PDIP Tuding JK-SBY-Paloh Ambisi Jadi King Maker, Demokrat: Demi Perbaiki Bangsa
Politisi PDIP Andreas Hugo Pareira menyinggung pertemuan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Wakil Presiden ke-10 Jusuf Kalla (JK) di Cikeas sebagai ambisi menjadi 'king maker'.
Politisi PDIP Andreas Hugo Pareira menyinggung pertemuan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Wakil Presiden ke-10 Jusuf Kalla (JK) di Cikeas sebagai ambisi menjadi 'king maker'.
Partai Demokrat menilai keliru jika pertemuan SBY dan JK diartikan sebagai ambisi untuk menjadi 'king maker'. Demokrat berkeyakinan silaturahim dua tokoh bangsa itu dilandasi niat untuk berkontribusi pada perbaikan bangsa.
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Surya Paloh mengenai jatah menteri di kabinet? "Saya kira Pak Prabowo pasti sudah punya rumusan sendiri yang itu sudah rumusan, itu sudah muncul pembicaraan antara ketua umum partai politik terutama yang di Koalisi Indonesia Maju," kata Doli, saat diwawancarai di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (25/4).
"Pasti keliru jika memandang bahwa pertemuan Pak SBY dan Pak JK adalah untuk memenuhi ambisi jadi 'king maker'. Kami berkeyakinan silaturahim dua tokoh bangsa dilandasi niat untuk berkontribusi pada perbaikan bangsa," kata Deputi Bappilu DPP Demokrat Kamhar Lakumani, Senin (28/6).
Menurut Kamhar, SBY dan JK sangat mengetahui apa yang menjadi persoalan mendasar maupun yang menerpa bangsa ini. Keduanya juga memiliki rekam jejak yang baik.
"Pak SBY dan Pak JK juga memiliki kapasitas dan rekam jejak yang memadai untuk memberikan pemikiran-pemikiran solutif atas kompleksitas persoalan yang ada," ucapnya.
©2022 Istimewa
Bagi Kamhar, pertemuan SBY dan JK bukan soal perkara menang kalah di Pemilu 2024. Lebih dari itu, pertemuan mereka dilandasi semangat perubahan dan perbaikan bangsa.
"Jadi kami menilai pertemuan ini bukan hanya sekedar perkara menang kalah saja, lebih substantif dari itu, pertemuan ini dilandasi semangat perubahan dan perbaikan," pungkasnya.
Tuduhan PDIP
Sebelumnya, Politisi PDIP Andreas Hugo Pareira berujar, rakyat tidak memilih para tokoh untuk menjadi 'king maker'. Tetapi, rakyat pilih calon presiden pada 2024.
"Rakyat kan tidak pilih para tokoh-tokoh yang sedang berambisi jadi 'King Maker'. Rakyat akan pilih capres, toh," kata Andreas kepada merdeka.com, Selasa (28/6).
Andreas memahami soal pertemuan SBY dan JK itu. Dia berkata, semua ingin menang pada pilpres 2024.
"Namanya kontestasi pilpres ya pasti semua juga ingin menang. Tapi sampai sekarang belum ada capresnya tuh," ucapnya.
Andreas tidak khawatir soal anggapan PDIP ditinggal sendiri tanpa rekan koalisi. Justru, kata dia, banyak parpol lain yang ingin berkoalisi dengan PDIP.
"Faktanya, banyak yang pengen tuh, berkomunikasi dengan PDI Perjuangan. Malah sudah pada deg-degan tunggu diajak berkomunikasi," ucapnya.
"Kalau enggak percaya, tanya saja ke teman-teman petinggi partai," kata Andreas.
Analisis Pertemuan JK-SBY-Paloh
Pengamat Politik Adi Prayinto menilai pertemuan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Wakil Presiden ke-10 Jusuf Kalla (JK) di Cikeas, Bogor demi kepentingan pemilu 2024. Adi menduga, pertemuan dua tokoh tersebut untuk menyatukan visi yakni mengalahkan PDI Perjuangan.
Adi mengatakan, semakin kuatnya sinyal tersebut karena pertemuan antara SBY dengan JK bersamaan dengan pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
"Kenapa saya sebut untuk kepentingan 2024. Pertama, NasDem menominasikan Anies Baswedan sebagai kandidat capres dan itu pilihan paling realitas untuk NasDem. Karena kalau Ganjar pasti bentrok dengan PDIP. Kalau Andika Perkasa pasti diprotes publik sebagai jenderal aktif yang tak boleh berpolitik. Maka pilihan rasional adalah Anies," kata Adi Prayitno, dalam diskusi di Jakarta, Jumat (24/6).
Menurutnya, bila NasDem mengusung Anies sebagai capres, maka Demokrat pasti akan tertarik untuk bergabung. Adi menyakini hal itu sudah dipastikan bahwa poros tersebut mampu mengalahkan PDI Perjuangan.
"ketika Anies (diusung) maka Demokrat tertarik bergabung, kenapa? tentu kepentingannya sama ingin mengalahkan dominasi PDIP yang dua periode memenangkan pertarungan," ucapnya.
"Artinya ketika NasDem mengusung nama seperti Anies secara tidak langsung kan ingin bikin front terbuka dengan PDIP. Bahkan dengan pemerintah," sambung Adi Prayitno.
Sebab, jika pertemuan SBY-JK hanya romantisme sahabat lama, maka tidak perlu bertemu langsung di kediaman SBY.
"Dalam konteks itulah JK adalah mentor utamanya Anies Baswedan karena momen pertemuan dengan SBY dan JK bersamaan dengan pertemuan AHY NasDem itulah yang semakin menebalkan bahwa JK dan SBY pasti bicara tentang Demokrat bergabung dengan NasDem," paparnya.
"Dan tentu saja mengusung Anies Baswedan dan sangat mungkin AHY disodorkan sebagai cawapresnya," tambah Adi Prayitno.
(mdk/rnd)