Ini Penyebab Nyamuk Penyebab DBD, Aedes Aegypti Sulit Diberantas
Maraknya jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) tampaknya belum akan berhenti dan masih bakal bertambah. Sesungguhnya, angka penderita DBD masih bisa ditekan asalkan masyarakat mau peduli akan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang.
Maraknya jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) tampaknya belum akan berhenti dan masih bakal bertambah. Sesungguhnya, angka penderita DBD masih bisa ditekan asalkan masyarakat mau peduli akan 3M, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang.
Hal ini diungkapkan Kepala Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman (UKPHP) dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Drh Upik Kesumawati dalam diskusi Lengkapi Langkah Perlindungan 3M Plus Agar si Kecil Bebas Main Tanpa Nyamuk.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Kapan kasus DBD biasanya meningkat? Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu terjadi di musim hujan, dan penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
-
Di mana DBD menjadi masalah utama? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Apa saja gejala DBD pada anak? Gejala penyakit DBD atau demam berdarah dengue pada anak antara lain adalah sebagai berikut: Demam tinggi. Anak akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40°C selama 2-7 hari. Demam ini bisa memiliki pola pelana kuda, yaitu demam naik turun dengan fase kritis di saat suhu menurun.
"Ini yang membuat nyamuk Aedes aegypti masih marak dan menyebar di mana-mana," katanya.
"Manusianya itu yang malas. Saya rasa permasalahannya dari dulu seperti itu," Upik menekankan.
Berdasarkan penelitian, lanjut Upik, nyamuk Aedes aegypti telah mengalami perubahan perilaku adaptif. Jika sebelumnya nyamuk penyebab DBD ini lebih aktif mengisap darah di siang hari, kini aktif mengisap di malam hari.
Upik, mengatakan, perkembangbiakan nyamuk berbahaya satu ini terjadi tak hanya di tempat yang berpolusi, tapi juga bertelur di air yang jernih. Sehingga, jentiknya dengan mudah ditemukan di berbagai tempat baik di dalam, maupun luar rumah.
Meski ketika dewasa, nyamuk Aedes aegypti betina sebagai pembawa virus dengue, lebih senang hidup di dalam ruangan serta membutuhkan darah manusia untuk membantu perkembangan telurnya”.
Karena itu, Upik mengimbau kepada para masyarakat untuk lebih peduli terhadap 3M, guna memberantas nyamuk Aedes aegypti.
"3M itu mudah, enggak usah pakai biaya, tinggal kemauan kita yang mau membersihkan sarang-sarang itu," Upik menekankan.
Jangan lupa juga untuk melakukan berbagai upaya pencegahan yang dianjurkan, serta melindungi diri dari gigitan nyamuk, dengan menggunakan produk yang terpercaya.
“Saya pribadi bersama tim di IPB berkesempatan melakukan pengujian terhadap formula baru MY BABY Minyak Telon Plus. Hasilnya, ekstrak bahan alami yang diformulasikan pada produk ini, terbukti mampu mencegah gigitan nyamuk, termasuk jenis Aedes aegypti hingga 8 jam," tandas Upik.
Reporter : Dara Elizabeth
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Gunakan Obat Nyamuk Semprot Tak Efektif untuk Basmi Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Begini Cara Kenali Gejala Demam Berdarah pada Bayi
Minum Sedikit Disertai Demam Bisa Jadi Indikator Anak Mengalami DBD
Nyamuk Demam Berdarah Paling Rentan Serang Anak-Anak pada Hari Senin
Cara Mencegah DBD dan Mengobati Demam Berdarah
Tempat-Tempat Persembunyian Nyamuk Demam Berdarah di Rumah