Pertimbangan panjang Jokowi pilih Cawapres
Pertimbangan panjang Jokowi pilih Cawapres. Politikus PDIP, Maruarar Sirait memprediksi, setidaknya ada empat poin yang tengah dipertimbangkan Jokowi dalam memilih wapres. Yakni, elektabilitas, kenyamanan dan mencari sosok untuk presiden pengganti pada 2024 mendatang.
Jokowi Widodo telah mengantongi lima dukungan partai politik untuk maju di Pilpres 2019 mendatang. PDIP, Golkar, PPP, NasDem dan Hanura telah deklarasi dukung Jokowi. Kini, perdebatan bergeser kepada siapa tokoh yang tepat mendampingi Jokowi sebagai calon wakil presiden dalam pertarungan tahun depan.
Jokowi telah membentuk tim internal untuk mengkaji siapa sosok yang paling pas. Di samping itu, pembahasan cawapres juga akan dilakukan bersama para partai koalisi.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Bagaimana hubungan Jokowi dan PDIP merenggang? Diketahui, hubungan Jokowi dengan partai Pimpinan Megawati Soekarnoputri itu merenggang saat keduanya beda pilihan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kenapa PDIP bisa menjadi partai pemenang Pemilu 2019? PDIP berhasil menarik pemilih dengan agenda-agenda politiknya dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Dengan perolehan suara yang signifikan, PDIP memperoleh kekuatan politik yang kuat dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
-
Bagaimana PDIP bisa menang di pemilu 2019? PDIP berhasil meraih kemenangan yang signifikan dalam pemilu 2019 dan menjadi partai pemenang dengan persentase suara tertinggi, menunjukkan popularitas dan kepercayaan yang dimiliki oleh partai ini di mata masyarakat Indonesia.
-
Kenapa PDIP menang di pemilu 2019? Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.
Politikus PDIP, Maruarar Sirait memprediksi, setidaknya ada empat poin yang tengah dipertimbangkan Jokowi dalam memilih wapres. Yakni, elektabilitas, kenyamanan dan mencari sosok untuk presiden pengganti pada 2024 mendatang.
"Jadi apakah Jokowi memilih wakil hanya sebagai wakilnya saja, atau memilih wakil yang menjadi presiden pada 2024. Itu dua hal berbeda sama sekali. Itu manusiawi menurut saya. Bagaimana visi misi itu bisa berkelanjutan dan berkesinambungan," kata Maruarar saat menghadiri rilis survei elektabilitas capres dan cawapres versi Populi Center di Jakarta, Rabu (28/2) kemarin.
Jokowi memang masih memiliki waktu sekitar enam bulan lagi untuk mematangkan pilihan. Agustus 2018, KPU baru akan membuka pendaftaran capres dan cawapres. Dari rentang waktu itu, segala kemungkinan bisa terjadi. Para tokoh partai pun kini tengah menjalin komunikasi politik demi membangun koalisi.
PDIP mengaku tengah mengkaji lima nama untuk disandingkan dengan Jokowi. Namun, masih menutup rapat-rapat siapa nama yang sedang dipertimbangkan tersebut.
Ketua relawan Arus Bawah Jokowi, Michael Umbas mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada Jokowi soal nama cawapres. Dia optimis, pada saatnya nanti akan dimintai pertimbangan oleh Jokowi.
Umbas menambahkan, Jokowi memiliki kemampuan yang cakap untuk memilih wakil presiden. Dia tak ingin terjebak cawapres Jokowi harus dari kalangan militer atau santri nantinya. Mantan ketua Silatnas Relawan Jokowi 2016 lalu hanya mengingatkan, Jokowi harus memilih calon wakil presiden yang memiliki elektabilitas tinggi dan diterima oleh semua kalangan.
"Seperti sikap relawan sebelum-sebelumnya, kami lebih percaya pilihan Pak Jokowi menentukan mana yang paling pas. Beliau punya kemampuan yang brilian memilih," kata Umbas saat berbincang dengan merdeka.com.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo melihat, Jokowi akan memilih calon wakil presiden yang memiliki kepercayaan tinggi di mata masyarakat. Malah dia tak yakin Jokowi akan mengambil tokoh politik.
Suko memaklumi jika Jokowi akan meminta pertimbangan-pertimbangan kepada partai koalisi dalam memilih cawapres. Tapi, dia meyakini, Jokowi akan tetap melihat kepercayaan publik ketimbang masukan dari partai politik.
"Pertimbangan orang yang bisa diterima dengan trust tinggi. Kalau melihat koalisi, tentu Golkar logis dapat cawapres, karena suara paling tinggi, logis untuk mendampingi. Tapi logika kedua, apakah punya kepercayaan publik, kemungkinan Pak Jokowi akan combine dukungan parpol dan publik, bisa-bisa bahwa orang yang dimunculkan orang yang bisa diterima bukan orang partai, terutama yang punya pengaruh besar," kata Suko.
Dia merasa yakin pada akhirnya Jokowi akan memilih orang yang berasal dari luar partai politik. Sejumlah nama yang ada pun dinilai layak dan cakap untuk mendampingi Jokowi di pilpres 2019 nantinya.
"Misalnya saya boleh menyebut Sri Mulyani, saya juga boleh menyebut gubernur Jatim yang punya pemilih besar, dia juga punya pengaruh di pemerintahan. Malah saya tidak terlalu yakin Pak Jokowi akan mengambil dari tokoh politik," kata Suko.
Menurut Suko, partai pendukung nantinya akan pasrah saja dengan pilihan Jokowi. Sebab, Jokowi dinilai memiliki pengaruh lebih besar di publik ketimbang kekuatan partai politik.
Baca juga:
Ini penjelasan Mahfud MD soal JK tak bisa jadi cawapres lagi
Populi Center: Betawi dan Sunda lebih memilih Prabowo ketimbang Jokowi
Akbar Tandjung klaim 2 hari lalu JK nyatakan bersedia jadi Cawapres lagi
AHY dan Prananda akan bertemu, ini reaksi Maruarar Sirait
Maruarar prediksi Jokowi pertimbangkan 4 aspek ini dalam memilih Cawapres
Survei Populi Center: Elektabilitas Jokowi 52,8%, Prabowo 15,4%
JK ungguli Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan di survei Cawapres