Terjadi guncangan di koalisi jika Jokowi pilih cawapres dari parpol
Zaenal menyarankan, Jokowi memilih kalangan profesional ekonom seperti mantan menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan mantan Menteri perekonomian Chairul Tanjung (CT).
Pengamat politik universitas Al-Azhar Zaenal A Budiyono menyarankan, Joko Widodo (Jokowi) memilih cawapres dari kalangan profesional. Terutama yang memiliki latar belakang ekonomi.
"Problem yang dihadapi sekarang adalah ekonomi. Maka menurut saya pakar-pakar atau pengusaha yang di bidang ekonomi itu layak dipertimbangkan karena paham tentang ekonomi. Itu yang pertama," kata dia di restoran pulau dua, Senayan, Jakarta, Selasa (10/7).
-
Bagaimana tanggapan Prabowo atas Jokowi yang memenangkan Pilpres 2014 dan 2019? Prabowo memuji Jokowi sebagai orang yang dua kali mengalahkan dirinya di Pilpres 2014 dan 2019. Ia mengaku tidak masalah karena menghormati siapapun yang menerima mandat rakyat.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Apa usulan PKS untuk Presiden Jokowi terkait capres 2024? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Apa harapan Jokowi untuk Pemilu 2024? Jokowi ingin Pemilu Serentak 2024 ini berlangsung jujur, adil, langsung, umum, dan rahasia (jurdil dan luber) sehingga membawa kegembiraan bagi masyarakat.
Zaenal menyarankan, Jokowi memilih kalangan profesional ekonom seperti mantan menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan mantan Menteri perekonomian Chairul Tanjung (CT).
"Rizal Ramli, Sri Mulyani, CT. Tinggal Pak Jokowi mau pilih yang mana mahzab Sri Mulyani atau mahzab Rizal Ramli," imbuh dia.
Dia menambahkan, elektabilitas Jokowi sekarang pada posisi 50 persen, tetapi jika Jokowi berhasil mengelaborasi isu ekonomi yang berpihak pada rakyat, tentu rakyat akan memberikan balasan dukungan. Baginya, dengan memilih ekonom langkah Jokowi lebih mulus memperpanjang kontrak RI 1.
"Tetapi saya yakin tokoh sekelas Sri Mulyani dan Rizal Ramli memiliki banyak pendukung terutama di kalangan kelas menengah yang paham ekonomi. Problem utama yang dihadapi masyarakat saat ini kan kalau harga naik, dollar naik," tutur Zainal.
"Kalau ekonomi menurut saya itu jauh lebih mudah untuk Pak Jokowi second period. Second period biasanya lebih keras kita ingat pak SBY di 2004-2009 happy ending. Nah di 2009-2014 sangat keras," ucap dia.
Zaenal yakin Jokowi sudah mengantongi nama-nama kalangan profesional. Kendati demikian, Jokowi masih bimbang karena mesti melobi elit parpol pendukungnya dan menimbulkan negosiasi yang alot.
"Kenapa tidak diumumkan? Ya karena masih galau memilih itu. Mana antara 2 atau 3. Okelah muncul nama Mahfud MD, CT, Sri Mulyani. Menurut saya itu juga belum fix. Karena pak Jokowi juga harus ngomong bukan hanya dengan bu Mega (Ketum PDIP) tapi juga dengan partai yang lain. Kalau forum dengan partai lain resmi dibuka saya pikir akan terjadi perdebatan juga," terang Zaenal.
Sementara, di sisi lain, Jokowi akan tersandera bila memilih pendamping dari kalangan elit parpol. Terutama bila Jokowi menarik figur dari partai Golkar, PPP dan PKB maka koalisinya rentan pecah.
"Pilihannya menjadi sulit bagi Jokowi kalau anda amati misalnya tadi malam itu Pak Airlangga sudah buat twit yang cukup keras. Golkar tetap pada posisi Jokowi-Airlangga. Kalau misalnya dia menggandeng Romi (Ketum PPP), Cak Imin (Ketum PKB) atau tokoh partai lain saya yakin akan terjadi guncangan di koalisi itu," paparnya.
"Akan lebih smooth atau bisa dikendalikan kalau tokoh yang maju profesional. Karena logikanya tidak ada yang tersakiti. Anda harus ingat bahwa Golkar partai terbesar kedua. Tiba-tiba Jokowi mengambil partai yang lebih kecil tentu ada efeknya," imbuh Zainal.
Zaenal juga melihat banyak elit parpol pendukung Jokowi menyerahkan sepenuhnya figur cawapres ke Jokowi. Namun, di balik layar para elit parpol ingin kepentingannya terpenuhi supaya bisa duduk di kursi RI 2 mendampingi Jokowi.
"Kan kita lihat partai partai sering mengatakan itu terserah Pak Jokowi. Itu politik di panggung. Tapi di belakang kan mereka punya interest. Mana ada partai yang gak pingin Wapres. Oke partai seperti NasDem mungkin gak dia ngukur diri bagus karena masih 5 persen. Tapi partai sekelas PKB, PPP Golkar ya tentu mereka punya interest. Maka yang paling aman adalah profesional untuk Pak Jokowi. Karena tidak akan ada kecemburuan di antara partai partai tersebut," tutupnya.
Baca juga:
Triple M, 3 tokoh yang namanya menguat sebagai cawapres Jokowi
Mendagri soal TGB dukung Jokowi: Wong dia merasakan manfaat pembangunan kok
Ali Ngabalin sambangi kantor Luhut, bahas Cawapres Jokowi
Menebak cawapres Jokowi, sosok yang dinilai bikin gempar Indonesia
Mahfud MD bisa jadi jalan tengah Jokowi redam koalisi
Demokrat tak akan halangi TGB jika ingin jadi Cawapres Jokowi