Survei LSI Denny JA: Elektabilitas PDIP 24,8, Gerindra 13,1% dan Golkar 11,3%
Tiga alasan menjadi faktor partai Orde Baru itu tidak bisa menembus posisi dua besar. Kasus korupsi yang melibatkan internal, kurang kuatnya tokoh yang memimpin Golkar, serta tak mengusung kader di Pilpres menjadi tiga sebab utama.
Lingkaran Survei Indonesia Denny JA merilis elektabilitas partai jelang Pemilihan Umum 2019 mendatang. Hasilnya, jika pemilu dilaksanakan hari ini, PDI Perjuangan unggul dengan perolehan suara 24,8 persen disusul Partai Gerindra 13,1 persen.
Sedangkan Partai Golkar, hanya mampu bertengger di urutan ketiga dengan peroleh suara 11,3 persen. Tiga alasan menjadi faktor partai Orde Baru itu tidak bisa menembus posisi dua besar.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
-
Kenapa Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Partai apa yang menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kapan Partai Golkar didirikan? Partai Golkar bermula dengan berdirinya Sekber Golkar di masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno. Tepatnya tahun 1964 oleh Angkatan Darat digunakan untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
-
Kapan Partai Golkar memutuskan mengusung Gibran? Keputusan diambil dalam Rapimnas Golkar pada Sabtu (21/10).
"Warisan kasus mantan Ketua Umum Setya Novanto. Lalu ada kasus baru yang melibatkan internal Golkar juga (dugaan korupsi oleh Idrus Marham) sehingga menyebabkan elektabilitas Golkar di bawah 15 persen," kata Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby di Graha Rajawali, Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (12/9).
Faktor kedua, Golkar tidak mengalami coattails effect saat pencalonan presiden. Sebab, dalam Pilpres 2019 Golkar tidak memiliki tokoh ataupun kader yang diusung dalam Pilpres nanti dan justru mengusung Joko Widodo sebagai calon petahana. Sikap politik Golkar tersebut, menurut Adjie, tidak cukup berpengaruh meningkatkan elektabilitas partai.
Sebab biasanya, partai politik mengusung capres sendiri justru lebih mampu meningkatnya elektabilitas. Seperti yang terjadi di Gerindra, sebagai pengusung Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
"Dalam koalisi pendukung Jokowi-Ma'ruf, PDIP adalah partai paling kuat asosiasinya. Dalam koalisi Prabowo-Sandi Gerindra adalah partai yang kuat asosiasinya," ujarnya.
Terakhir, kepemimpinan Golkar dinilai tidak cukup kuat menggerakkan mesin politik mereka. Adjie menyebut, peran pemimpin partai sangat krusial untuk memajukan partai dan meningkatkan elektabilitas jelang Pemilu nanti.
Adjie membandingkan, kepemimpinan Golkar dengan PDIP dan Gerindra. Untuk PDIP dan Gerindra, berdasarkan hasil penelitiannya, dua partai itu memiliki sikap kepemimpinan kuat seperti Megawati di PDIP, Prabowo Subianto di Gerindra. Hasil dari kepemimpinan kuat itu, kata Adjie, tercermin dari minimnya konflik internal partai.
"Dengan pemimpin yang kuat kedua partai tersebut mampu memaksimalkan potensi di dalam tubuh partai politik. Kedua partai ini mampu fokus pada isu-isu populis," jelas dia.
Survei dilakukan sejak tanggal 12-19 Agustus 2018 dengan menggunakan metode multistage random sampling yang melibatkan 1.200 responden dan margin of error 2,9 persen.
Berikut perolehan suara lengkap partai peserta Pemilu 2019:
1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 24,8 persen
2. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 13,1 persen
3. Partai Golkar 11,3 persen
4. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 6,7 persen
5. Partai Demokrat 5,2 persen
6. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 3,9 persen
7. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 3,2 persen
8. Partai Nasional Demokrat (NasDem) 2,2 persen
9. Partai Persatuan Indonesia (Perindo) 1,7 persen
10. Partai Amanat Nasional (PAN) 1,4 persen
11. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 0,6 persen
12. Partai Bulan Bintang (PBB) 0,2 persen
13. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 0,2 persen
14. Partai Berkarya 0,1 persen
15. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda) 0,1 persen
16. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 0,1 persen
17. Undecided voter 25,2 persen
Baca juga:
Bawaslu temukan 44.066 pemilih ganda di Jateng
Wasekjen Gerindra nilai dua kaki Demokrat wajar demi amankan suara di Pileg
Pertemuan SBY dan Prabowo bahas pematangan strategi di Pileg & Pilpres
Ribuan data pemilih ganda ditemukan di Pekanbaru dan Purworejo
e-KTP tercecer di Serang, Mendagri sudah ingatkan yang rusak dipotong
DPT ganda bukan hal baru jelang Pemilu, KPU harus segera validasi
Kubu Prabowo Sandiaga masih temukan 6,8 juta DPT ganda