Tak Hanya di Orang Dewasa, Lupus juga Bisa Muncul pada Anak-Anak
Dokter spesialis anak Rumah Sakit UI, dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A menjelaskan bahwa penyakit lupus juga bisa menyerang anak-anak.
Penyakit lupus merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang menyerang kekebalan tubuh sendiri. Walau cukup jarang terjadi, penyakit ini juga bisa menyerang anak-anak.
Dokter spesialis anak Rumah Sakit UI, dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A menjelaskan bahwa penyakit lupus juga bisa menyerang anak-anak.
-
Apa saja gejala penyakit lupus yang umum dialami anak? Beberapa gejala penyakit lupus pada anak yang umum adalah: Anemia, Ruam berbentuk kupu-kupu pada hidung dan pipi wajah (ruam malar), Kelelahan, Demam, Rambut rontok, Kehilangan selera makan, Masalah memori, Jari pucat, biru atau merah dipicu oleh kedinginan, stres atau penyakit (fenomena Raynaud), Meningkatnya ruam di kepala, lengan, dada atau punggung, Ruam yang disebabkan oleh sinar matahari, Luka di mulut atau hidung, Kelenjar bengkak, Sendi bengkak atau nyeri (radang sendi), Penurunan berat badan.
-
Bagaimana cara mengatasi penyakit lupus pada anak? Lupus tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan dapat membantu mengurangi kekambuhan. Ini termasuk: Kortikosteroid: Kortikosteroid dapat membantu mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh. Mereka adalah pengobatan utama untuk anak-anak dan orang dewasa. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID): NSAID seperti ibuprofen dapat membantu mengurangi rasa sakit dan bengkak. Obat antimalaria: Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), terdapat bukti bahwa obat antimalaria dapat membantu menghentikan kambuhnya penyakit dan meningkatkan masa hidup. Inhibitor spesifik stimulator limfosit B (BLyS): Obat ini mengurangi jumlah sel yang memproduksi antibodi. Belimumab (Benlysta) disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk anak di atas 5 tahun. Imunosupresan: Imunosupresan mengurangi aktivitas sistem kekebalan.
-
Apa saja cara mencegah penyakit Lupus secara alami? Mengatur gaya hidup sehat merupakan langkah penting dalam mencegah penyakit lupus. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: Mengonsumsi Makanan SehatPilih makanan yang kaya akan antioksidan, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Hindari makanan olahan, makanan tinggi gula dan lemak jenuh yang dapat memicu peradangan dalam tubuh.
-
Mengapa Lupus sering kali memuncak selama masa pubertas atau kehamilan? Hormon juga diketahui berperan dalam perkembangan lupus. Wanita lebih sering terkena lupus dibandingkan dengan pria, dan seringkali lupus memuncak selama masa pubertas atau selama kehamilan. Hal ini menunjukkan bahwa hormon estrogen dapat memengaruhi aktivitas sistem kekebalan tubuh.
-
Mengapa lupus pada anak cenderung lebih cepat memburuk? Pada anak-anak, lupus cenderung memburuk lebih cepat dibandingkan pada orang dewasa.
-
Siapa saja yang berisiko terkena lupus? Lupus lebih sering terjadi pada wanita, terutama mereka yang berusia antara 15 hingga 45 tahun. Kendati demikian, penyakit lupus bisa menyerang siapa saja.
“SLE (systemic lupus erythematosus) ini bisa muncul di segala usia. Namun memang jarang sekali terjadi di bawah lima tahun. Biasanya prevalensi akan semakin meningkat ketika anak melebihi usia 10 tahun atau melewati masa dekade pertamanya. Sehingga pada anak, usia yang sering mengalami itu remaja,” kata Annisa beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
“Sama seperti pada dewasa, memang yang sering terkena adalah perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Walaupun pada anak-anak dikaitkan dengan estrogen pada perempuan, tapi pada pre-pubertas pun di mana kadar estrogennya belum terlalu tinggi, anak-anak perempuan juga kita lebih banyak mengalami,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Annisa juga mengatakan bahwa gejala lupus pada anak-anak juga tidak berbeda seperti yang dialami oleh orang dewasa. Gejalanya bisa mengalami fatigue atau mudah lemas, demam, perubahan berat badan, nyeri otot atau nyeri tekan, dan pembesaran kelenjar.
“Gejala spesifik organnya itu pada anak-anak biasanya gejala awalnya kok tiba-tiba bengkak di area ujung-ujung jari, pergelangan atau lutut. Kemudian kulit juga bisa timbul kemerahan di area pipi, sangat sensitif dengan sinar matahari, dan sariawan berulang juga termasuk yang sering pada anak,” jelasnya.
Selain itu, Annisa juga menjelaskan bahwa anak yang mengidap lupus juga bisa mengalami masalah pada ginjal dari 27 hingga 59 persen. Gejala yang dialami misalnya urin berwarna coklat seperti teh dan urin semakin sedikit.
“Kalau diperiksakan di laboratorium biasanya juga kita lihat adanya kebocoran protein dalam urin. Ini merupakan indikasi dilakukannya biopsi atau pemeriksaan lanjutan untuk melihat gambaran ginjal anak,” kata Annisa.
Annisa mengatakan gejala neurologis juga cukup sering ditemui pada anak-anak dengan lupus. Mereka akan mengalami kesulitan dalam konsentrasi dan berpikir, kebingungan atau kehilangan memori, depsis atau kecemasan, nyeri kepala, kejang, kebas, hingga kepanasan atau kesemutan pada tangan dan kaki.
“Mata juga termasuk gejala yang sering pada anak. Biasanya ditemukan mata kering yang mudah diidentifikasi. Kemudian kita juga sering temui gejala hematologi. Jadi anaknya ini tampak pucat, gampang memar, terus bintik-bintik merah,” terangnya.
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, Annisa mengimbau agar para orang tua segera memeriksakan anaknya ke dokter bagian alergi dan imunologi. Jika tidak ada, orang tua juga bisa pergi ke bagian dokter anak umum.
“Dari dokternya itu biasanya minimal 4 dari 11 kriteria positif menunjukkan 96 persen sensitivitas dan 96 persen spesifisitas untuk mendiagnosis SLE. Meskipun diagnosis ini sangat sulit, butuh waktu. Tapi dengan gejala yang semakin sering atau semakin nyata terlihat itu bisa diidentifikasi cepat untuk mendapatkan pengobatan,” tutur Annisa.
“Jika anak menderita lupus, karena ini pengobatan jangka panjang kemudian mengalami kerusakan berbagai organ, jadi kita pemantauannya itu harus komprehensif dan disiplin. Jadi harus sabar sebagai orang tua atau anaknya mengikuti program atau tata laksana yang sudah dianjurkan,” sarannya.
(mdk/RWP)