Konsumsi Makanan Berkolesterol Perlu Dibatasi, Bukan Dihindari Sepenuhnya
Menurut dokter spesialis gizi klinik Putri Sakti, pengaturan pola makan atau diet bukan berarti harus menghentikan asupan lemak sepenuhnya. Pasalnya, kolesterol dalam jumlah yang cukup masih dibutuhkan tubuh salah satunya untuk membantu produksi vitamin D.
Permasalahan kolesterol tinggi merupakan suatu hal yang tidak boleh ditangani sembarangan karena bisa berujung pada masalah kesehatan yang serius. Untuk mencegahnya, gaya hidup sehat dan pola makan tepat merupakan hal yang harus dilakukan.
Menurut dokter spesialis gizi klinik Putri Sakti, pengaturan pola makan atau diet bukan berarti harus menghentikan asupan lemak sepenuhnya. Pasalnya, kolesterol dalam jumlah yang cukup masih dibutuhkan tubuh salah satunya untuk membantu produksi vitamin D.
-
Dimana sumber informasi tentang makanan yang berbahaya bagi penderita kolesterol? Dikutip dari beberapa sumber pada hari Senin (22/4/2024), sejumlah jenis makanan berikut perlu dihindari atau minimalnya dikonsumsi dalam takaran yang terbatas oleh individu yang mengalami masalah kolesterol tinggi.
-
Kenapa penting untuk konsumsi makanan dengan kolesterol baik? Makanan yang mengandung kolesterol baik bisa dikonsumsi karena memberi manfaat bagi kesehatan tubuh.
-
Apa itu kolesterol? Dilansir dari situs Halodoc, kolesterol adalah lemak yang diproduksi tubuh dan bisa juga berasal dari makanan hewani. Senyawa tersebut memiliki peran membantu tubuh memproduksi vitamin D, sejumlah hormon dan asam empedu untuk mencerna lemak.
-
Kenapa makanan kaya lemak sehat, serat, dan nutrisi penting lain bisa meningkatkan kolesterol baik? Makanan yang dapat meningkatkan kadar HDL umumnya kaya akan lemak sehat, serat, dan nutrisi penting lainnya. Misalnya, lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda yang ditemukan dalam minyak zaitun, alpukat, dan kacang-kacangan, telah terbukti efektif dalam meningkatkan HDL.
“Kolesterol kita tetap perlu ya karena fungsinya sangat banyak kalau kita terlalu diet ketat misalnya rebus kukus aja, nah itu sebetulnya kalau saya pribadi kurang menganjurkan,” kata Putri beberapa waktu lalu.
“Walaupun lemak atau kolesterol menjadi lebih rendah tapi kita kan butuh mindful eating juga. Jadi tetap konsumsi makanan yang seimbang, tetap variasikan makanan tapi pastikan agar cara pengolahannya tepat,” lanjutnya.
Putri menambahkan, asupan makanan yang tinggi kolesterol memang perlu dibatasi tapi bukan berarti tidak boleh.
“Jadi misalkan lagi pengen makan udang yang memang juga tinggi kolesterol ya seminggu sekali masih oke lah ya sambil kita pantau kadar kolesterolnya. Pengolahannya juga coba cari deh yang tepat, kalau kolesterol tinggi ya jangan yang digoreng,” jelas Putri.
Ganti Bahan Masakan dengan yang Lebih Sehat
Putri tak memungkiri, masyarakat Indonesia sangat erat kaitannya dengan konsumsi makanan yang kaya akan santan dan lemak. Salah satu cara agar tetap bisa makan makanan Indonesia tanpa meningkatkan kolesterol adalah dengan modifikasi bahan masakannya.
“Paling enggak kita oprek cara mengolahnya. Misalnya, opor, kalau saya masak opor biasanya enggak pakai santan, saya pakai susu kedelai. Rasanya sama enaknya, tinggal kita mainkan di rempah-rempah.”
“Jadi kalau memang memungkinkan ada bahan substitusi pengganti santan otomatis itu akan membantu atau pakai santannya yang encer bukan yang terlalu kental. Atau pas makan usahakan kuahnya enggak terlalu banyak, kadang kuahnya itu yang bikin terlalu tinggi kolesterol,” kata Putri.
Batasi Makanan Cepat Saji
Bagi orang dengan kolesterol tinggi, Putri pun menganjurkan untuk membatasi konsumsi makanan cepat saji. Pasalnya, makanan-makanan ini cenderung diolah dengan cara deep fried.
“Junk food atau fast food memang tipikal lemaknya lebih tinggi dan pastinya risiko meningkatkan kolesterol lebih besar.”
Ketimbang makan makanan cepat saji, Putri lebih menyarankan untuk konsumsi makanan yang mengandung serat dan plant stanol ester secara rutin.
“Sayur, buah, oats, biji-bijian, sereal itu tinggi dengan kandungan plant stanol ester. Tapi balik lagi, setiap makanan sumber itu memang kandungannya tidak sebesar produk yang memang sudah diambil kandungan aktifnya.”
“Contoh, untuk kita mendapatkan minimal dua gram plant stanol ester itu kita harus makan 15 sampai 20 buah, itu tergantung jenis buahnya apa. Jadi, otomatis kalau dari makanan sumber akan sulit memenuhi rekomendasi dokter yang dua gram per hari,” kata Putri.
Reporter: Ade Nasihudin Al Ansori
Sumber: Liputan6.com