Dua Faktor ini jadi pertimbangan penataan 4G di frekuensi 1800Mhz
Iwan: Mudah-mudahan di pertengahan tahun ini sudah ada yang selesai.
Pasca ditandatanganinya surat edaran Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 1 tahun 2015 tentang kebijakan penataan 4G di frekuensi 1800 MHz pada Februari lalu, kini sedang dilanjutkan pembahasan proses migrasi antara pemerintah dengan para operator telekomunikasi. Proses migrasi yang sedang menjadi pembahasan saat ini, merupakan penataan dari jaringan 4G pada frekuensi 900 Mhz ke 1800 Mhz. Sementara, penataan frekuensi 1800 Mhz ini, ditargetkan pemerintah selesai di akhir tahun 2015. Praktis, semua lapisan masyarakat sudah bisa menikmati jaringan 4G di frekuensi 1800 Mhz di penghujung tahun ini.
Meski begitu, hal itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya, masih ada negosiasi yang lama antaroperator untuk menentukan wilayah mana yang serentak akan dimulai frekuensi baru beserta metode migrasinya. Persoalan tersebut juga berpengaruh terhadap pelayanan operator agar tidak mengganggu para pelanggannya saat proses migrasi berlangsung termasuk yang masih memakai jaringan 2G. Hal itu seperti yang disampaikan oleh Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Muhammad Budi Setiawan.
"Makanya, harus dicari daerah yang tidak terlalu padat pengguna 2G-nya," jelas Iwan – sapaan akrab Muhammad Budi Setiawan - saat ditemui Merdeka.com, (15/3).
Terkait itu, Iwan mengakui sudah ada 29 provinsi yang disetujui oleh pihak operator. Meski, dari 29 provinsi itu masih belum diputuskan daerah mana yang terlebih dahulu dilakukan penataan. "Sudah ada 29 provinsi yang disetujui. Minggu ini masih sekali lagi untuk bertemu. Dan, harapannya sudah bisa jalan. Untuk wilayahnya, kemungkinan Maluku yang 2G nya gak terlalu padat ya. Tapi yang jelas daerah luar jawa dulu ya," jelasnya.
Selain itu, faktor yang membuat lamanya penataan 4G frekuensi 1800 Mhz adalah pemilihan metode perpindahan frekuensi maupun jaringan yang akan digunakan oleh operator. Menurut Iwan, ada dua metode yang menjadi keinginan dari para operator, yakni dengan cara direct maupun indirect routing. Metode direct routing ini, dijelaskan Iwan, merupakan perpindahan frekuensi yang hanya membutuhkan waktu semalam. "Kalau direct routing itu langsung ya, dalam satu malam itu dipindahkan frekuensi antaroperator. Jadi pelanggan tidak merasakan adanya perpindahan frekuensi," ungkapnya.
Sementara indirect routing, menurutnya, proses perpindahan dengan mengosongkan frekuensi yang dimiliki operator, kemudian baru bisa digunakan frekuensi yang terbaru oleh operator lain dengan adanya jeda waktu. "Indirect routing ini, misalnya operator A mau pindah ke punya si operator B, slot frekuensi pada operator B nya kosongin dulu. Operator B ini kasih waktu seminggu dulu. Nah, baru setelah diberikan waktu seminggu itu, operator A baru bisa masuk menggantikan operator B. Indirect ini lah yang makan waktu," paparnya. Meski memakan waktu lama, metode indirect routing ini dapat mengantisipasi jika adanya gangguan manakala proses migrasi. "Istilahnya rollback jaringan," singkatnya.
Meski begitu, dirinya berharap dua faktor tersebut, tidak menjadi halangan agar 4G di frekuensi 1800 Mhz bisa dinikmati di beberapa wilayah di pertengahan tahun ini. "Mudah-mudahan di pertengahan tahun atau semester satu tahun ini sudah ada beberapa yang selesai," ujarnya.
Terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara pernah mengungkapkan kepada Merdeka.com jika persoalan proses migrasi sepenuhnya diserahkan kepada operator. "Itu mah nanti urusan operator deh. Pokoknya semester kedua tahun ini 4G frekuensi 1800 Mhz sudah siap dipakai. Apa mau di Papua dulu, silakan. Mau di Sumatera Utara dulu, silakan. Mau di Jawa dulu juga silakan. Itu sih menurut saya udah masuk dalam ranah bisnis. Tapi kalau kebijakan sudah saya terapkan," tandasnya.