Mengenal Friedrich Silaban, Sosok di Balik Berdiri Megahnya Masjid Istiqlal Jakarta
Pria ini merupakan arsitek Masjid Istiqlal yang kini menjadi primadona dan ikon dari Kota Jakarta dan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Pria ini merupakan arsitek Masjid Istiqlal yang kini menjadi primadona dan ikon dari Kota Jakarta dan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Mengenal Friedrich Silaban, Sosok di Balik Berdiri Megahnya Masjid Istiqlal Jakarta
Di kalangan orang awam mungkin namanya kurang familier. Tetapi, tidak dalam dunia arsitektur di Indonesia. Ya, Friedrich Silaban adalah seorang arsitektur ternama Indonesia dengan berbagai karyanya untuk bangsa.
Friedrich Silaban lahir di Tapanuli, Sumatra Utara pada 16 Desember 1912, ia menempuh pendidikan formas di H.I.S Narumonda pada tahun 1927. Kemudian melanjutkan di Koningin Wilhelmina School (K.W.S) di Jakarta dan Academie van Bouwkunst di Belanda pada tahun 1950.
-
Apa ciri khas arsitektur Masjid Cheng Ho Palembang? Masjid Raya Cheng Ho Palembang ini memiliki dua menara mirip pagoda yang bernama "Habluminallah" dan "Hambluminannas". Keduanya memiliki lima lantai yang menyimbolkan salat wajib dalam sehari.
-
Apa yang menjadi ciri khas arsitektur Masjid Agung Palembang? Ciri khas dari gaya arsitektur pada masjid ini adalah struktur bangunan berundak tiga dengan pucuknya yang berbentuk limas. Di bagian undakan tersebut terdapat ukiran-ukiran bunga merekah.
-
Apa keunikan arsitektur Masjid Raya Sumatra Barat? Secara umum, gaya arsitektur yang tersemat dibangunan ini sangat unik, yaitu mirip dengan bentuk bangunan rumah adat tradisional Minang, yaitu rumah Gadang yang berbentuk Gonjong.Tak hanya itu, di beberapa sudut bangunan juga terdapat ukiran-ukiran minang sekaligus kaligrafi di bagian dinding luar masjid.
-
Apa keunikan arsitektur Masjid Sememen? Bangunan masjid memiliki arsitektur Indies Java Classic yang merupakan perpaduan antara Eropa dan Jawa. Selain itu, terdapat juga menara masjid yang berbentuk seperti menara panggung Sangga Buwana.
-
Bagaimana Masjid Raya Sabilal Muhtadin menggabungkan unsur Timur Tengah dan Kalimantan dalam arsitekturnya? Gaya Arsitektur Masjid ini mencerminkan perpaduan arsitektur Timur Tengah dan Kalimantan. Mengutip situs Dunia Masjid Islamic Center, gaya arsitektur Timur Tengah terlihat dari elemen hias kaligrafi yang diukir pada bahan tembaga berwarna gelap bertuliskan ayat-ayat Al-Qur'an dan Asma’ul Husna. Kaligrafi ini ditulis menggunakan gaya Naski, Diwani, Riqah, Tsulus, dan Kufik. Selain gaya Timur Tengah, motif khas Kalimantan yang berbentuk tumbuh- tumbuhan juga digunakan pada bangunan masjid. Motif ini memberikan kesan hidup dan dinamis.
-
Di mana Terowongan Silaturahmi menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral? Dalam kunjungan apostoliknya, Paus Fransiskus mengunjungi terowongan silaturahmi yang menghubungan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Dua rumah ibadah tersebut merupakan simbolis kerukunan umat beragama di Indonesia.
Sebelum terjun menjadi arsitektur, Friedrich sempat menjadi pegawai kotapraja Batavia, Opster Zeni AD Belanda, Kepala Zenie di Pontianak, dan terakhir menjadi Kepala DPU di Kotapraja Bogor hingga tahun 1965.
Seiring berjalannya waktu, Friedrich menekuni dunia arsitek sampai akhirnya melahirkan karya-karya dan namanya menjadi besar berkat hasil karyanya di bidang rancang bangun dan arsitek.
Sosok di Balik Berdirinya Masjid Istiqlal
Friedrich menjadi sosok penting dalam berlangsungnya pembangunan Masjid Istiqlal. Meski ia anak dari seorang pendeta, namun tidak menyurutkan dirinya untuk membangun masjid tersebut.
Letaknya berseberangan dengan Katedral, dua bangunan ikonik ini menjadi bukti bahwa menghargai keberagaman haruslah dijunjung tinggi, sekaligus simbol kerukunan antar umat beragama.
Masjid ini mulai dilaksanakan pekerjaannya pada Agustus 1961 dan diresmikan Presiden Soeharto pada tahun 1978. Ya, memang pembangunannya memakan waktu yang lama, akan tetapi ini sebuah mahakarya dari anak bangsa.
Berawal dari Sayembara
Mengutip beberapa sumber, keterlibatan Friedrich dalam merancang Masjid Istiqlal ini bermula dari keikutsertaannya dalam sebuah sayembara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Yayasan Masjid Istiqlal pada tahun 1955 yang diikuti 22 peserta.
Mengejutkan, Presiden Soekarno yang menjadi juri dalam sayembara itu memilih nama Friedrich Silaban sebagai pemenangnya dengan tema "Ketuhanan".
- Paus Fransiskus: Saya Bahagia Bisa Berada di Masjid Istiqlal
- Menilik Sidoarjo sebagai Pusat Peradaban Islam di Jawa Timur, Pendiri NU Pernah Nyantri di Sini
- Kenalan dengan Bedug Raksasa di Masjid Istiqlal Jakarta Hadiah Soeharto, Berusia 300 Tahun
- Pernah Lihat Atap Gedung Bertuliskan Allah di Jalan Simatupang Jaksel? Ternyata ini Isi di Dalamnya
Sejak saat itu, Friedrich merancang dan bertanggung jawab dalam proses pembangunan masjid. Seluruh pembangunan ini memakan waktu kurang lebih 17 tahun lamanya.
Atas jasanya, Friedrich menerima anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil berupa Bintang Jasa Utama dari pemerintah dalam merancang Masjid Istiqlal.
Penandatanganan Konsepsi
Selain berkancah di bidang arsitektur, ia juga terlibat dalam penandatanganan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di Lentera dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tahun 1962.
Konsepsi kebudayaan ini dirancang untuk mendukung upaya pemerintah dalam memajukan kebudayaan nasional termasuk musik yang disusun oleh Lekra atau Lembaga Kebudajaan Rakyat.
Merancang Bangunan Ternama
Tak hanya Masjid Istiqlal, ada beberapa bangunan dan gedung hasil karya Friedrich Silaban yang masih kita jumpai sampai detik ini, ada Gedung Bank Indonesia di M.H Thamrin, Gedung Pola, Gedung Mabes TNI Angkatan Udara di Pancoran, dan Gedung BNI.
Selama bekerja di DPU Bogor, ia juga menjadi arsitektur di beberapa bangunannya seperti Rumah Dinas Wali Kota Bogor, Kantor Dinas Perikanan Bogor, Rumah A Lie Hong, dan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA).
Yang paling membanggakan, ia mendapat perintah langsung dari Presiden Soekarno untuk menjadi arsitek dalam pembangunan kembali makam pelukis Raden Saleh Sjarif Bustaman di Kota Bogor pada tahun 1953.
Pembangunan Stadion
Karya besar lain yang dipegang olehnya, yaitu pembangunan Stadion Gelora Bung Karno. Ya, Friedrich telah berkoordinasi secara langsung dengan Presiden untuk pembangunan stadion yang direncanakan terletak di Duku Atas.
Friedrich pun tidak setuju dengan perencaan tersebut, karena akan mengganggu jalan utama. Akhirnya, Presiden Soekarno mendengarkan pendapatnya, lalu stadion tersebut pindah ke perkampungan Senayan yang kita kenal saat ini.
Kehebatan Friedrich pun masih kita rasakan sampai sekarang. Bahkan, stadion tersebut menjadi ikon dari dunia sepakbola di Indonesia. Banyak tim-tim besar dari berbagai negara sudah pernah menjajal rumput di Stadion Gelora Bung Karno.