis moderat lebih diterima. Masyarakat lebih memilih yang tidak serius tetapi memilih pimpinan yang mampu untuk bermasyarakat," ujar dia.
(mdk/hhw)