Beberapa gangguan kesehatan berikut ini rentan dialami polisi
Melihat data medis yang ada di atas, kita semua harus sadar bahwa kesehatan itu sangat penting dan mahal harganya. Tanggung jawab pekerjaan memang penting juga, dan jangan sampai ditinggalkan. Namun alangkah baiknya kalau kita juga menjaga kesehatan.
Menjadi seorang abdi negara memang menjadi sebuah kebanggaan sekaligus menjadi sebuah tanggung jawab yang besar. Contohnya polisi, dikarenakan tugasnya yaitu menjaga ketentraman masyarakat, mereka pun jadi sangat sibuk dan sering kali mengabaikan kesehatan mereka sendiri. Berikut ini ada empat jenis gangguan kesehatan yang rentan dialami oleh polisi.
Research Professor of Epidemiology and Environmental Health, John M Violanti, PhD, dalam penelitiannya mengatakan bahwa anggota kepolisian di Buffalo, Amerika Serikat, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah. Seakan hal ini menjadikan pekerjaan buat pria tak subur.
-
Bagaimana kasus-kasus viral ini diusut polisi? Ragam Kasus Usai Viral Polisi Baru Bergerak Media sosial kerap menjadi sarana masyarakat menyuarakan kegelisahan Termasuk jika berhubungan dengan kepolisian yang tak kunjung bergerak mengusut laporan Kasus viral yang baru langsung diusut memunculkan istilah 'no viral, no justice'
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Bagaimana polisi menangani kasus pencabulan ini? Adapun barang bukti yang berhasil diamankan oleh polisi antara lain hasil "visum et repertum", satu helai celana panjang jenis kargo warna hitam, dan satu buah jepit berwarna pink. Akibat perbuatan tersebut, pelaku dijerat Pasal 82 Ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Juncto Pasal 76 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara dan atau Pasal 6 C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Kekerasan Seksual dengan ancaman maksimal pidana penjara paling lama 12 tahun.
-
Bagaimana polisi membantu pemuda tersebut? Saat mereka berdua keluar tol, pemuda tersebut langsung diajak makan oleh anggota Polri yang tidak diketahui namanya itu. Pasalnya, pemuda tersebut belum makan dan masih harus melakukan perjalanan yang cukup panjang.“Ayo nanti keluar tol kita makan dulu, ya. Kita sarapan dulu, ya,” kata Polisi. Sesampainya di tempat makan, pemuda tersebut pun manghabiskan makanannya dengan lahap. Ia mengaku sudah kehabisan energi untuk berjalan kaki. Setelah makan, Polisi tersebut memberikan sejumlah uang dan sembako kepada pemuda itu untuk ongkos naik kendaraan umum dan bekal selama di rumah.“Buat bekal, buat ongkos ini, ya, cukup ya. Ini sembako buat bawa balik. Hati-hati di jalan, ya
polisi ©2018 liputan6.com
“Beban kerja dan tugas malam yang dilakukan anggota kepolisian berkontribusi pada peningkatan risiko kesehatan seperti penyakit metabolik, yaitu penumpukan lemak perut, hipertensi, resistensi insulin dan diabetes tipe 2, serta stroke,” jelas Violanti.
1. Penumpukan lemak perut
Menurut dr Nadia Octavia dari KlikDokter, penumpukan lemak di perut tak melulu terjadi akibat konsumsi makanan tinggi kalori. Keadaan ini juga dapat disebabkan oleh kurang tidur, stres, dan pengaruh lingkungan.
Seperti diketahui, polisi merupakan sekumpulan orang yang selalu berjaga siang dan malam demi terwujudnya keamanan lingkungan. Hal ini bisa membuat mereka rentan kekurangan waktu tidur atau kesulitan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, yang pada akhirnya berkontribusi pada terjadinya stres.
Parahnya lagi, para anggota polisi mungkin juga kesulitan untuk membagi waktu kapan harus berolahraga dan menunaikan tugasnya. Pada akhirnya. penumpukan lemak di perut kerap tak bisa dihindari.
Penumpukan lemak di perut itu sendiri merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit berbahaya, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
2. Hipertensi
Seperti telah diungkit sebelumnya, tekanan darah tinggi adalah salah satu penyakit yang terwujud dari adanya penumpukan lemak di perut. Berdasarkan penjelasan dr Anita Amalia Sari dari KlikDokter, risiko terjadinya masalah kesehatan ini bisa menjadi lebih tinggi bila seseorang juga memiliki kebiasaan merokok, kurang olahraga, dan sering stres.
Lebih lanjut, dr Anita menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mengalami hipertensi bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
3. Diabetes tipe 2
polisi ©2018 liputan6.com
Diabetes tipe 2 adalah penyakit metabolik yang terjadi akibat sel beta di pankreas tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau sel-sel tubuh tidak menunjukkan respons terhadap insulin yang diproduksi. Keadaan ini menyebabkan kadar gula darah di dalam tubuh cenderung tinggi.
Pada penderitanya, diabetes tipe 2 dapat menyebabkan gejala yang bervariasi. Umumnya berupa sering merasa haus, sering buang air kecil, penurunan berat badan tanpa sebab, rasa lapar yang ekstrem, badan lemas, pandangan kabur, dan luka yang tak kunjung sembuh.
4. Stroke
Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Orang yang mengalami penyakit ini berisiko tinggi untuk kehilangan nyawa. Kalaupun dapat bertahan, penderita sangat mungkin untuk mengalami kecacatan.
Spesialis jantung dan pembuluh darah, dr Vito A Damay, menjelaskan bahwa stroke dapat terjadi akibat pendarahan atau penyumbatan pada pembuluh darah. Faktor risiko dari penyakit ini meliputi kolesterol tinggi, adanya plak di pembuluh darah (aterosklerosis), kelebihan kadar lemak di dalam tubuh (obesitas), penyakit hipertensi yang tidak terkendali, dan penyakit jantung bawaan.
Lebih jauh, dr Vito menjelaskan bahwa seseorang yang terkena stroke juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung maupun serangan jantung. Ini karena stroke dan penyakit jantung memiliki faktor risiko serupa.
Melihat data medis yang ada di atas, kita semua harus sadar bahwa kesehatan itu sangat penting dan mahal harganya. Tanggung jawab pekerjaan memang penting juga, dan jangan sampai ditinggalkan. Namun alangkah baiknya kalau kita juga menjaga kesehatan. Misalnya dengan rutin berolahraga dan menjaga asupan makanan yang sehat.
Sumber: Liputan6.com
(mdk/mg2)