Selain Relawan, TKN Ikut Sarankan Jokowi Tampil 'Menyerang' Lawan Hoaks & Fitnah
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Abdul Kadir Karding mengatakan pihaknya ikut menyarankan Jokowi untuk lebih aktif menjawab kritik dan tudingan. Sebab, menurutnya, Jokowi sudah 4 tahun belakangan diam diserang berbagai fitnah dan hoaks yang dilontarkan lawan politiknya.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin Abdul Kadir Karding mengatakan pihaknya ikut menyarankan Jokowi untuk lebih aktif menjawab kritik dan tudingan. Sebab, menurutnya, Jokowi sudah 4 tahun belakangan diam diserang berbagai fitnah dan hoaks yang dilontarkan lawan politiknya.
"Kita dorong Pak Jokowi tidak terlalu diam. Kita dorong TKN jangan hanya memadamkan kebakaran," kata Karding saat dihubungi merdeka.com, Rabu (6/2).
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Kenapa Jokowi panggil Kapolri dan Jaksa Agung? Pemanggilan tersebut, buntut insiden personel Datasemen Khusus Antiteror (Densus 88) dikabarkan menguntit Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Febrie Adriansyah.
-
Siapa yang mendampingi Jokowi saat mencoblos? Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mencoblos capres-cawapres, caleg DPR RI, DPD RI, dan DPRD Kota Jakarta.
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.
-
Apa yang Jokowi lakukan di Gudang Beras Bulog Pematang Kandis? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung Gudang Beras Bulog di Pematang Kandis,Kabupaten Merangin, Jambi. Kepala Negara mengaku, hal itu harus dilakukan demi memastikan ketersediaan beras jelang momentum hari raya Lebaran yang sisa sepekan lagi.
Karding mengungkapkan alasan di balik saran timses kepada Jokowi itu. Pertama, banyak warga Indonesia mulai percaya terhadap hoaks yang diarahkan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
"Namun ternyata hasil survei kita di internal, diamnya ini bukan menyelesaikan masalah karena orang yang percaya terhadpa isu Pak Jokowi TKI, Pak Jokowi anti Asing, Pak Jokowi anti Islam atau kriminalsisasi ulama, Pak Jokowi banyak utang dan sebagainya itu ada 9 juta," ujarnya.
Kemudian, kata Karding, semua narasi pesimisme yang dibangun kubu oposisi ternyata merusak tatanan sosial dan karakter bangsa Indonesia.
Apalagi narasi-narasi bohong yang dibangun narasi-narasi ketakutan yang dibangun, narasi-narasi pesimisme membangun kekhawatiran fitnah ini itu secara langsung merusak karakter bangsa yang tidak ada yang jujur yang sopan keadaban, kekeluargaan,"
Terlebih lagi, berdasarkan survei internal, diamnya Jokowi justru kontraproduktif kepadanya. Hal ini dapat membahayakan elektabilitas Jokowi jelang tahapan pencoblosan.
"Beliau diam rupanya justru kontraproduktif bagi Pak Jokowi bagi bangsa ini. Karena ada 9 juta orang penduduk yang percaya," tegas Karding.
Ketua DPP PKB ini menambahkan, sebenarnya tak ada yang berubah dari gaya kampanye Jokowi belakangan ini. Gaya menyerang yang kini dipakai Jokowi pun dianggap hal wajar dalam kampanye dan demokrasi di Indonesia.
"Di dalam demokrasi atau kampanye kalau seseorang calon atau tim kampanyenya menegaskan beberapa hal yang perlu ditegaskan misalnya jangan suka berbohong, jangan menggunakan propaganda tertentu yang bisa merusak kita, saya kira hal yang wajar saja. Cuma memang selama ini Pak Jokowi diam dianggapnya kok berubah, tapi misalnya Pak Prabowo yg selama ini keras tidak pernah dianggap biasa saja," tandasnya.
Selain Karding,Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin Arsul Sani mengaku tak setuju dengan opini yang menyebut Jokowi memakai strategi menyerang dalam kampanye. Namun, dia menyebut sikap Jokowi yang tak lagi diam itu dengan semua tuduhan dan fitnah merupakan masukan dari relawan pendukung.
"Masukan dari banyak pihak. Semisal relawan pendukung," kata Arsul.
Sebelumnya, Jokowi berulang kali menyindir soal serangan-serangan yang dilancarkan lawan politiknya. Itu disampaikan Jokowi saat bertemu dengan para relawannya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dia memberikan contoh beberapa isu hoaks yang merajalela jelang Pilpres, mulai dari 7 kontainer sudah dicoblos, hingga selang darah dipakai 40 kali di rumah sakit. "Saya berikan contoh, katanya ada 7 kontainer yang sudah dicoblos. 7 Kontainer itu kalau saya hitung 80 juta kertasnya (surat suara). Begitu dijawab diam," kata Jokowi.
"Besoknya keluar lagi selang darah dipakai sampai 40 kali. Dijawab lagi dari RSCM, diam," lanjut Jokowi.
Tidak hanya itu, Jokowi juga mengungkit terkait kasus hoaks yang menjerat Ratna Sarumpaet. Dia mengatakan yang tidak benar adalah yang memberikan informasi bahwa Ratna babak belur lantaran dipukuli dan dianiaya. "Itu enggak benar. Itu maunya apa sih? Maunya sebetulnya apa? Nuduh kita kriminalisasi, itu saja sebetulnya arahnya," kata Jokowi.
Jokowi pun yakin masyarakat kini bisa cerdas. Dan tidak bisa termakan isu hoaks. "Tapi masyarakat sekarang ini cerdas dan masyarakat pintar-pintar. Dipikir masyarakat masih bodoh-bodoh," tegas Jokowi.
Baca juga:
BPN Soal Banyak PNS Dukung Prabowo: Mayoritas Kecewa Tak Bisa Bekerja Profesional
Gaya Menyerang Jokowi Jawab Fitnah dan Hoaks Masukan dari Relawan Pendukung
Akbar Tanjung Dukung Jokowi di HUT HMI ke-71, Ini Komentar Mahfud MD
Jokowi: Kampanye Mesti Ofensif, Masa Diam Saja
Soal Propaganda Rusia, Jokowi Tegaskan Hubungannya Dengan Putin Baik