Apa implikasi mengorbitnya BRIsat ke teknologi komunikasi nasional?
Tentu dengan adanya BRIsat, kebutuhan transponder satelit yakan terpenuhi.
PT Bank Rakyat Indonesia telah meluncurkan satelit pada 19 Juni 2016 dini hari waktu Indonesia. Satelit yang lebih dikenal sebagai BRIsat ini akan menjangkau wilayah layanan Indonesia, negara-negara ASEAN, Asia Timur, sebagian kepulauan di samudera Pasifik termasuk Hawaii, serta Australia barat.
Dari segi cakupan dan orbit stasioner memang BRIsat sudah cukup istimewa. Namun apa yang membuat BRIsat sungguh penting bagi telekomunikasi nasional serta apa kepentingannya bagi Indonesia?
-
Apa yang dimaksud dengan Satelit? Satelit merupakan objek buatan manusia yang mengorbit bumi atau planet lain dalam tata surya. Satelit dirancang dan diluncurkan ke ruang angkasa untuk melakukan berbagai tugas, mulai dari komunikasi, observasi bumi, navigasi, riset ilmiah, hingga keperluan militer.
-
Kenapa penggunaan satelit dipilih sebagai solusi untuk masalah komunikasi di Indonesia? Kala itu, pemerintah memandang sistem komunikasi dengan teknologi sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan telekomunikasi Indonesia.
-
Bagaimana Satelit bisa tetap mengorbit Bumi? Satelit-satelit ini mengorbit bumi pada ketinggian tertentu di atas permukaan, dan mereka tetap dalam orbit tersebut berkat gaya tarikan gravitasi bumi dan kecepatan orbit yang diberikan oleh roket pembawa saat peluncuran.
-
Bagaimana Satelit Palapa membantu memperkuat konektivitas di Indonesia? Satelit Palapa menjadi tonggak penting dalam memperkuat konektivitas dan komunikasi di seluruh wilayah Indonesia.
-
Apa yang ditransmisikan ke Bumi melalui panel surya di satelit? Sejak Juni tahun lalu, sebuah eksperimen di luar angkasa telah mentransmisikan energi ke Bumi melalui panel surya pada satelit di orbit dan sekarang memiliki hasil pertama mengenai bagaimana eksperimen tersebut berjalan.
-
Kapan kerja sama antara BRI dan Prudential Indonesia ditandatangani? Kerja sama tersebut ditegaskan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Director of Institutional and Wholesale Business BRI Agus Noorsanto, President Director Prudential Indonesia Michellina Laksmi Triwardhany dan President Director Prudential Syariah Omar Sjawaldy Anwar, di Jakarta pada Kamis, 20 Juli 2023.
Pertama-tama, BRIsat akan memiliki 36 x 36 Mhz transponder C-band dan 9 x 72 MHz Ku-Band, yang akan secara khusus dialokasikan bagi kepentingan negara Indonesia, di luar kepentingan perbankan bagi BRI sendiri. Hal ini akan menutup kebutuhan akan transponder di Indonesia yang diprediksi selalu naik sebesar 10 persen di tiap tahunnya. Transponder yang berfungsi sebagai penghubung saluran komunikasi antara penerima dan antena pemancar ini, dibutuhkan untuk berbagai hal mulai layanan seluler, hingga akses komunikasi data perbankan dan enterprise.
Menurut data dari Asosiasi Satelit Seluruh Indonesia atau ASSI, jumlah transponder yang tersedia di Indonesia mencapai 159 transponder, padahal menurut Ditjen POSTEL, Indonesia membutuhkan 200 buah transponder. Jadi sekitar 25 persen kebutuhan transponder nasional dipenuhi oleh satelit asing, yang biasa sewa per transpondernya sekitar USD 1 Juta hingga USD 2 Juta per bulannya.
Tentu dengan adanya BRIsat, kebutuhan transponder satelit yang sebelumnya tak bisa dipenuhi operator satelit nasional akan segera terpenuhi.
Satelit BRIsat menggunakan seri 1300 yang diproduksi oleh System Space/Loral, dan dioperasikan sendiri oleh putera bangsa Indonesia. Hal ini merupakan sebuah hal yang baik karena membuat pemerintah akan memiliki sarana komunikasi yang lebih aman, serta terhindar dari penyadapan. hal ini dikarenakan kontrol saluran komunikasi dan 'encryption' sepenuhnya berada di tangan Indonesia.
Satelit BRIsat yang memiliki berat 3,5 ton ini, memiliki 45 buah transponder yang semua dipakai untuk kepentingan BRI, dengan mengalokasikan 4 transponder untuk kepentingan pemerintah. Tentu keberadaan transponder merupakan infrastruktur yang sangat berguna bagi fasilitas komunikasi yang ada di Indonesia. Terlebih lagi kecanggihan teknologi komunikasi membutuhkan cakupan yang lebih besar agar seluruh jengkal Indonesia bisa terkoneksi.
(mdk/idc)