Bumi Alami Cuaca Ekstrem, Kenali Sejumlah Dampak Berbahaya pada Anak
Cuaca ekstrem yang muncul beberapa waktu belakangan ini bisa menimbulkan dampak kesehatan. Hal ini terutama bisa dialami oleh anak-anak akibat perubahan suhu yang tak menentu. Salah satu permasalahan yang rentan dialami oleh anak adalah perubahan suhu tubuh.
Cuaca ekstrem yang muncul beberapa waktu belakangan ini bisa menimbulkan dampak kesehatan. Hal ini terutama bisa dialami oleh anak-anak akibat perubahan suhu yang tak menentu.
Salah satu permasalahan yang rentan dialami oleh anak adalah perubahan suhu tubuh. Dampak yang dialami oleh anak ini bisa berbahaya dan bahkan berujung pada kematian.
-
Kapan penting untuk memperhatikan kesehatan anak saat cuaca ekstrem? Pada musim hujan dan liburan seperti saat ini, pentin untuk menjaga kesehatan anak dengan berbagai cara.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan anak saat cuaca ekstrem? Jaga kesehatan anak saat cuaca ekstrem dapat dilakukan dengan beberapa cara berikut. Jika cuaca sangat panas atau dingin, usahakan agar anak tidak terlalu lama berada di luar ruangan. Jika memungkinkan, cari tempat yang teduh atau ruangan yang nyaman untuk melindungi anak dari suhu ekstrem.
-
Apa saja yang harus diwaspadai orang tua terkait kesehatan anak saat cuaca ekstrem? Perubahan cuaca yang mendadak dari panas terik menjadi hujan atau dingin dan berangin ini perlu sangat diwaspadai oleh orangtua.
-
Kenapa penting untuk menjaga kesehatan anak saat cuaca ekstrem? Ketika anak sakit, hal ini bisa sangat memengaruhi liburan mereka yang seharusnya menyenangkan.
-
Apa manfaat pelukan bagi kesehatan fisik anak? Dalam konteks ini, Dr. Bruce D. Perry, seorang ahli neurosains anak, mengungkapkan, "Ketika anak merasa nyaman dan aman melalui kontak fisik seperti pelukan, produksi kortisol dalam tubuhnya akan berkurang, sehingga ia lebih mampu mengatasi stres dan mengembangkan kepercayaan diri yang kuat."
-
Apa masalah kesehatan serius yang banyak dihadapi anak-anak Indonesia? Dokter spesialis anak divisi endokronologi dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), mengungkapkan bahwa diabetes tipe 1 merupakan masalah serius yang paling umum dihadapi anak-anak Indonesia.
Metode sederhana berupa aktivitas kontak antar-kulit atau dikenal dengan sebutan effect of kangaroo dipercaya efektif untuk mengatasi gejala hipotermia atau penurunan suhu tubuh secara drastis pada anak-anak yang bisa disebabkan oleh paparan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim.
"Seperti halnya anak kanguru yang menempel pada tubuh sang induk, metode ini bisa meningkatkan suhu tubuh dan menurunkan risiko hipotermia sehingga anak-anak terhindar dari kematian," ungkap Ketua Satuan Tugas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed., Sp.A(K), beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Dalam diskusi mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan anak-anak, Taufiq menjelaskan bahwa suhu bumi dan kejadian cuaca ekstrem menjadi permasalahan yang mengakibatkan anak-anak rentan terhadap dampak langsung perubahan iklim.
Suhu bumi yang ekstrem tersebut mencakup suhu panas dan dingin, sedangkan kejadian cuaca ekstrem meliputi kekeringan, kebakaran hutan, badai dan banjir, serta presipitasi atau proses jatuhnya segala materi yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam bentuk hujan.
"Anak-anak menghirup lebih banyak udara dan bahan berbahaya yang terkandung di dalamnya. Ini sangat berbahaya kalau terjadi kebakaran hutan. Mereka juga banyak bermain di luar rumah, sehingga bila terjadi cuaca ekstrem maka risikonya mudah dehidrasi atau bisa kematian kalau terlalu panas atau dingin," imbuhnya.
Dari aspek anatomi, tumbuh kembang, fisiologis dan psikologis, lanjut Taufiq, anak-anak tidak cukup cakap untuk menghindari kondisi kegawatdaruratan akibat cuaca ekstrem. Dampaknya semisal saat banjir bandang, kata Taufiq, maka anak-anak lebih sulit menyelamatkan diri ketimbang orang dewasa.
Selain itu, anak-anak juga memiliki risiko dehidrasi besar sehingga ketika ada banjir dan wabah diare maka mereka rentan menjadi korban dan mesti dilarikan ke rumah sakit. Sementara dari sisi psikologis juga terdapat ancaman bagi anak-anak terkait aktivitas perubahan iklim.
"Secara psikologis, terkadang anak-anak ingin tahu terhadap hal yang menantang. Maka ketika hujan lebat, mereka akan banyak bermain di situ sehingga bisa terseret oleh arus air hujan yang sangat ekstrem," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso menambahkan bahwa secara global bumi memang mengalami banyak perubahan, semisal tempat yang tadinya gersang kini menjadi hijau, atau tempat yang panas berubah menjadi dingin.
Aneka perubahan iklim dengan berbagai macam dampaknya itu bisa berpengaruh terhadap kelompok rentan di antaranya anak-anak, khususnya balita. Meski rentan, balita lebih banyak beraktivitas di dalam rumah.
"Sedangkan anak-anak usia di atas itu lebih banyak beraktivitas di luar rumah karena itu kalau ada perubahan cuaca mereka bisa terpapar. Pada prinsipnya anak-anak adalah kelompok rentan yang harus dilindungi. Jangan sampai perubahan ini menghalangi perkembangan dan pertumbuhan mereka," tandasnya.
(mdk/RWP)