Gandeng SkyWay Indonesia, UI akan bangun 'Kereta Langit'
Usai penandatanganan kedua belah pihak ini, rencananya akan dibentuk working group untuk membahas secara teknis perencanaan apa saja yang akan dilakukan jelang pembangunan kereta langit ini.
Universitas Indonesia (UI) berencana membangun kereta langit yang akan menghubungkan antar fakultas di lingkungan kampus. Rencana pembangunan tersebut diawali dengan penandatanganan MoU antara UI dengan PT. SkyWay Technologies Indonesia yang berlangsung di kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat, Senin (25/9).
Dalam sambutannya, rektor Universitas Indonesia, Muhammad Anis mengaku senang menjadi mitra SkyWay Technologies Indonesia dalam mengimplementasikan rencana pembangunan SkyWay sebagai sarana transportasi di lingkungan Universitas Indonesia.
"Kami senang dan percaya menjadi mitra SkyWay Indonesia. Kenapa, karena ini adalah teknologi baru yang dibutuhkan Indonesia sebagai solusi transportasi" kata Anis dalam sambutannya di acara MoU antara pihak Universitas Indonesia dan PT SkyWay Teknology Indonesia.
Universitas Indonesia menurut Anis sepertiganya adalah hutan kota yang akan terus dijaga keasriannya. Pengurangan emisi karbon di lingkungan kampus sangat diperlukan untuk menjaga kampus tetap hijau dan meminimalisir penggunaan bahan bakar fosil dan SkyWay mempunyai teknologi yang sejalan dengan visi UI untuk mewujudkan transportasi hijau, tidak menggunakan bahan bakar fosil, pembangunannya juga tanpa menebang pohon, dan menggunakan pembangkit energi terbarukan.
"Kita punya sepertiga hutan kota. Untuk menghubungkan gedung-gedung (di UI) nantinya kita pakai transportasi ini, sehingga jadi guyup," ujarnya.
-
Bagaimana teknologi masa depan digambarkan mengubah Jakarta? Isi video tersebut seolah ingin menceritakan, bahwa teknologi masa depan akan masuk dan mengubah bentuk Jakarta bukan hanya sekedar menjadi kota metropolitan, melainkan sebagai kota yang futuristik penuh kecanggihan teknologi.
-
Apa yang menjadi kekhawatiran Jokowi tentang penggunaan perangkat teknologi di Indonesia? Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun. Hal itu disampaikan Jokowi saat meresmikan Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Kota Depok, Jawa Barat Selasa, (7/5). "Ini sayangnya perangkat teknologi dan alat komunikasi yang kita pakai masih didominasi barang-barang impor dan nilai defisit perdagangan sektor ini hampir 2,1 miliar US Dollar lebih dari 30 triliun Rupiah," ujarnya.
-
Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Teknologi telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang menemukan lempeng tektonik di Kalimantan? Prediksi keberadaan kerak Bumi ini muncul ketika Suzanna van de Lagemaat, ahli geologi lulusan Universitas Utrecht di Belanda, dan supervisornya, Douwe van Hinsbergen, menganalisis data geologi dari pegunungan di kawasan Asia-Pasifik.
MoU SkyWay dan UI
Usai penandatanganan kedua belah pihak ini, rencananya akan dibentuk working group untuk membahas secara teknis perencanaan apa saja yang akan dilakukan jelang pembangunan kereta langit ini.
"Working group ini untuk melihat perencanaan apa saja yang akan dilakukan. Kita harap bentuk master plan nya selesai akhir tahun ini," imbuhnya.
Anis menjelaskan pembangunan kereta langit SkyWay ini untuk mengontrol banyaknya kendaraan yang masuk di lingkungan kampus. Sebelumnya UI juga berencana membangun monorail. Tapi dianggap tidak efektif karena biayanya terlalu mahal.
"Kalau ini (SkyWay) infrastrukturnya menggunakan jembatan baja dengan tiang-tiang pancang sehingga harganya relative jauh lebih terjangkau," ungkap Anis.
Proses perencanaan, imbuhnya, akan dilakukan secara matang, karena teknologi ini akan lebih sustain secara jangka panjang. Kerjasama kita juga tidak hanya berhenti pada pembangunan, UI juga akan mempunyai hubungan yang lebih jauh dengan SkyWay Technologies sebagai partner inovasi teknologi transportasi masa depan yang ramah lingkungan.
"Kami akan terus mendukung teknologi ini, dan berharap UI dan SkyWay mampu bekerjasama lebih lanjut untuk memberikan solusi transportasi bagi bangsa ini," Ungkap Hamid Chalid, Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Hubungan Internasional.
Selama ini, untuk membantu mobilitas mahasiswa, UI menyediakan bus kuning yang mengantarkan mahasiswa dari fakultas satu ke fakultas lainnya. Dengan dibangunnya kereta
langit ini, bus tersebut masih akan dioperasikan, namun akan dicarikan solusi agar tidak memakai bahan bakar fosil, misalnya menggunakan bus listrik atau alternatif teknologi transportasi yang mengutamakan prinsip ramah lingkungan.
MoU SkyWai dan UI
Sementara, Country Director PT. SkyWay Technologies Indonesia, Madinatul Fadhilah, dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada Universitas Indonesia yang saat ini menjadi kampus pertama di Indonesia dan menjadi kampus ketiga di dunia yang menjadi partner riset dan pengembangan SkyWay Technologies. "Universitas Indonesia terpilih menjadi kampus ketiga di dunia yang menjadi partner kami secara global," ujar Madina.
Madina menambahkan, usai penandatanganan MoU ini akan segera dilakukan langkah-langkah konkret diantaranya melakukan sayembara untuk pembuatan desain stasiun SkyWay yang sesuai dengan filosofi dan nilai-nilai ke-Indonesia-an di kampus UI.
"Pesertanya bisa mahasiswa dan masyarakat umum. Desain yang terbaik akan kita pilih untuk
menjadi desain stasiun SkyWay di UI nanti. Ini sebagai langkah awal kami mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan transportasi public yang akan digunakan, dari
masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat."
Madina mengungkapkan, tak hanya menjadi transportasi penghubung antar fakultas di kampus UI, SkyWay nantinya juga dapat membuka perspektif yang lebih luas dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia. Terlebih, menurutnya, kondisi geografis Indonesia menghadirkan kesulitan tersendiri dalam penataan lalu lintas antarkotanya.
"Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia membutuhkan solusi transportasi yang tidak hanya mengantarkan orang dan logistic, namun mampu mengantar komunikasi (dengan adanya fiber optic di pipa bajanya), air, gas, dan beberapa jenis material yang vital dan bisa diantarkan dalam pipa baja SkyWay," ujar Madina.
Untuk membangun konektivitas di Indonesia, lanjut Madina, pada dasarnya yang dibutuhkan adalah suatu teknologi transportasi terpadu. SkyWay akan mengajak seluruh kalangan yang bergerak di bidang infrastruktur dan transportasi untuk bersama-sama memberikan solusi terbaik bagi bangsa ini. Saat ini SkyWay sudah mempunyai Top 10 Project List di Indonesia.
Dari puluhan minat kerjasama implementasi tersebut, menurut Madina, saat ini SkyWay sedang membuat prioritas 10 project awalan yang dilihat lebih mendesak, penting dan dari segi willingness stakeholder memang full-support, sehingga teknologi dan investasi yang dibawa benar-benar dapat diterima dengan baik.
"Meskipun mandat yang diterima oleh Madina tidak hanya untuk Indonesia, namun juga untuk pengembangan di Malaysia dan Brunei, saya menegaskan, sebagai anak bangsa, tetap ingin Indonesia yang menjadi pioneer dalam penerapan teknologi mutakhir ini. Teknologi transportasi ini sudah melalui perjalanan panjang dari sisi inovasi. Bahkan saat ini semua sertifikasi atas keamanan transportasi ini sudah selesai. Sudah tidak ada keraguan lagi dalam penerapannya."
"Kami juga di dukung oleh lebih dari 300.000 Angel Investor di seluruh dunia. Bahkan 1200-nya ada di Indonesia. SkyWay adalah teknologi yang paling ditunggu-tunggu kehadirannya, ini saatnya bagi SkyWay menjadi bagian solusi transportasi di dunia. Hasil kerja keras Prof. Anatoly Yunitskiy dan tim SkyWay Technologies ini telah menerima ratusan penghargaan dari lembaga International, termasuk dari UN Habitat dan Golden Chariot, maka ini tidak hanya akan menjadi solusi namun juga menjadi masterpiece bagi negara yang menerapkannya untuk pertama kali. Ini akan menjadi salah satu capaian luar biasa bangsa ini, sehingga mampu menunjukkan ke mata dunia bahwa kita adalah bangsa yang terdepan dalam memilih teknologi transportasi. Bukan bangsa follower," Madina menjelaskan.
Di dunia Internasional, lanjut Madina, saat ini Indonesia sedang berlomba dengan India, Australia, Brazil, Thailand, Philipina, Turki, dan beberapa negara lainnya yang telah mengunjungi langsung EcoTechnoPark SkyWay di Mariyna Gorka, Belarus. Madina berharap Indonesia bisa menjadi bangsa pemberani, terdepan, dan mampu menunjukkan kepada dunia bahwa kita mampu untuk menyelesaikan problem konektivitas, khususnya melalui penerapan infrastruktur transportasi yang tepat.