Catat! Menristek Dikti janjikan dana riset naik
Rendahnya dana penelitian Indonesia, pun diakui oleh Menristek Dikti, Muhammad Nasir.
Seperti yang diketahui bahwa saat ini total dana penelitian di Indonesia hanya sekitar 0,09 persen dari GDP. Hal ini tentu saja jauh jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Singapura, bahkan Korea Selatan.
Thailand memiliki dana riset 0,25 persen dari total GDP. Sementara Malaysia 1 persen, Singapura 2,5 persen, dan Korea Selatan 3,4 persen. Rendahnya dana penelitian Indonesia, pun diakui oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), Muhammad Nasir.
"Bolak-balik saya katakan kalau dana penelitian kita itu rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga. Hanya 0,09 persen dari GDP," katanya seusai Forum Nasional: Inventor-Inovator-Investor 2015 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Banten, Rabu (5/8).
Dirinya pun mengakui sedang berusaha untuk meningkatkan dana penelitian dengan cara mempertemukan antara inovator dengan investor. Sehingga nantinya, diharapkan dana penelitian bisa bertambah.
"Dana penelitian kita itu kan dari GDP. Lah dari angka 0,09 persen dana penelitian kita, 76 persen dari pemerintah, 24 persen dari swasta. Ada yang menghitung 80 persen dari pemerintah. Nah, untuk mendongkrak itu, maka caranya kita temukan antara inovator dengan swasta agar nantinya si investor ini tertarik dan bisa membiayai inovasi. Dampaknya, tentu saja kontribusi dana penelitian dari swasta akan bertambah," ungkapnya.
Nasir menargetkan dana penelitian bisa bertambah 0,15 persen di tahun ini. Bahkan dia pun berjanji akan menggenjot dana penelitian hingga mencapai total 1 persen dari GDP pada tahun 2019.
"Tahun ini kita targetkan dana penelitian bisa bertambah 0,15 persen. Sehingga nantinya pada tahun 2019 saya berharap bisa mencapai 1 persen atau minimal 0,75 persen. Ini sedang saya push terus industri untuk kolaborasi dengan para inovator," tutur Nasir.