Berkunjung ke Bawomataluo, Desa Adat yang Terkenal di Nias
Jika Anda berkunjung ke Nias, wajib rasanya untuk mampir ke desa adat yang sangat terkenal seantero Sumatera Utara ini, yaitu Desa Bawomataluo.
Jika Anda berkunjung ke Nias, wajib rasanya untuk mampir ke desa adat yang sangat terkenal seantero Sumatera Utara ini. Namanya Desa Bawomataluo, yang terletak di Kecamatan Fanayama, Telukdalam, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Desa ini adalah desa adat yang berada di atas bukit yang telah ada sejak berabad-abad lalu dan hingga kini masih terpelihara dengan baik. Desa Bawomataluo ini merupakan pusat desa-desa adat yang tersebar di Nias.
-
Apa yang menjadi daya tarik utama dari wisata kampung di Indonesia? Wisata kampung di Indonesia memancarkan keindahan yang menakjubkan, menciptakan pengalaman yang mendalam bagi para pengunjung. Indonesia memiliki sejumlah desa wisata yang memikat dengan keindahan alamnya yang memesona dan keberagaman budayanya.
-
Bagaimana cara penduduk pulau-pulau di Indonesia saling bertukar budaya? "Kemungkinan besar populasi di pulau-pulau ini memiliki budaya khas yang berbeda, saling bertukar gaya, barang, teknologi, dan gen sampai melintasi lautan.”
-
Di mana lokasi wisata Merapi yang menampilkan budaya dan kehidupan bangsawan Mataram? Museum Ullen Sentalu merupakan salah satu wisata Merapi yang sedang hits. Museum ini terletak di Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.Museum Ullen Sentalu menampilkan budaya dan kehidupan para bangsawan Dinasti Mataram beserta koleksi bermacam-macam batik.
-
Apa yang membuat pemandangan alam di Indonesia menjadi daya tarik bagi wisatawan asing? Bahkan aneka ragam pemandangan alam memang menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing.
-
Bagaimana cara menikmati wisata kampung di Indonesia? Rumah adat, seni rupa tradisional, dan tradisi lokal menjadi daya tarik tersendiri.
-
Apa makna dari budaya mencium tangan di Indonesia? Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun.
Sudah Ada Sejak Abad ke-18
Sumber: liputan6.com ©2020 Merdeka.com
Dilansir dari laman belajar.kemdikbud.go.id, meski tidak diketahui secara pasti, namun Desa Bawomataluo diperkirakan sudah ada sejak abad ke-18. Desa ini berada pada ketinggian 270 meter di atas permukaan laut dan di atas perbukitan yang aman dari ancaman gelombang tsunami, meskipun jaraknya dari laut hanya 4 km.
Saat memasuki desa ini, Anda akan disambut dengan tangga beton yang menyerupai punden berundak-undak dengan jumlah anak tangga teras pertama 7 buah sedangkan teras kedua berjumlah 70 buah. Rumah-rumah di desa ini saling berhadapan dengan jarak 4 meter. Pada bagian tengah kompleks terdapat halaman yang terbuat dari susunan batu yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan upacara adat dan ritual.
Terdapat Rumah Raja yang Unik
Sumber: visitniasisland.com ©2020 Merdeka.com
Di desa ini terdapat sebuah rumah Raja (Kepala Suku) yang memiliki arsitektur yang unik dan megah meski tradisional. Bangunannya berbentuk rumah panggung berdenah segi empat dengan pola huruf U, dengan ukuran 22x12 meter, serta tinggi kurang lebih 30 meter. Rumah ini ditopang oleh 70 tiang tegak berbentuk bulat dengan diameter 85 cm dan 52 buah tiang penyangga miring yang berbentuk bulat dengan diameter 70 cm.
Rumah Raja ini juga kental dengan ukiran-ukiran yang menambah kemegahan bangunannya. Di hadapan tempat duduk raja terdapat sebuah tiang berbetuk payung dengan pola hias tumpal, lingkaran memusat dan lambang tersebut oleh masyarakat Nias disebut Holo-Holo (tanda kebesaran rumah raja). Ada juga pola hiasan yang dipahat dengan bentuk perahu nelayan, ikan, buaya dan kera yang menggantung dan burung elang.
Situs Megalitik yang Terkenal
Di dalam kompleks desa ini terdapat beberapa jenis peninggalan tradisi megalitik. Peninggalan yang paling besar adalah yang terdapat di hadapan rumah raja. Pada pintu gerbang rumah raja diapit oleh 2 buah meja batu berbentuk perahu dengan ukuran panjang 346 cm, lebar 194 cm, tebal 39 cm, dan memiliki ornamen berupa bunga, sulur daun, dan manusia dalam posisi telungkup.
Selain itu, di Desa Bawomataluo ini juga terdapat meja batu berbentuk bulat yang ditopang oleh empat buah tiang batu berbentuk pilar dengan ukuran tinggi 134 cm dan diameter 120 cm, serta beberapa peninggalan lain yang terkenal seperti Batu Nitaruo, Nitaruo Niwoli-woli dan batu segi empat pipih polos yang selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Tempat Lahirnya Tradisi Lompat Batu
Sumber: helloindonesia.id ©2020 Merdeka.com
Desa Bawomataluo ini merupakan tempat lahirnya para pelompat batu dari Nias yang sangat populer. Tradisi melompat batu atau yang biasa disebut oleh orang Nias sebagai Fahombo Batu awalnya dilakukan oleh seorang pemuda Nias untuk menunjukkan bahwa pemuda yang bersangkutan sudah dianggap dewasa dan matang secara fisik.
Tempat Asal Tari Perang
Tari Perang yang disebut Tari Fataele tidak bisa dipisahkan dengan tradisi Lompat Batu Nias, karena lahirnya berbarengan dengan tradisi Fahombo Batu yang ada di desa ini. Dalam menarikan tarian ini, penari mengenakan pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan merah, dilengkapi dengan mahkota di kepala.
Layaknya kesatria dalam peperangan, penari juga membawa tameng, pedang dan tombak sebagai alat pertahanan dari serangan musuh. Tameng yang digunakan terbuat dari kayu berbentuk seperti daun pisang berada di tangan kiri yang berfungsi untuk menangkis serangan musuh.
Sedangkan pedang atau tombak berada di tangan kanan berfungsi untuk melawan serangan musuh. Kedua senjata ini merupakan senjata utama yang digunakan kesatria Nias untuk berperang.