'PDIP gadis menawan, Golkar & Gerindra gadis malu-malu kucing'
Jika PDIP tak mau berkoalisi, dipastikan program-program Jokowi akan habis dihajar di parlemen.
PDI Perjuangan sedang sibuk-sibuknya melakukan penjajagan koalisi untuk mengusung capres. Sebetulnya PDIP bisa mengajukan pasangan sendiri tanpa harus berkoalisi karena versi exit poll partai berlambang banteng moncong putih itu bisa meraup 20 persen kursi DPR yang secara undang-undang bisa mengajukan pasangan sendiri.
Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi berpendapat, jelang 82 hari menuju pemilihan presiden, begitu banyak manuver dilakukan para elit-elit parpol untuk penjajagan koalisi. Dari semua parpol, PDIP ibaratnya seorang gadis yang bisa memikat perhatian parpol-parpol lain. Namun, PDIP sebaiknya tidak tinggal diam saja tetapi aktif membangun komunikasi dengan parpol-parpol lain seperti Nasdem, PAN dan PKB.
"Jika nantinya hanya PDIP yang sendirian memimpin Indonesia, dipastikan banyak kekuatan politik di parlemen yang akan menyabot program-program pembangunan prokerakyatan yang digagas Jokowi dan PDIP," ujar dia saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Jumat, (11/4).
Jika PDIP ibarat gadis menawan, Pengajar Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan Universitas Diponegoro Semarang itu menilai, Partai Gerindra dan Golkar masih seperti gadis yang malu-malu kucing. Yang mana kesannya mau tapi pasif tidak mendekati partai-partai lain.
PDIP yang menurut hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei menduduki posisi jawara dengan raihan suara 19,8 persen bahkan menurut hitungan exit pool mampu meraup 20 persen dari jumlah kursi DPR. PDIP mampu mengajukan sendiri pasangan capres-cawapres sendiri tanpa perlu berkoalisi dengan parpol-parpol lain.
"Membangun pemerintahan yang kokoh dan stabil diperlukan pula dukungan kuat dari parlemen," tegas dia.
Sehingga, lanjut Ari, sangat wajar jika PDIP tetap perlu menjalin silahturahim politik dengan parpol lain mengingat terjadinya kesamaan platform perjuangan.
"Harus diingat nantinya, pemilih Jokowi akan datang dari para simpatisan dan kader-kader dari partai lain selain PDIP. Pengalaman Pemilu 9 April lalu, masih banyak pemilih di pelosok-pelosok tanah air mencari gambar Jokowi di kertas suara. Padahal memang mantan Walikota Solo ini tidak nyaleg," tutur Ari.
Koalisi yang dirancang PDIP, kata Ari, hendaknya tidak berdasar bagi-bagi kursi menteri atau kental bersifat transaksional. Pengalaman SBY yang menang di dua periode pemilu sebelumnya harus dijadikan pelajaran.
"Banyak parpol yang diajak koalisi pun juga tidak elok karena postur kabinet menjadi tambun akibat politik akomodatif parpol penguasa pemilu. PDIP harusnya berkonsentrasi untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah yang berada di titik nadir," jelas Ari.
"Jokowi harus mengemban amanah rakyat untuk membuktikan kalau pemerintahnya tidak korup, tidak nepotisme dan tidak PDIP sentris. Harusnya anak-anak bangsa yang bervisi kerakyatan namun berjiwa bersih harus direkrut di kabinet Jokowi. PDIP harus membalik stigma di masyarakat kalau kelasnya bukan macan Asia tetapi macan dunia. Nanggung kalau kelasnya Asia," tutupnya.