Hati-hati, persepsi terhadap stres bisa picu serangan jantung
Orang yang percaya bahwa stres bisa mempengaruhi kesehatannya diketahui lebih rentan mengalami serangan jantung.
Anggapan bahwa stres dan perasaan tertekan bisa mempengaruhi kesehatan, tentu wajar bagi semua orang. Namun sebuah penelitian mengungkap bahwa anggapan semacam ini justru bisa berbahaya. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang percaya stres bisa mempengaruhi kesehatan mereka lebih rentan kena serangan jantung.
Peneliti menemukan bahwa orang yang memiliki sugesti negatif semacam itu berisiko dua kali lipat untuk terkena serangan jantung dibandingkan orang yang tak beranggapan bahwa stres bisa mempengaruhi kesehatan mereka.
-
Bagaimana stres mempengaruhi jantung? Tekanan darah akan meningkat seiring dengan berlanjutnya stres. Hal ini terjadi karena pembuluh darah akan menyempit. Dampaknya, risiko terkena masalah jantung, seperti hipertensi, kadar kolesterol yang tinggi, dan serangan jantung akan semakin meningkat.
-
Bagaimana cara stres kronis menyebabkan penyakit jantung? Penelitian telah menunjukkan bahwa stres kronis dapat meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, yang berujung pada peradangan pembuluh darah. Selain itu, stres juga dapat memperburuk kondisi tekanan darah, yang kemudian memperbesar risiko penyakit jantung. "Kalau dari penelitian, dia bisa meningkatkan kadar lemak dalam tubuh, kemudian terjadi peradangan pembuluh darah pada jantung dan juga beban kerja jantung meningkat, detak jantung cepat, tekanan darah tinggi, sehingga risiko terjadinya penyakit jantung baik koroner dan lainnya," ungkap Dr. Rio.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.
-
Kapan stres bisa menjadi berbahaya bagi jantung? Tidak semua stres dapat langsung merusak jantung. Stres yang terjadi dalam jangka pendek atau sesaat, menurut Dr. Rio, tidak akan menyebabkan kerusakan serius pada jantung. "Kalau cemas atau stres yang hanya 1 sampai dengan 2 hari itu tidak termasuk," katanya.
"Persepsi yang dimiliki seseorang mengenai seberapa kuat pengaruh stres pada kesehatan mereka bisa jadi memang benar. Namun jika ini persepsi yang mereka miliki, sebaiknya mereka segera mengambil tindakan dengan mengecek kesehatan jantung mereka," ungkap penulis penelitian Hermann Nabi, dari Centre for research in Epidemiology and Population Health di INSERM, Prancis, seperti dilansir oleh US News (27/06).
Meski begitu penelitian ini tak melihat apakah persepsi seseorang terhadap stres berkaitan dengan penyakit kardiovaskular. Selain itu tak dijelaskan juga apakah dengan mengurangi persepsi terhadap stres atau mengurangi stres bisa menurunkan risiko serangan jantung.
Dalam penelitian ini, tim Nabi mengumpulkan data dari 7.000 pria dan wanita sejak tahun 1985. Mereka ditanya mengenai persepsi terhadap stres dan kesehatan mereka. Selain itu peneliti juga mengukur tingkat stres dan mempertimbangkan faktor lain seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, diet, dan aktivitas fisik.
Tampaknya penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan dengan jelas kaitan antara persepsi seseorang terhadap stres dengan penyakit jantung yang mereka alami. Selain itu, peneliti juga akan menyelidiki untuk mengetahui apakah mengurangi stres atau mengubah perspektif bisa menurunkan risiko serangan jantung.