Hacker manfaatkan jejaring sosial untuk tutupi kejahatannya
Hal ini berdasarkan data dari FireEye.
Sebuah riset terbaru telah menemukan fakta bahwa para pelaku kejahatan cyber telah menemukan cara baru agar kegiatan mereka tidak dapat dilacak. caranya adalah memanfaatkan jejaring sosial.
Seperti yang dilansir oleh Mashable (23/4), menurut laporan dari FireEye, didapatkan fakta baru bahwa kini para pelaku kriminal cyber mulai memanfaatkan berbagai jaringan social media seperti Facebook, Twitter, hingga Baidu. Hal ini dilakukan agar aktivitas mereka lebih sulit dilacak jika nantinya ketahuan.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Dimana para penjahat siber menyembunyikan malware? Karena sebagian besar mod dan cheat didistribusikan di situs web pihak ketiga, penyerang menyamarkan malware dengan berpura-pura sebagai aplikasi ini.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
"Hal ini merupakan teknik pengalihan. Ini merupakan cara untuk menghindari deteksi, mencoba terlihat se normal mungkin," kata Rob Rachwald, peneliti dari FireEye.
Yang mengejutkan lagi, ditemukan bahwa angka serangan cyber ini ternyata meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat, sudah ada server berbeda di 185 negara yang menjadi sasaran serangan ini hanya pada 2012 saja.
Jika dipilah, serangan ini lebih banyak terjadi pada negara Asia dan Eropa. China, Korea, India, Jepang, dan Hong Kong merupakan korban terbanyak di Asia dengan laporan serangan 24 persen dari total seluruh serangan.
Sementara 22 persen sisanya terjadi di Russia, Poland, Romania, Ukraine, Kazakhstan, Latvia, dan beberapa negara di Eropa Timur. Untuk 44 persen lainnya terjadi di AS.
Adapun serangan yang mulai marak digunakan adalah dengan memanfaatkan malware Gh0st RAT (Remote Administration Tool). Lewat malware ini, pelaku bisa memata-matai seluruh kegiatan pengguna mulai dari input keyboard hingga merekam pergerakan layar.
(mdk/nvl)