Deretan Sifat Unik Manusia yang Ternyata Turunan
Deretan sifat unik yang ternyata turunan. Beberapa hal itu bersifat genetik dan tentu dapat dengan mudah dikenali dari orang tua kita. Hal ini seperti warna rambut, warna mata, tinggi badan, bentuk hidung, dan aspek fisik lainnya.
Beberapa hal itu bersifat genetik dan tentu dapat dengan mudah dikenali dari orang tua kita. Hal ini seperti warna rambut, warna mata, tinggi badan, bentuk hidung, dan aspek fisik lainnya. Tak cuma fisik, penyakit pun demikian, seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jiwa.
Namun lepas dari soal fisik yang selalu dikaitkan dengan genetika, biasanya sifat, cara kita bersikap, preferensi pribadi dan banyak hal lain yang bersifat kepribadian personal, dianggap datang dari lingkungan, gaya hidup dan pengalaman. Namun nyatanya, genetika juga berperan di hal ini.
-
Apa saja manfaat dari tes DNA? Tes DNA sebenarnya tidak hanya bermanfaat sebagai itu saja. Tes DNA juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit tertentu.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan dalam DNA organisme bersel tunggal? Para ilmuwan menemukan sisa-sisa genom yang ditinggalkan virus raksasa purba di dalam DNA organisme bersel tunggal yang nenek moyangnya sama dengan organisme kompleks seperti kita.
-
Bagaimana cara mengambil sampel untuk tes DNA? Pada umumnya, tes DNA dilakukan dengan cara mengambil sampel darah maupun jaringan tubuh seperti rambut atau kulit.
-
Siapa yang menggunakan sidik jari DNA? Sidik jari DNA adalah metode yang digunakan oleh ahli forensik untuk menentukan paternitas. Ini juga digunakan untuk mengidentifikasi penjahat.
-
Kapan DNA berperan dalam pewarisan sifat? DNA adalah komponen penting yang diperlukan untuk mentransfer gen dari orang tua ke keturunannya.
-
Bagaimana DNA mentransfer informasi genetik? Basa-basa ini dan susunannya dalam molekul DNA memainkan peran penting dalam penyimpanan informasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Berikut beberapa di antaranya.
Seberapa ramah Anda
Keramahan, kebaikan dan tingginya empati Anda bisa ditentukan lewat DNA. Sebuah gen tertentu menghasilkan reseptor untuk oksitosin, yang dikenal sebagai 'hormon cinta'. Sehingga hal ini menentukan seberapa besar belas kasihan yang cenderung Anda tujukan ke orang lain.
Gen yang menghasilkan reseptor oksitosin ada dalam tiga varian: G/G, A/G, atau A/A. Jika orang tua mewarisi seorang anak untuk memiliki varian G ganda, anak akan menunjukkan kemampuan tertinggi untuk kebaikan. Begitu pula sebaliknya.
Dalam sebuah penelitian terhadap 348 orang, 51,5 persen orang memiliki varian G ganda, dan hanya 7,2 persen yang memiliki A ganda. Bisa disimpulkan lebih banyak orang baik di dunia ini.
Keinginan untuk traveling
Beberapa orang sudah merasa puas untuk menghabiskan hidup mereka di suatu tempat, tanpa melancong. Namun ada juga orang yang punya prioritas untuk keliling dunia. Hal ini ternyata bisa dibedakan dari variasi gen reseptor dopamin.
Sebuah variasi gen DRD4-7R, sudah lama dikaitkan dengan keingintahuan dan kegelisahan yang sering disebut gen "pengembara." Studi menunjukkan bahwa pemilik gen ini memiliki semangat petualang dan lebih terbuka untuk pengalaman baru.
Diperkirakan ada 20 persen orang di dunia dengan gen ini, di mana prediksi kuat disebut bahwa gen ini dimiliki oleh orang-orang yang jauh dari Afrika, karena kehidupan (menurut ilmu pengetahuan) dimulai di Afrika.
Kelihaian mengemudi mobil
Sebuah studi dari para ilmuwan dan ahli saraf di University of California, menemukan bahwa seseorang dengan varian genetik tertentu adalah pengemudi yang lebih buruk dari mereka yang memiliki gen normal.
Brain-derived neurotrophic factor atau BDNF adalah protein yang disekresikan di otak selama aktivitas tertentu. BDNF menjaga sel otak berfungsi optimal dan mengukung memori dan pembelajaran. Mereka yang memiliki varian gen yang memproduksi BDNF lebih sedikit, akan kurang bisa untuk mempelajari hal baru, menyimpan informasi, dan memperbaiki tindakan mereka berdasarkan kesalahan. Permasalahan utamanya, mengemudi mobil adalah gabungan dari itu semua.
Di AS, 30 persen masyarakatnya memiliki gen ini.
Seberapa populer Anda
Jika Anda memiliki banyak teman, Anda mungkin telah mewarisi gen popularitas. Para ahli genetika telah mengidentifikasi gen tertentu yang membuat orang berperilaku dengan cara menyenangkan, dan perilaku yang ditentukan DNA ini menghasilkan tanggapan positif dari teman.
Sebuah studi mengungkapkan bahwa popularitas pada pria memiliki hubungan yang kuat dengan gen yang mempengaruhi kadar serotonin. Tingkat serotonon yang lebih tinggi dikaitkan dengan perilaku impulsif, yang membuat Anda gemar 'melanggar aturan.' Tingkah melanggar aturan ini cukup menjadi faktor utama untuk jadi populer di kalangan anak muda.
Lebih dari 200 pria dianalisis dalam sebuah studi, dan dari kesimpulannya, para 'pembuat onar' justru lebih populer. Dan benar, mereka mewarisi gen popularitas.
Kemalasan
Kemalasan ternyata juga datang dari DNA, di mana ada sebuah DNA yang menentukan seberapa aktif secara fisik Anda. Ilmuwan menemukan sebuah genom di tikus yang sama dengan yang ada di manusia, di mana are tersebut mempengaruhi tingkatan aktivitas.
Ketika dicoba pada tikus, tikus-tikus yang memiliki gen aktif ini akan berlarian di roda mainan hingga ia capai. Sementara tikus yang tidak memiliki gen ini menggunakan roda mainan justru untuk tidur atau untuk toilet.
Jadi, dengan mudah kita lihat bahwa jika Anda malas, kemalasan itu ada di gen Anda dan harus Anda lawan.
Tingkat kecanduan kopi
Jika ada orang yang tidak bisa sehari pun terlewat tanpa ngopi, sebenarnya ada gen tertenu yang berbeda dengan orang biasa.
Pada 2016 silam, para ilmuwan mengidentifikasi sebuah gen bernama PDSS2, yang ternyata mampu mempengaruhi konsumsi kafein. Sebuah studi lanjutan yang dilakukan di Belanda dan Italia menunjukkan korelasi antara gen ini dengan tingkat kecanduan kopi seseorang.
PDSS2 sendiri ditemukan di semua orang, namun ada varian dari gen ini yang lebih aktif, yang ternyata membuat seseorang tak seberapa kecanduan kopi. Hal ini dikarenakan PDSS2 mengatur produksi protein yang melakukan metoabolisme terhadap kafein. Hal ini membuat mereka yang memiliki PDSS2 yang lebih aktif akan merasakan efek kafein lebih lama dengan jangka waktu yang lebih lama pula, yang akhirnya menyebabkan konsumsi kopi yang lebih sedikit.
(mdk/idc)