5 Mitos populer tentang aborsi
Beberapa mitos populer yang dipercaya mengenai aborsi ternyata tak sepenuhnya benar. Ketahui faktanya di sini!
Hingga saat ini aborsi menjadi hal yang kontroversi. Setiap orang tentu memiliki pendapat mereka masing-masing mengenai praktik aborsi. Pendapat ini tentunya dibentuk oleh pemahaman serta pengetahuan seseorang mengenai aborsi.
Meski begitu, tak jarang informasi yang didapatkan melalui aborsi hanya berupa mitos belaka dan bukan fakta yang sesungguhnya. Berikut adalah beberapa mitos yang banyak dipercaya mengenai aborsi, seperti dilansir oleh Opt (Options for Sexual Health).
-
Kenapa menjaga kesehatan alat reproduksi wanita itu penting? Penting untuk memahami bahwa alat reproduksi wanita bukan hanya tentang fungsi biologis, tetapi juga memainkan peran penting dalam identitas dan kesejahteraan psikologis perempuan.
-
Bagaimana orang mengatasi mitos gerhana dan kehamilan? Dengan menelusuri asal-usul kepercayaan tersebut dan melihatnya dari sudut pandang medis serta ilmiah, kita akan mencari tahu apakah benar ibu hamil perlu bersembunyi saat gerhana atau jika kepercayaan ini hanyalah bagian dari tradisi yang tidak perlu dikhawatirkan.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan organ reproduksi wanita? Menjaga kesehatan organ reproduksi wanita dengan baik dan aman merupakan hal yang penting untuk kesejahteraan dan kualitas hidup.
-
Apa yang dilakukan perempuan itu untuk menghentikan kehamilan temannya? Seorang perempuan dari Tiongkok didakwa karena mencoba menghentikan kehamilan rekan kerjanya dengan menambahkan racun ke dalam minumannya, dengan tujuan agar rekan kerjanya tidak mengambil cuti hamil dan menghindari beban kerja yang lebih berat.
-
Apa yang terjadi pada wanita yang meninggal dalam keadaan hamil menurut mitos? Menurut mitos yang tersebar, wanita yang meninggal ketika sedang hamil, terutama jika kematian mereka disebabkan oleh keadaan yang tragis atau tidak wajar, diyakini akan terus merasakan kehamilannya bahkan setelah meninggal.
-
Apa yang diungkap oleh Wakil Menteri Kesehatan? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
#1
Mitos: Aborsi bisa dilakukan kapan pun dalam masa kehamilan
Fakta: Aborsi tak bisa dilakukan seenaknya kapan pun diinginkan oleh wanita. Di beberapa negara dokter diperbolehkan melakukan aborsi pada saat usia kandungan masih sangat muda, pada trimester pertama dan ada yang memperbolehkannya sampai trimester kedua. Meski begitu, melakukan aborsi pada usia kandungan mencapai trimester ketiga dilarang karena berkaitan dengan kehidupan janin dan ibu yang tengah mengandung. Sementara itu di Indonesia, aborsi sendiri merupakan tindakan terlarang jika bukan karena alasan kesehatan. Meski begitu, hingga saat ini aborsi masih menjadi pertentangan baik secara moral, hukum, maupun agama.
#2
Mitos: Aborsi lebih berbahaya dari melahirkan
Fakta: Sama seperti melahirkan, aborsi juga bisa menyebabkan komplikasi. Meski begitu penelitian di Kanada tak menunjukkan bahwa aborsi lebih bahaya daripada melahirkan. Hal ini bergantung pada praktik aborsi yang dilakukan. Yang paling berbahaya adalah melakukan aborsi melalui praktik-praktik ilegal pada orang yang tak memiliki kemampuan medis mumpuni serta dengan peralatan yang tak sesuai standar bedah.
#3
Mitos: Aborsi bisa menyebabkan kanker payudara
Fakta: Pada Maret 2003, National Cancer Insitute (NCI) di Kanada menunjukkan tak ada kaitan antara aborsi dengan risiko kanker payudara. Untuk itu, hingga saat ini belum ada bukti jelas mengenai kaitan ini, serta dari mana mitos ini berkembang.
#4
Mitos: Aborsi menyebabkan depresi dan trauma psikologi berkepanjangan
Fakta: Trauma dan depresi setelah aborsi ini telah diajukan sebagai salah satu alasan penolakan aborsi oleh kelompok anti-aborsi di Amerika sejak tahun 1980-an. Meski begitu, peneliti tak menemukan adanya bukti bahwa wanita yang melakukan aborsi akan merasakan depresi atau trauma yang disebut post-abortion syndrome.
#5
Mitos: Daripada aborsi, lebih baik wanita gunakan kontrasepsi
Fakta: Tak ada kontrasepsi yang memberikan jaminan 100 persen berhasil. Sekitar 54 persen wanita yang berharap melakukan aborsi telah mencoba mencegah kehamilan. Selain itu, penyebab seorang wanita hamil bisa berbeda-beda. Bisa jadi seorang wanita telah mengalami perkosaan dan kemudian hamil. Hal ini tak bisa dicegah dengan kontrasepsi.
Itulah beberapa mitos dan anggapan yang banyak dimiliki oleh masyarakat saat ini. Hingga saat ini praktik aborsi memang masih menjadi kontroversi dan perdebatan, bahkan di Indonesia. Terlepas dari informasi di atas, sikap terhadap praktik aborsi kembali pada pemahaman dan kepercayaan masing-masing individu.
(mdk/kun)