DPR: Badan Siber sudah ditunggu-tunggu
DPR: Badan Siber sudah ditunggu-tunggu. Peraturan Presiden (Perpres) nomor 53 tahun 2017 tentang pembentukan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendapat apresiasi positif dari berbagai kalangan, salah satunya juga anggota Komisi I DPR, Sukamta. Menurutnya, sejatinya kehadiran BSSN ini telah dinantikan begitu lama.
Peraturan Presiden (Perpres) nomor 53 tahun 2017 tentang pembentukan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mendapat apresiasi positif dari berbagai kalangan, salah satunya juga anggota Komisi I DPR, Sukamta. Menurutnya, sejatinya kehadiran BSSN ini telah dinantikan begitu lama. Pasalnya, ancaman demi ancaman di dunia siber begitu meningkat.
“Sesungguhnya sudah sejak lama kami di Komisi I mendorong segera ada badan yang secara khusus menangani keamanan siber, mengingat ancaman dari dunia maya semakin meningkat sebagaimana belum lama ini ada serangan siber melalui malware “wannacry” ke sistem komputasi di berbagai negara termasuk Indonesia,” ungkap dia saat dihubungi Merdeka.com melalui pesan singkat, Jumat (2/6).
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Bagaimana "red hat hacker" biasanya melancarkan aksinya? Mereka mungkin menyerang atau melacak penjahat siber, meretas perusahaan dan organisasi pemerintah untuk membocorkan data, dan bahkan menambal kelemahan keamanan.
Dikatakannya, badan ini perlu membuat roadmap yang jelas dan terukur untuk pengembangan SDM siber, sehingga tidak ada ketergantungan dengan produk asing di masa depan. Terkait dengan adanya kekhawatiran bahwa BSSN dalam pengawasan siber berpotensi langgar hak-hak warga, Sukamta yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPR menyatakan bahwa hak-hak warga negara sangat jelas dijamin di dalam UUD 1945, ini adalah aturan dasar yang tidak bisa dilanggar oleh peraturan perundang-undangan dibawahnya.
“UU ITE juga telah memberikan koridor yang jelas, mengatur hak dan kewajiban dalam pemanfaatan siber secara bebas dan bertanggung jawab, jadi tidak perlu ada kekhawatiran soal itu. Tentu saja dalam aplikasinya, kami di Komisi I akan terus melakukan pengawasan dan evaluasi kepada Badan baru ini untuk memastikan tidak ada hak-hak warga yang dilanggar. Sebaiknya masyarakat juga bersama sama melakukan pengawasan secara kritis", jelas Sukamta.
Sebagai langkah awal menurut Sukamta pemerintah harus menunjukkan itikad baik dengan mengisi kelembagaan ini dengan SDM profesional yang memiliki track record yang kompeten di bidang IT. Ini penting untuk menepis dugaan pemanfaatan badan baru ini untuk kepentingan politik.
Baca juga:
Isu internet rumit, Badan Siber diharapkan rangkul multistakeholder
Mengenal DJI, Drone Pintar dengan kemampuan selfie hingga pertanian
Bakal Populer, Drone DJI Spark Tawarkan Kemampuan Foto Selfie
Spotify dikabar bersiap masuki dua negara ini
Serangan DDoS meningkat selama Q1 2017
Rokok elektrik 'vaporizer' pun bisa jadi media hacker