Revolusi mental dikritik PKS, PDIP kasih contoh Asian Games 2018
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menilai Joko Widodo belum berhasil menjalankan revolusi mental. Dasarnya, dalam visi misi Jokowi-Ma'ruf, ada poin revitalisasi revolusi mental. Frasa revitalisasi itu yang disoroti Hidayat.
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menilai Joko Widodo belum berhasil menjalankan revolusi mental. Dasarnya, dalam visi misi Jokowi-Ma'ruf, ada poin revitalisasi revolusi mental. Frasa revitalisasi itu yang disoroti Hidayat.
Terkait hal itu, Politikus PDIP Nasyirul Falah Amru menyayangkan pernyataan Hidayat. Menurut Falah, Hidayat harusnya paham program Revolusi Mental bukan program instan dan harus didukung semua pihak.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Kenapa PDIP menang di pemilu 2019? Kemenangan ini juga menunjukkan bahwa citra dan program kerja yang ditawarkan oleh PDIP dapat diterima oleh masyarakat luas.
-
Bagaimana PDIP bisa menang di pemilu 2019? PDIP berhasil meraih kemenangan yang signifikan dalam pemilu 2019 dan menjadi partai pemenang dengan persentase suara tertinggi, menunjukkan popularitas dan kepercayaan yang dimiliki oleh partai ini di mata masyarakat Indonesia.
-
Kenapa PDIP bisa menjadi partai pemenang Pemilu 2019? PDIP berhasil menarik pemilih dengan agenda-agenda politiknya dan berhasil meraih kepercayaan masyarakat. Dengan perolehan suara yang signifikan, PDIP memperoleh kekuatan politik yang kuat dan pengaruh yang besar dalam pemerintahan.
Pria yang akrab disapa Gus Falah menjelaskan, Revolusi Mental berakar dari narasi cinta Tanah Air, agar bangsa Indonesia hadir sebagai bangsa pelopor, berprestasi dan memiliki budi pekerti yang baik. Turunan dari pada itu adalah mewujudkan peningkatan taraf peradaban bangsa.
"Revolusi mental adalah fundamen di dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Revolusi mental bukan program jangka pendek lima tahunan. Program itu memerlukan jiwa dan rasa yang memahami amanat penderitaan rakyat," kata Gus Falah, kepada wartawan, Kamis (27/9).
Anggota Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI itu menjelaskan, ukuran sukses program Revolusi Mental bukanlah soal rasa personal. Akan tetapi, kesuksesan program Revolusi Mental harus dilihat dari cakupan yang lebih luas.
Sebagai contoh, kata Ketua Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) ini, kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018 adalah salah satu bukti kesuksesan Revolusi Mental hingga banyak mendapat pujian dari dunia. Para atlet berlaga penuh semangat sebagai bangsa pemenang, masyarakat yang ramah pada kontingen negara lain, serta relawan yang bangga melayani.
"Revolusi Mental juga mengakar pada harkat dan martabat bangsa. Pak Jokowi menggelorakan itu. Pembukaan Asian Games yang penuh dengan tradisi kebudayaan itu adalah bagian Revolusi Mental," ujarnya.
Menurut Gus Falah, menjadi aneh jika Hidayat nampak tidak mendukung program Revolusi Mental. Padahal sebagai Wakil Ketua MPR RI, Hidayat seharusnya turut menyukseskan Revolusi Mental untuk Indonesia yang lebih baik.
"Dengan segala hormat untuk Hidayat Nur Wahid, bukalah mata hati dan pikiran, jika negara lain memuji bangsa kita, kenapa Anda tidak?" ucap Gus Falah.
Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid mengkritisi visi misi pasangan capres-cawapres petahana Joko Widodo dan Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Khususnya yakni revitalisasi revolusi mental. Dia menilai, penggunaan kata revitalisasi menandakan bahwa program revolusi mental belum berhasil.
"Waktu 2014 dulu sih enggak ngomong dua periode, sekarang baru dimunculkan dua periode. Jadi kalau itu dimunculkan kembali bahwa ada semacam pengakuan memang kemarin belum sepenuhnya sukses," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/9).
Menurut Hidayat, janji-janji Jokowi juga banyak yang tidak terealisasi. Salah satunya adalah janji revolusi mental.
"Salah satu bentuk tidak suksesnya adalah belum terpenuhi janji janji. Kan revolusi mental di antaranya pasti untuk menghadirkan bangsa Indonesia yang memenuhi janji," ungkapnya.
"Di antara janji-janji Pak Jokowi kan banyak yang belum terpenuhi dan Anda semua tahu yang tidak terpenuhi itu," ucapnya.
Baca juga:
Pertajam visi & misi Jokowi-Ma'ruf, PDIP kasih masukan di sektor maritim
Istri Sandi, Sudrajat & Aher bersatu ajak emak-emak dukung Prabowo
Fadli Zon: Go PrabU yang minta ketemu Prabowo Subianto
PKS: Janji-janji Jokowi banyak yang belum terpenuhi
KPU batasi harga cinderamata kampanye hanya Rp 60.000/item
Di Kertanegara, Caleg Golkar sampaikan keresahan pada Prabowo
Timses: Dukungan GusDurian jadi daya pengungkit kemenangan Jokowi-Kiai