Pelaku seks 'ekstrem' hidupnya lebih sehat dan stabil?
Seks BDSM juga disebut sebagai sebuah praktik seksual yang melibatkan rasa sakit dan kekerasan saat bercinta.
Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa pelaku seks 'ekstrem' BDSM (Bondage and Discipline, Sadism and Masochism atau perbudakan, disiplin, sadis, dan masokis) memiliki kehidupan psikologis yang lebih sehat.
Seks BDSM juga disebut sebagai sebuah praktik seksual yang melibatkan rasa sakit dan kekerasan saat bercinta serta melukai diri sendiri atau pasangan untuk mencapai kepuasan.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Di mana Ina Marika menimba ilmu selama kuliah? Artis FTV yang memulai debut karirnya pada tahun 2015 ternyata sedang menempuh pendidikan di Universitas Mercu Buana, dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi.
-
Kenapa Raden Adipati Djojoadiningrat berani melamar Kartini? Karena gagasannya ini, pada awal abad ke-20 Kartini mampu mendirikan sekolah perempuan pertama di rumahnya yang berada di Kabupaten Rembang untuk memberdayakan perempuan sehingga bisa membaca, berhitung, dan menulis.
-
Mengapa penelitian ini dianggap penting? “Ini adalah lompatan besar bagi sains! Dan ini baru permulaan. Kami berharap dapat mengadaptasi teknik AI dan ML ini pada hewan lain dan meletakkan dasar bagi kecerdasan luar biasa di berbagai industri terkait hewan. Jika kita tahu apa yang dirasakan hewan, kita bisa merancang dunia yang lebih baik untuk mereka,” Cheok melanjutkan,
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
Meskipun terdengar mengerikan, namun penelitian dari Tilburg University menunjukkan kalau hasil tes perilaku dan psikologis para pelaku seks BDSM jauh lebih baik dibanding mereka yang bercinta secara normal, demikian seperti yang dilansir dari Daily Mail.
Sebanyak 902 pelaku seks 'ekstrem' BDSM dan 434 non-BDSM terlibat dalam penelitian ini. Mereka diminta mengisi kuesioner tentang perilaku, sensitivitas penolakan, ikatan dalam sebuah hubungan asmara, dan kebahagiaan.
Hasilnya, kebanyakan pelaku BDSM memiliki sisi psikologis yang lebih sehat dan stabil. Mereka juga lebih terbuka dengan berbagai hal baru dan lebih jarang cemas dibandingkan dengan pelaku seks yang biasa-biasa saja.
Untuk ukuran sensitivitas penolakan - cara mengukur seberapa paranoid seseorang terhadap ketidaksukaan orang lain pada dirinya - ternyata pelaku BDSM juga mencetak skor yang lebih rendah. Sehingga mereka lebih bahagia dan percaya diri dengan hubungan yang dijalaninya.
Uniknya, peran pelaku BDSM ketika bercinta juga berhubungan dengan psikologis mereka. Misalnya 'dominan' (yang menyiksa) disebut punya sisi psikologis paling sehat dan stabil, sementara 'budak' (yang disiksa) sisi psikologisnya lebih rendah.
"Meskipun disiksa, buktinya pelaku BDSM yang bertindak sebagai 'budak' masih tetap memiliki sisi psikologis yang lebih baik daripada pelaku seks normal," terang Dr Andreas Wismeijer.
Hasil penelitian tersebut kemudian diterbitkan dalam Journal of Sexual Medicine.
Baca juga:
Kapan boleh 'berteriak' saat berorgasme?
10 Fakta mencengangkan soal orgasme
3 Tanda wanita memalsukan orgasme
Ketika dipijat, jempol pria ini alami orgasme
Ternyata ini alasan pria memalsukan orgasme