9 Orangutan dari Malaysia Berhasil Dipulangkan ke Sumut, Begini Kondisinya Sekarang
Kondisi terkini 9 ekor orangutan Sumatra yang berhasil dipulangkan dari Malaysia pada 17 Desember 2020 lalu yang kini menjalani rehabilitasi di pusat karantina dan rehabilitasi orangutan di Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.
Sebanyak 9 ekor orangutan Sumatra berhasil dipulangkan dari Malaysia melalui Bandara Internasional Kuala Lumpur pada 17 Desember 2020 lalu.
Sembilan orangutan ini terdiri dari 4 berjenis kelamin jantan dan 5 betina. Kepala BBKSDA Sumut, Hotmauli Sianturi pada Kamis (4/3) mengatakan, orangutan ini merupakan hasil dari perdagangan satwa liar ilegal.
-
Kenapa orangutan induk itu diduga sakit? "Jadi, induk Orangutan yang kita amankan dan selamatkan ini, kecurigaannya punya penyakit," Ari menambahkan.
-
Bagaimana orangutan menunjukkan kecerdasannya? Para peneliti mengamati bagaimana orangutan dengan cekatan menggunakan alat improvisasi dari lingkungan sekitarnya dan membangun struktur serupa untuk mendapatkan perlindungan dari hujan. Tingkat adaptasi dan pemahaman 'mengapa' ini menjadi sorotan unik dari kecerdasan orangutan.
-
Bagaimana cara tim di lapangan mengevakuasi induk Orangutan? "Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan," kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Kapan video orangutan kurus itu viral? Viral video 28 detik memperlihatkan dua Orangutan induk dan anaknya dalam keadaan kurus beredar sejak Rabu 20 September 2023 di grup WhatsApp maupun media sosial.
-
Kapan garis keturunan Gigantopithecus terpisah dari orangutan? Garis keturunan kera besar diketahui berpisah dari sepupunya itu sekitar 12 juta-10 juta tahun lalu, kata peneliti.
-
Di mana Orang utan Tapanuli bisa ditemukan? Mengutip indonesia.go.id, Orang utan Tapanuli ini hanya bisa ditemukan di ekosistem Batang Toru. Berada di 3 kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan.
"Sembilan satwa dilindungi itu adalah barang bukti kasus perdagangan satwa ilegal di Malaysia yang pelakunya sudah dihukum," kata Hotmauli.
Orangutan itu masing-masing bernama Yaya (betina), Unas (betina), Shielda (betina), Ying (betina), Mama Zila (betina). Kemudian Papa Zola (jantan), Payet (jantan), Feng (jantan), dan Sai (jantan).
Saat ini, kesembilan orangutan itu masih direhabilitasi di Pusat Karantina Orangutan Sumatera (PKOS) di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
Melansir dari Liputan6.com, berikut kondisi terkini sembilan orangutan tersebut.
Kondisi Orangutan Membaik
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Hotmauli menjelaskan, orangutan Feng saat ini kondisinya baik, lebih rileks dan pergerakannya tidak seaktif orangutan lainnya.
"Untuk Feng kondisinya cenderung kalem, secara keseluruhan kondisinya masih normal," ujarnya.
Sama halnya dengan Feng, orangutan Sai kini sudah mulai rileks namun belum bisa terlalu dekat dengan manusia. Sementara Orangutan Shielda, awalnya terlihat lebih stres dan menjaga jarak kini sudah nyaman dengan para staf di pusat rehabilitasi.
"Berselang waktu, Shielda mulai percaya dengan manusia, dan lebih nyaman dengan staf perempuan. Shielda digabung dalam satu kandang dengan Sai," jelasnya.
Sudah Beradaptasi di Pusat Rehabilitasi
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Kondisi orangutan Ying yang awalnya sangat takut dan selalu menjauh, saat ini juga lebih nyaman dan mulai bisa memercayai orang-orang di sekitarnya. Begitu juga dengan orangutan Yaya, Payet dan Unas yang berada dalam satu kandang.
"Yaya saat ini sudah membaik. Begitu juga dengan Payet dan Unas, awalnya takut kini sudah mulai nyaman. Yaya, Payet dan Unas digabung dalam satu kandang," ucap Hotmauli.
Orangutan Zila saat datang tidak mau dekat dengan orang dan sering bersuara untuk memberi tanda untuk menjauh, dan Zola yang awalnya stres dan kelelahan, pemulihannya relatif cepat.
"Nah, Zola jenis orangutan yang manja," ungkapnya.
Potensi Dilepasliarkan
liputan6.com ©2021 Merdeka.com
Supervisor Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi YEL-SOCP, drh. Citra Kasih Nente mengatakan, 9 orangutan tersebut berpotensi dilepasliarkan. Citra berharap tidak melakukan kesalahan dalam merehabilitasinya, karena usia 9 orangutan masih sangat riskan.
"Yang dilihat itu masanya, ada yang bisa cepat, ada yang lama direhabilitasi," jelasnya.
Masih dalam Tahap Karantina
Namun sebelum dilepasliarkan, ada tahapan yang harus dilewati 9 orangutan tersebut, seperti tahap karantina dan rehabilitasi.
Karantina fokus pada masalah kesehatan walaupun diproses rehabilitasi sudah dimulai pelan-pelan. Setelah itu akan dilaksanakan pemeriksaan kesehatan pascakarantina.
Jika semuanya normal atau baik-baik saja, mereka masuk proses rehabilitasi secara psikis maupun kesehatan.
"Orangutan sekarang ini masih di dalam tahap karantina selama tiga bulan," ujar Citra.