Penderita Penyakit Kronis Wajib Hindari Makanan dan Minuman Manis
"Kalau sudah keburu punya gula tinggi, tentunya harus direstriksi dan diperkecil lagi jumlah (asupan gula)," kata Plt. Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular Kesehatan Jiwa NAPZA Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Ngabila Salama.
Salah satu rasa yang digemari oleh hampir semua orang adalah rasa manis pada makanan dan minuman. Sayangnya, terlalu berlebihan mengonsumsinya bisa sebabkan masalah kesehatan terutama bagi mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes melitus atau kencing manis.
"Kalau sudah keburu punya gula tinggi, tentunya harus direstriksi dan diperkecil lagi jumlah (asupan gula)," kata Plt. Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular Kesehatan Jiwa NAPZA Dinas Kesehatan DKI Jakarta dr. Ngabila Salama beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
-
Kenapa mengenali gejala dini diabetes penting? "Kita harus mengenali secara dini diabetes supaya kita tahu sejak dini, tidak menunggu skrining. Harus tahu tanda-tanda. Ada dua yakni gejala akut yang terjadi mendadak dan gejala kronis," terang Soebagijo dilansir dari Antara.
-
Kapan seseorang dikatakan menderita diabetes? Jika nilai 2 jam setelah minum glukosa mencapai lebih besar atau sama dengan 200 mg/DL (11,1 mmol/L)
-
Apa yang meningkatkan risiko diabetes? Ketika orang begadang, dia akan makan lebih banyak, namun pada malam hari tidak banyak aktivitas yang dapat dilakukan. Dalam jangka panjang, perubahan-perubahan pola hidup seperti ini bisa menyebabkan seorang lebih mudah terkena diabetes
-
Apa saja sayuran yang baik untuk mengelola diabetes? Sayuran bukan hanya pilihan yang sehat untuk semua orang, tetapi juga sangat berguna bagi mereka yang memiliki diabetes. Sayuran mengandung berbagai nutrisi penting, serat, dan senyawa bioaktif yang dapat membantu menjaga gula darah tetap terkendali, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup.
-
Kenapa penting untuk menjaga kesehatan diri bagi penderita diabetes melitus? Pasalnya, ternyata diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang bisa memicu komplikasi serius, lho! Jadi, penting untuk selalu waspada dan aware dengan berbagai kondisi yang terjadi pada tubuh penderita diabetes melitus.
-
Apa saja tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan diabetes? "Kita harus mengenali secara dini diabetes supaya kita tahu sejak dini, tidak menunggu skrining. Harus tahu tanda-tanda. Ada dua yakni gejala akut yang terjadi mendadak dan gejala kronis," terang Soebagijo dilansir dari Antara. Gejala akut diabetes mencakup tiga hal, yaitu banyak makan, banyak minum, dan banyak kencing.
Pada pasien pradiabetes atau diabetes, kata Ngabila, konsumsi makanan dan minuman manis dari gula putih, gula merah, kecap hingga gula jagung harus dikurangi. Minuman kemasan termasuk soda juga tidak boleh dikonsumsi oleh mereka dengan penyakit kronis seperti diabetes melitus.
"Soda sudah tidak boleh lagi karena gulanya sangat banyak, minuman berkemasan juga sudah tidak boleh lagi," ujar Ngabila.
Di Indonesia, ketentuan batasan asupan gula harian yang dianjurkan telah tertera dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013 di mana konsumsi gula pada orang dewasa maksimal 50 gram atau empat sendok makan per hari untuk menghindari risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.
"Tapi untuk orang yang (berpenyakit) gula tentunya kalau bisa tidak konsumsi gula sama sekali," katanya.
Jika sudah terkena penyakit menular, Ngabila menganjurkan untuk mengelolanya dengan cara memeriksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter, mengatasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
Selain itu, disaran untuk tetap diet dengan gizi seimbang, mengupayakan aktivitas fisik secara aman serta menghindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik.
Ngabila menjelaskan konsumsi gula berlebih atau kurang berdampak terhadap sistem metabolisme tubuh. Gula yang berlebihan dapat membuat berat badan mudah naik dan sulit turun, sulit berhenti makan, infeksi gigi dan gusi serta meningkatkan risiko kanker.
Lebih lanjut, konsumsi gula harian di atas batas aman bisa memicu juga risiko penyakit kardiovaskular, meningkatkan kadar gula darah yang berisiko obesitas dan diabeter melitus, serta menimbulkan risiko komplikasi jangka panjang seperti kerusakan saraf, katarak, ginjal dan infeksi kulit.
(mdk/RWP)