Bisa paling mematikan ular laut, anti bisa impor dari Australia
Jenis bisa ular laut masuk kategori miotoksin, yang menyebabkan otot tubuh kaku dan langsung rusak.
Bisa ular paling ganas dan mematikan diduduki oleh ular laut atau hydrophiinae. Setiap korban gigitan ular laut hampir dipastikan tidak tertolong atau meninggal dunia di tempat.
"Hingga kini kami belum pernah menanganinya, mungkin karena tidak pernah sampai ke rumah sakit, kebanyakan meninggal di lokasi," kata Tri Maharani, dokter spesialis emergency yang konsen menangani pasien gigitan ular berbisa di Universitas Brawijaya di Malang, Minggu (30/8).
Jenis bisa ular laut masuk kategori miotoksin, yang menyebabkan otot tubuh kaku dan langsung rusak. Karena itu korban harus secepatnya mendapat suntikan anti bisa.
Sayang sekali untuk anti bisa jenis ular laut yang memproduksi Australia. Sementara Indonesia dipastikan belum memilikinya, karena selama ini Biofarma hanya punya satu, yakni sabu (Serum Anti Bisa Ular) yang diperuntukkan bagi gigitan ular tanah, ular weling dan ular kobra.
"Anti bisa untuk korban gigitan ular laut harus didatangkan dari CSL Australia, Anti bisa ular laut Polivalen," katanya.
Berdasarkan petunjuk, pemberiannya antara 10-30 Ml atau 1-3 Vial diberikan dengan rentang waktu satu sampai dua jam. Setelah diberikan harus terus dipantau perkembangan pasiennya.
Namun apapun jenis ularnya, kata Tri, setiap gigitan ular harus tetap diwaspadai. Bahkan jika seseorang digigit ular harus diperlakukan sama dengan ular berbisa.
Korban harus diperban di bagian yang luka dan dipasang spalk agar tidak bergerak. Karena kalau bergerak, bisa racunnya akan cepat menyebar. Setelah itu, secepatnya dibawa ke dokter atau rumah sakit.
"Usahakan tahu jenis ular yang menggigit, bisa dengan memotret atau membawa ularnya," katanya.
Jenis ular berbisa sangat banyak jenisnya, sehingga bisa racunnya harus teridentifikasi. Tri yang sudah menangani 51 Kasus korban gigitan ular berbisa perlu mengenali secara pasti.
"Apalagi ada nama daerah yang berbeda dengan daerah lain, ada istilah blandotan macan, ular dumung, ular sowo dan lain-lain," katanya.
Tri yang baru dua tahun mendalami penanganan pasien gigitan ular akhirnya mengoleksi ular yang dibawa oleh pasiennya. Bahkan beberapa ekor masih dalam kondisi hidup.
"Karena tidak boleh menyimpan ular di rumah sakit, saya titipkan ke teman untuk dipelihara," katanya sambil tertawa.