Pilpres 2019 disebut hanya tinggal perebutan kursi Cawapres
Pilpres 2019 dinilai akan mengulang pertarungan pada 2014 lalu antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Kini yang menjadi perhatian adalah sosok cawapres yang akan mendampingi kedua calon tersebut.
Pilpres 2019 dinilai akan mengulang pertarungan pada 2014 lalu antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Kini yang menjadi perhatian adalah sosok cawapres yang akan mendampingi kedua calon tersebut.
Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC), Zaenal A Budiyono menilai, rematch 2014 terjadi karena peluang munculnya poros ketiga semakin kecil, terutama jika gugatan pasal 222 di UU Pemilu tentang ambang batas capres 20 persen kalah di MK. Selain itu tidak adanya nama kuat selevel Jokowi dan Prabowo mengakibatkan banyak parpol cenderung bermain aman agar tidak kalah.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa yang dibicarakan Prabowo dan Jokowi? Saat itu, mereka berdua membahas tentang masa depan bangsa demi mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Dosen FISIP Universitas Al Azhar Indonesia ini mengatakan, pertarungan sengit justru terjadi di posisi Cawapres. Dimana hingga kini sejumlah nama terus dibahas para elite kedua kubu.
"Salah satu nama yang disinyalir memiliki peluang, salah satunya Gatot Nurmantyo. Namanya kerap di posisi tiga besar tiga Capres, atau (merujuk sejumlah survei) berada di peringkat satu kalau untuk Cawapres Jokowi. Meski demikian, langkah Gatot tidak mudah," kata Zaenal dalam pesan singkatnya, Senin (25/6).
Dia menjelaskan, di internal Jokowi untuk nama-nama profesional, selain Gatot masih ada nama Moeldoko, Mahfud MD, Susi Pudjiastuti atau Sri Mulyani. Keempatnya bukan nama sembarangan, karena memiliki rekam jejak mentereng.
Moeldoko adalah mantan panglima TNI, dan sekarang ketua Kantor Staf Presiden (KSP). Mahfud MD memiliki pengalaman di birokrasi, selain akademisi. Susi dikenal sebagai menteri berprestasi, sementara Sri Mulyani terakhir meraih gelar sebagai menteri keuangan terbaik di dunia.
"Kedua, selain nama-nama dari internal Jokowi, koalisi parpol pendukung juga menyuguhkan nama-nama kuat. Mulai dari Muhaimin Iskandar, Romahurmuziy hingga Airlangga Hartarto. Bila pertimbangannya untuk perimbangan kekuatan politik dan memperkuat elektabilitas, Jokowi cenderung akan memilih calon dari parpol yang sudah memiliki basis," kata Zaenal lagi.
Lalu bagaimana dengan kandidat Cawapres di kubu Prabowo Subianto?
Zaenal menilai, sulit membayangkan jika Prabowo duet dengan Gatot Nurmantyo. Karena keduanya memiliki latar belakang yang sama, yaitu militer. Pengalaman 2014, Prabowo yang berpasangan dengan sipil (Hatta Rajasa) justru hanya kalah tipis dari Jokowi–JK.
Mempertahankan momentum 2014 menjadi penting bagi Prabowo, dan dalam upaya ke sana, kata Zaenal, Prabowo membutuhkan sosok sipil yang mumpuni.
Partner Gerindra, PKS sendiri sejauh ini belum secara terang mendorong Gatot. Mereka lebih fokus mendukung sembilan nama dari internal PKS yang juga untuk kepentingan Pileg mendatang.
"Satu-satunya peluang adalah mengharapkan poros ketiga mencalonkan Gatot sebagai Capres. Tapi sekali lagi peluangnya sangat kecil, karena Demokrat juga memiliki calon tak kalah menarik pada diri AHY," tutupnya.
Baca juga:
Jokowi diminta tak tunjuk Ketum parpol jadi Cawapres, ini alasannya
Prabowo: Mau usaha susah, kredit nggak dikasih, terpaksa minta bantuan rakyat
JK sebagai figur Cawapres kuat, tapi Capres lemah
Gerindra: Pak Prabowo butuh dukungan rakyat bukan dukungan cukong
Golkar soal Gerindra galang dana: Sabar Pak Prabowo, tahapan Pilpres belum mulai
Hanura sebut rakyat tahu Prabowo kaya, galang dana tak efektif
Sekjen Gerindra: Sumber dana kami terbatas