Rasional, Ketum PAN tak tawarkan kader jadi Cawapres Prabowo
Rasional, Ketum PAN tak tawarkan kader jadi Cawapres Prabowo. Zulkifli menuturkan, setiap partai pasti memiliki ego dan agenda masing-masing dengan menawarkan kadernya menjadi pendamping Jokowi atau Prabowo. Untuk itu, harus ada kesepakatan antar partai terkait Cawapres.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mengatakan pihaknya tidak akan memaksakan kader menjadi calon Wakil Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, dalam membangun koalisi, setiap partai tidak bisa memaksakan kehendak.
Andai PAN bergabung mendukung Prabowo, kata dia, partai-partai akan ikut menawarkan kader menjadi Cawapres Prabowo.
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Mengapa Zulkifli Hasan merasa PAN layak menjadi pemenang di Pemilu 2024? "Kalau lihat malam ini wajar PAN menjadi pemenang pemilu, layak, pantas. Kader PAN punya talenta. Oleh karena itu, mari kita songsong kemenangan PAN di Pemilu 2024," ujar Zulhas dalam sambutannya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (29/8/2023).
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
"Dalam koalisi itu, kesepakatan kesepahaman enggak bisa kami harga mati. Kalau harga mati itu kalau PAN cukup bisa. Kalau kami bisa usung sendiri, harga mati. Tetapi kalau enggak bisa tentu kesepakatan. Akan sangat tergantung koalisinya. Kami rasional saja," kata Zulkifli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/6).
Zulkifli menuturkan, setiap partai pasti memiliki ego dan agenda masing-masing dengan menawarkan kadernya menjadi pendamping Jokowi atau Prabowo. Untuk itu, harus ada kesepakatan antar partai terkait Cawapres.
Akan tetapi, Zulkifli memahami cara tersebut dilakukan oleh tiap partai demi menjaga perolehan kursinya di DPR. PAN sendiri saat ini hanya memperoleh 8,6 persen kursi di DPR atau 7,59 persen suara sah nasional.
"Di partai-partai masing-masing masih punya ego, kalau 2 sederhana. Kalau koalisi besar contoh misalnya koalisi apakah sebelah sana Pak Jokowi apa semua sudah oke kan belum, baru pernyataan. Nanti kalau bicara Wapres bagaimana," ujar Zulkifli.
Saat ini, PAN juga mengamati kemungkinan partai-partai pendukung Jokowi berpindah haluan karena kadernya tidak dipilih menjadi Cawapres. Jika hal itu terjadi, lanjut Zulkifli, PAN akan membuka komunikasi untuk membentuk poros alternatif di Pilpres 2019.
"Kan ada alternatif 1, alternatif 2, alternatif 3. Misal PKB, Cak Imin enggak bisa jadi Cawapres, terus cari alternatif. Kami berdua enggak bisa. Mestinya ada satu partai lagi. Tetapi kalau Golkar yang marah, ayo PAN kita berdua saja. Masih bisa itu," tandasnya.
Baca juga:
Balasan tajam Ngabalin saat pemerintah dikritik bertubi-tubi Prabowo
Usai bertemu SBY, Wapres JK tak bisa pastikan koalisi Golkar-Demokrat
Fahri Hamzah nilai kemenangan Pilkada tak pengaruhi Pilpres
Bamsoet: Kami harap SBY mendukung Jokowi dalam koalisi yang sama
Ketum PAN sebut hasil Pilkada bisa tentukan arah koalisi di Pemilu 2019
Ketua DPR yakin pertemuan JK dan SBY dinginkan suhu politik jelang Pilkada