Timses Diminta Jual Program Capres ke Masyarakat, Jangan Sibuk Saling Serang
Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 saling serang terus menggema di jagat nyata maupun dunia maya. Sangat disayangkan jika Timses masing-masing calon terus menyuguhkan hal seperti itu ke masyarakat.
Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 saling serang terus menggema di jagat nyata maupun dunia maya. Sangat disayangkan jika Timses masing-masing calon terus menyuguhkan hal seperti itu ke masyarakat.
"Harusnya timses dan pendukung saling jual program dan keunggulan calonnya ke masyarakat, bukan malah memprovokasi pendukungnya untuk saling menjelekkan dan menyerang lawan," ujar Pengamat Komunikasi Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio di Jakarta, Kamis (6/12).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa yang diraih Partai Gerindra di Pemilu 2019? Pada Pemilu 2019, perolehan suara Partai Gerindra kembali naik, walau tidak signifikan. Partai Gerindra meraih 12,57 persen suara dengan jumlah pemilih 17.594.839 dan berhasil meraih 78 kursi DPR RI.
Hendri mengungkapkan, sesuai teori, proses demokrasi itu akan langgeng dan damai dilaksanakan bila tercapai tiga hal. Ketiga hal itu yaitu ekonomi merata, hukum yang tidak tebang pilih, kedewasaan berpolitik, termasuk di dalamnya toleransi.
Menurut Hendri, kultur masyarakat Indonesia masih mengikuti tokoh dan panutannya. Kalau panutannya adem ayem, mereka juga tenang. Namun yang sekarang ramai adalah saling tuding sehingga memunculkan kata-kata viral seperti 'saya tabok', 'tampang boyolali' dan lain-lain.
"Itulah yang membuat timses seperti rem blong dan itu menjadi kegagalan yang diciptakan timses. Padahal kegagalan timses notabene adalah kegagalan capres dan cawapres 2019," tukas Founder lembaga survei KedaiKopi ini.
Selain itu, pada 2014 lalu, waktu kampanye hanya sebentar, sementara sekarang waktunya 6 bulan. Sekarang baru 2 bulan saja dinamikanya sudah seperti saat ini, padahal masih ada waktu 4 bulan lagi ke masa pemilihan.
"Tanpa disadari, akibat waktu kampanye terlalu lama, masyarakat jadi terjebak dalam lingkaran media sosial (medsos). Ironisnya mereka tidak sadar medsos makin penuh dengan berbagai hal negatif seperti hoaks, ujaran kebencian, kampanye hitam, adu domba, dan lain-lain," papar Hendri.
Ia menyarankan harus ada kerjasama menyeluruh antara badan dan lembaga negara untuk mendinginkan suasana. "Rangkul ulama dan tokoh agama yang memiliki kharisma, sehingga masyarakat bisa lebih tertata dan terjaga," tukasnya.
Selain itu, kata Hendri, perlu ada semacam relawan yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat untuk melawan upaya-upaya perpecahan baik di alam nyata maupun maya. Ini akan berdampak sangat besar bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Perlu ada gerakan relawan milenial tapi gerakannya akan seperti apa yang dan bisa mencakup pendukung Capres 01 dan Capres 02 dan dimengerti masyarakat secara cepat. Saya yakin pasti sebagian, bahkan seluruh rakyat Indonesia tidak ingin pecah cuma gara-gara medsos," tuturnya.
Hendri yakin bila gerakan relawan milenial itu mulai bergerak, maka para anak muda Indonesia akan bersatu. Ia juga mengajak seluruh pihak agar tidak khawatir dengan adanya kubu-kubuan jelang Pilpres.
"Pada saat anda mencoblos silakan mencoblos, tapi begitu keluar TPS selesai. Toh setelah nyoblos kita tetap sama yaitu rakyat Indonesia. Satu lagi, kalau ngomongin politik harus pakai hati, akal sehat, dan nalar," pungkasnya.
(mdk/did)