Romantisme orde baru dan Soeharto baru bisa dibuktikan saat Pemilu
Tidak mudah membuktikan bahwa romantisme orde baru laku dijual untuk meraup suara. Gun Gun masih ingat pada 2014, ada partai yang menjual romantisme orde baru dan sosok Soeharto. Yakni Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) dan Nasional Republik. Namun kenyataannya partai ini tak lolos Pemilu 2014.
Partai Beringin Karya (Berkarya) yang dibesut langsung oleh putra Presiden Ri ke-2 Soeharto, Hutomo Mandala Purtra atau lebih dikenal dengan Tommy Soeharto berhasil masuk sebagai salah satu partai politik peserta Pemilu 2019. Partai yang menempatkan nama Tommy Soeharto sebagai ketua dewan pembina ini mendapat nomor urut tujuh.
Partai Berkarya menjual sosok Soeharto untuk meraup suara. Partai ini berharap bisa menarik pemilih yang merindukan zaman keemasan Soeharto dengan stabilitas politik, keamanan dan ekonomi. Sebagai putra bungsu, figur Tommy Soeharto diyakini bisa menarik massa pemilih.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Bagaimana cara Soeharto memilih wakil presiden di era Orde Baru? Menurut Soeharto, tim ini yang akan memberikan penilaian akhir dari nama-nama yang muncul untuk menjadi wakil presiden Soeharto."Saya tidak sendiri memilih wakil presiden," kata Soeharto.
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Kapan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung? Menjelang Perang Pasifik pecah, Sersan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung sebagai pasukan cadangan.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
Beberapa hari setelah penetapan parpol peserta pemilu 2019, Google mencatat, Partai Berkarya dan Partai Garuda paling banyak dicari publik di mesin pencari. Namun, ini tidak serta merta diinterpretasikan bahwa publik merindukan romantisme orde baru.
Pengamat politik UIN Jakarta, Gun Gun Heriyanto melihat, publik hanya diliputi rasa penasaran dengan kehadiran dua partai baru yang selama ini tidak pernah terdengar namanya.
"Saya melihat karena orang penasaran saja. Saya lihat Partai Berkarya dan Partai Garuda yang paling dicari. Orang penasaran saja, orang di belakang partai. Tidak otomatis menggambarkan romantisme orde baru," ungkap Gun Gun saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (26/2).
Romantisme rakyat Indonesia terhadap orde baru belum bisa dibuktikan. Termasuk melalui hasil survei yang pernah dilakukan beberapa waktu lalu. Pada 2011, lembaga survei Indobarometer mewawancarai 1200 orang di Jakarta. Hasilnya, 36,5 persen memilih Soeharto sebagai presiden paling disukai. Di urutan kedua ada nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dipilih 20,9 persen responden. Survei itu juga menyebut 40 persen responden lebih suka Orde Baru dibandingkan Orde Lama dan Reformasi.
"Menurut saya, romantisme orde baru (era Soeharto) itu baru bisa dibuktikan di Pemilu. Apakah partai yang 'menjual' itu lolos parlementary threshold (PT) atau tidak," katanya.
Tidak mudah membuktikan bahwa romantisme orde baru laku dijual untuk meraup suara. Gun Gun masih ingat pada 2014, ada partai yang menjual romantisme orde baru dan sosok Soeharto. Yakni Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) yang digawangi oleh putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut. Namun partai ini tidak lolos sebagai peserta pemilu. Begitu pula dengan Partai Nasional Republik (Nasrep) yang pernah digagas Tommy Soeharto sebelum membentuk Partai Berkarya.
Gun Gun melihat ada elite-elite politisi yang masih percaya ada ceruk suara publik yang merindukan romantisme masa lalu. Tapi pada kenyataannya harus diakui bahwa itu tidak sepenuhnya benar. Dua Pemilu terakhir yakni 2009 dan 2014 memperlihatkan itu.
Menurut GunGun, kalaupun ceruk pemilih yang rindu orde baru sangat signifikan, pasti akan dikapitalisasi oleh partai besar yang sudah lama membawa panji-panji itu.
"Tapi kita lihat Golkar menjauh dan tidak ingin lagi diidentikan dengan Soeharto. Golkar hari ini tidak membawa narasi Soeharto. Golkar justru sekarang Jokowi," ucapnya.
Menurutnya, seharusnya partai politik tidak berorientasi masa lalu. Sebab, saat ini publik berpikir persoalan kebangsaan hari ini dan di masa depan. Bukan lagi bicara romantisme masa lalu. Dia menduga, romantisme akan zaman Soeharto itu sesungguhnya semu. Kerinduan akan stabilitas keamanan, politik dan ekonomi tidak lantas bisa jadi modal besar bagi partai yang membawa kembali panji-panji masa keemasan orde baru.
"Asumsi saya, ceruk yang rindu masa orde baru tidak signifikan. Itu asumsi saya," ucapnya.
Baca juga:
Meski kurang populer, partai Tommy Soeharto paling banyak dicari di Google
Agar adil dan setara, KPU bakal atur iklan parpol di televisi
Salam metal antar Jokowi kembali jadi capres di Pilpres 2019
Macam-macam partai politik memaknai nomor urut Pemilu 2019
Ketika para pemimpin Parpol sapa-menyapa di pengundian nomor urut Pemilu 2019