Ahli gizi FKUI: Minyak sawit tidak bahaya asal bijak konsumsinya
"Minyak sawit kita butuhkan hanya saja jumlahnya tentu harus dibatasi. Jadi harus bijaksana dalam mengonsumsi."
Minyak sawit sering dipersepsikan sebagai minyak yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Padahal, menurut ahli gizi, penggunaan minyak sawit dalam batas tertentu sangat bermanfaat bagi tubuh. Di antaranya membantu mencukupi kebutuhan vitamin A dan E bagi tubuh, juga memenuhi kebutuhan lemak.
Ahli Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Inge Permadi menerangkan bahwa Konsumsi minyak sawit sebenarnya tidak berbahaya asal bijaksana dalam mengonsumsinya.
"Minyak sawit kita butuhkan hanya saja jumlahnya tentu harus dibatasi. Jadi harus bijaksana dalam mengonsumsi," katanya di sela Kapita Selekta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bogor 2016 bertema current approach in the diagnosis and management of medical problema in daily practise.
Sebab jika berlebihan tentu minyak apapun jenisnya tidak harus minyak sawit akan berbahaya bagi tubuh. Minyak berlebihan akan meningkatkan kadar lemak dalam darah (HDL) sehingga bisa memicu meningkatnya kolesterol.
Adapun batasan penggunaan minyak dalam sehari maksimal tujuh persen dari total kebutuhan kalori atau sekitar 1,5 sendok makan.
Inge mengakui dalam beberapa hal minyak sawit jauh lebih baik dibanding jenis minyak lainnya. Misalnya dalam hal kandungan vitamin E, minyak sawit mengandung 1.172 ppm. Bandingkan dengan minyak kedelai yang hanya 958 ppm, minyak jagung 782 ppm dan minyak zaitun 51 ppm.
Di samping itu minyak sawit juga menjadi jenis minyak paling tahan terhadap pemanasan sehingga dalam satu kali proses pemanasan hanya akan menimbulkan perubahan 14,2 persen, sementara minyak jagung lebih dari 20 persen.
Dalam sejumlah riset, minyak sawit terbukti memiliki manfaat mencegah penuaan dini dan mampu menghambat penyakit degeneratif. Juga terbukti konsumsi asam palmitat tidak mengakibatkan hiperkolesterolemia jika dikonsumsi bersama asam linoleat dengan kandungan kurang dari 4,5 persen dari total energi.
"Manfaat lain yang sudah diketahui masyarakat adalah diet minyak sawit dapat menurunkan serum TC, LDL-C dan TC/HDL-C," jelasnya.
Sementara itu Rusman Heriawan, Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengakui gencarnya kampanye hitam terkait kelapa sawit membuat produk ini terancam anjlok penggunaanya. Kampanye hitam ini tentu sangat merugikan Indonesia sebagai negara penghasil sawit yang cukup besar.
"Kajian terkait manfaat minyak selama ini lebih besar pada minyak sawit. Tetapi minyak jenis lainnya nyaris tidak ada. Karena itu anggapan bahwa minyak sawit berbahaya bagi kesehatan tentu tidak benar," katanya.
Rusman mengingatkan bahwa saat ini nilai ekonomi minyak sawit sangat besar bagi perekonomian nasional. Data menunjukkan 41,55 persen produksi minyak sawit dihasilkan oleh petani kelapa sawit. Jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam industri sawit mencapai angka 4,2 juta jiwa, sedang tenaga kerja yang tidak terlibat langsung mencapai 12 juta.
Selain itu 11,7 persen ekspor nasional adalah minyak sawit. Fakta tersebut sekaligus menunjukkan bahwa saat ini sawit menjadi komoditas andalan pertama setelah batu bara, migas, kopi dan rempah anjlok.