Tak Mau Bebani Siswa, MTsN 9 Bantul Buat Inovasi Pembelajaran dengan Sistem Integrasi
Biasa melakukan pembelajaran dengan tatap muka, kini siswa dan guru harus mampu membuat metode belajar yang lebih fleksibel. Sekolah daring kemudian menjadi satu-satunya solusi agar kebiasaan belajar tak lantas hilang. MTsN 9 Bantul juga menerapkan cara serupa untuk membangun iklim belajar selama pandemi Corona.
Pandemi Corona di Indonesia masih berlangsung sampai saat ini. Terhitung dari awal ditemukannya kasus, momok Corona di Indonesia sudah hampir berusia satu tahun. Meski vaksin Sinovac digadang-gadang mampu menjadi alat perang, segala sektor kehidupan tak lantas akan normal dalam seketika.
Berdekatan dengan virus yang selalu bermutasi tentu menuntut bangkitnya naluri bertahan hidup. Segala sektor kehidupan dipaksa untuk mampu menyesuaikan diri dengan keadaan saat ini. Sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang diharapkan mampu beradaptasi dengan cepat.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Apa yang terbakar di Kampung Turis Pangandaran? Tiga restoran di pusat wisata kuliner itu ludes dilalap si jago merah.
-
Kapan Bumi terbentuk? Dengan mengukur usia bebatuan di bulan, dan meteorit yang ditemukan di Bumi, para ilmuwan memperkirakan Bumi terkonsolidasi 4,54 miliar tahun lalu.
-
Bagaimana bentuk dari Caluk Trantang? Senjata tajam ini bentuknya seperti golok dengan kapak di bagian tengah. Sementara kayu bagian pegangan biasanya diberi ukiran dengan motif tertentu.
-
Di mana patung banteng tersebut ditemukan? Menurut keterangan Kementerian Kebudayaan Yunani, arkeolog menemukan patung ini di dekat sebuah kuil.
-
Kenapa Padang Mangateh di bangun? Awalnya, fokus dari peternakan ini untuk hewan jenis kuda.
Biasa melakukan pembelajaran dengan tatap muka, kini siswa dan guru harus mampu membuat metode belajar yang lebih fleksibel. Sekolah daring kemudian menjadi satu-satunya solusi agar kebiasaan belajar tak lantas hilang. MTsN 9 Bantul juga menerapkan cara serupa untuk membangun iklim belajar selama pandemi Corona.
Tentu tak selalu mulus, sistem pembelajaran daring juga menemui berbagai kendala. Kepemilikan gadget menjadi salah satu kendala umum pendidikan sistem daring ini. Wakil Ketua Kurikulum MTsN 9 Bantul, Noor Shofiyati menyampaikan jika di sekolahnya kepemilikan handphone menjadi tantangan pertama.
“Kendalanya yang pertama itu masalah kepemilikan hp. Kan belum tentu semua siswa itu hpnya dimiliki oleh dia sendiri, bisa jadi dia bergabung dengan seluruh anggota keluarga. Sehingga tidak semua siswa itu satu siswa satu hp. Kedua, terkait penggunaan ruang di hp kan tidak sama ya kapasitas ruangnya. Sehingga terkadang ada kendala ketika harus men-download aplikasi apa, seperti itu,” tuturnya kepada tim merdeka.com.
Lebih lanjut Kepala Sekolah MTsn 9 Bantul, Nur Hasanah Rahmawati menambahkan jika kendala pembelajaran daring juga ditemui pada kesiapan para guru dalam mengajar. Mengutamakan teknologi informasi, Nur Hasanah mengaku jika tidak semua guru menguasai bidang ini.
“Kendalanya yang pertama, harus belajar menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Kendalanya tentu satu, anak-anak belum terbiasa dengan pembelajaran daring. Bapak ibu guru juga belum menguasai teknik-teknik pembelajaran daring. Apalagi tidak semua bapak ibu guru itu menguasai teknologi informasi secara baik,” terangnya.
Buat Inovasi Pembelajaran
©2020 Merdeka.com
Dari kendala-kendala yang ditemukan, Nur Hasanah mengaku jika sekolahnya kemudian membuat beberapa inovasi pembelajaran. Inovasi-inovasi pembelajaran ini didapat dari evaluasi berkala yang dilakukan oleh para guru.
“Ada satu inovasi pembelajaran berbasis project. Ini tidak dimiliki sekolah manapun. Kegiatan ini mengintergrasikan seluruh mata pelajaran dalam satu kegiatan project. Itu dilakukan siswa dalam waktu satu minggu. Kemudian dalam satu minggu siswa melakukan project itu yang sudah ada 15 tugas mata pelajaran di dalamnya. Kemudian minggu berikutnya siswa membuat laporan, format laporannya sudah kami buatkan," paparnya.
Sebagai contoh Nur Hasanah memaparkan jika siswa kelas 8 sempat melakukan praktik membuat yoghurt. Dalam prosesnya, siswa akan menerapkan konsep pelajaran IPA sekaligus bahasa Indonesia dalam penulisan laporan. Dengan sistem integrasi ini sekolah berharap agara siswa tak merasa terlalu terbebani dengan tugas. Karena semua tugas telah dirangkum dalam satu kegiatan praktik.
"Contohnya kemarin untuk kelas 8, pembuatan yoghurt. Itu berawal dari mata pelajaran IPA tapi keterampilan masuk kesitu. Semua mata pelajaran bisa masuk ke situ, bahasa Indonesia masuk ke laporannya. Lebih ringkas dan anak-anak megurangi ketergantungan Hp. Dan itu mengurangi borosnya kuota juga yang selama ini menjadi keluhan orang tua siswa,” terang Nur Hasanah.
Di samping inovasi tersebut, penggunaan beragam media pembelajaran juga diterapkan di MTsN 9 Bantul. Kahoot, Quizizz, video di YouTube, Google Site dan masih banyak lagi juga dijadikan media pembelajaran. Sekolah juga menyediakan e-learning madrasah, Google Classroom, kelas maya untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Tak hanya memperhatikan kebutuhan siswa, MtsN 9 Bantul juga memberikan pelatihan kepada para guru terkait media pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu guru bahasa Indonesia MTsN 9 Bantul, Andrian Eka Saputra mengatakan jika sebelum memberikan materi ke siswa, para guru sudah dibekali pelatihan secara rutin.
“Sebelum memberikan materi, guru sudah ada pelatihan rutin tentang medianya dengan sistem sharing. Kami ada evaluasi bulanan. Metode pembelajarannya pun beragam. Kami sesuaikan dengan kondisi siswa. Kami ada evaluasi bulanan, jadi selalu mencoba mencari solusi ketika siswa kurang bisa mengikuti. Misalnya, kami berkunjung ke siswa tersebut atau siswanya yang ke Madrasah. Kami memberi semacam les private bagi yang kurang bisa mengikuti materi. Patokan untuk ini ada nilai PTS kemarin,” ujar Andrian.
Efektivitas Pembelajaran
©2020 Merdeka.com
Dituntut untuk sigap dalam merespon keadaan, Nur Hasanah menjelaskan jika sistem pendidikan saat ini tidak mengejar keterselesaian kompetensi dasar. Pembelajaran di masa pandemi ini memposisikan sekolah sebagai pendamping sekaligus fasilitator belajar. Ketika ditanya sejauh mana keefektifan inovasi yang dilakukan, Nur Hasanah mengatakan jika itu adalah hal maksimal yang bisa dilakukan sekolah.
“Kalau ditanya efektifitasnya, ya itulah maksimal yang kita bisa. Karena kalau mau dituntut untuk bisa menyelesaikan semua kompetensi dasar itu ya tidak logis. Karena memang kurikulum masa darurat ini dalam KTSP kita itu memang tidak mengejar keterselesaian kompetensi dasar tapi memfasilitasi dan mendampingi siswa dalam pembelajaran masa pandemi. Yang peting ada proses pembelajaran yang baik,” terang Nur Hasanah.
Meski sudah menghadirkan inovasi pembelajaran serta media pembelajaran yang beragam, tampaknya kurikulum darurat ini masih membutuhkan banyak evaluasi. Hal ini dibenarkan oleh Waka Kurikulum Noor Shofiyati. Partisipasi siswa masih menjadi kendala utama dalam sistem pembelajaran daring. Lebih jauh, Noor Shofiyati juga ingin mendengar pendapat dari para siswanya.
“Kalau menurut saya, masih banyak yang harus dievaluasi. Karena di tahun pertama pembelajaran daring ini belum sepenuhnya di setiap hari itu 100% siswa bisa mengikuti. Sebenarnya saya juga berkeinginan untuk semacam penelitian terkait efektivitas program pembelajaran daring, mudah-mudahan nanti ada waktu. Saya ingin menggali itu dari anak-anak,” tutur Noor Shofiyati.
Pembelajaran Tatap Muka 2021
©2020 Merdeka.com
Belum usai pandemi, rencana sekolah secara tatap muka pada 2021 mendatang sudah mulai terdengar. Hampir satu tahun menjalani sekolah secara daring, tentu ini akan menjadi tantangan baru bagi para guru dan siswa jika seandainya sekolah kembali dibuka.
Untuk hal ini Nur Hasanah selaku Kepala Sekolah mengaku akan mengikuti regulasi yang berlaku. Namun secara pribadi dirinya merasa ragu sekolah akan kembali dibuka pada 2021.
“Kami sebagai satuan pendidikan di bawah tentunya akan mengikuti regulasi yang ada. Apapun regulasinya ya kita akan mengikuti dengan persiapan yang tentunya dipersiapkan semaksimal mungkin. Tapi dengan kondisi seperti ini saya juga tidak yakin di tahun 2021 itu sudah diperbolehkan tatap muka atau belum,” terang Nur Hasanah.
Di tempat yang berbeda, Adzra Athira Nabil Litiloly salah satu siswa kelas 7 dan Dian Luthfatul Atqiya siswa kelas 8 memberi pendapat berbeda. Meski lebih memilih sekolah secara tatap muka, Adzra mengaku sedikit takut jika sekolah kembali dibuka. Bukan infeksi virus Corona, Adzra lebih khawatir dengan persiapan materi pembelajarannya.
“Lebih pilih Offline. Soalnya kalau online tuh kayak nanti tuh gurunya kalau jelasin tuh takutnya kayak kurang dong gitu. Setuju tapi di satu sisi nggak setuju (sekolah tatap muka 2021). Soalnya kayak dari 2020 tuh offline terus, nanti pas masuk 2021 nggak tahu apa-apa. Senengnya tuh biar bisa ketemu temen-temen. Sama kan materinya biar lebih jelas dijelasinnya,” ungkapnya.
Berbeda dengan Adzra, Dian seorang siswi kelas 8 justru memilih sekolah secara online. Menurutnya, sekolah secara online membuatnya bisa lebih santai. Di samping itu ia merasa lebih nyaman saat berada di rumah.
“Lebih pilih online, karena lebih bisa di rumah. Dan bisa lebih santai juga,” terang Dian.