Adi Kusma: Ibukota Baru Tidak Bisa Hanya Jadi Pusat Pemerintahan
Wawancara khusus Merdeka.com dengan Adi Kusma, Presiden Direktur Biznet, tentang pembangunan ibukota baru di Kalimantan. Biznet adalah perusahaan infrastruktur telekomunikasi dan internet terintegrasi yang memiliki jaringan serat optik (FO) mencapai 33.000 kilometer sepanjang Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Batam.
Pemerintahan Joko Widodo periode 2 tampaknya akan bekerja keras untuk merealisasikan kota baru sebagai ibukota baru Republik Indonesia di Pulau Kalimantan. Pada Agustus lalu Presiden Joko Widodo memutuskan lokasi ibukota baru yang ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, keduanya di provinsi Kalimantan Timur.
Dengan alokasi dana Rp 466 triliun, pembangunan kota pemerintahan itu merupakan pekerjaan besar, terutama dari sisi infrastruktur. Karena ibukota baru, sebagai pengganti Jakarta, harus memiliki fasilitas superlengkap, termasuk infrastruktur telekomunikasi dan informatika. Terutama bila smart city menjadi pilarnya. Ibukota pintar ini juga harus didukung ekosistem sebuah kota yang layak huni dan ramah lingkungan.
-
Kenapa internet cepat penting? Internet yang cepat dapat membantu berbagai hal dalam hidup seseorang, mulai dari hal rekreasi hingga dalam bidang profesi.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Apa yang telah dicapai oleh para peneliti untuk mewujudkan internet kuantum? Langkah pertama menuju penciptaan "internet kuantum" telah diambil dengan berhasil oleh para peneliti yang berhasil menciptakan antarmuka untuk menghubungkan dua mesin dan berbagi informasi kuantum yang tersimpan.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
-
Apa yang telah dicapai oleh tim peneliti internasional dalam hal kecepatan internet? Tim peneliti internasional telah menciptakan koneksi internet dengan kecepatan yang 4,5 juta kali lebih kencang daripada rata-rata kecepatan internet pita lebar (broadband) rumahan. Mereka telah berhasil mengirimkan data sebesar 301 terabit (Tb) atau 301 juta megabit (Mb) per detik, seperti dikutip dari situs Universitas Aston, Interesting Engineering, dan The Independent, Kamis (28/3).
-
Kenapa warga Desa Kayu Batu membutuhkan akses internet? Jaringan telekomunikasi bukan hanya berfungsi untuk menghubungkan ponsel pintar dengan dunia luar, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Seiring berjalannya waktu, akses Internet kini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting.
Akses internet yang andal dan cepat menjadi kebutuhan mutlak dan harus dipersiapkan sejak dini, mumpung ibukota baru ini masih dalam tahapan desain dan perencanaan.
Biznet merupakan perusahaan infrastruktur telekomunikasi dan internet terintegrasi yang memiliki jaringan kabel serat optik (FO) mencapai 33.000 kilometer di sepanjang Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Batam. Di usia ke-19pada Oktober tahun ini, jaringan Biznet Fiber sudah menjangkau Jawa-Bali dan terhubung baik di jalur Utara dan Selatan yang melayani 112 kota.
Untuk mengetahui pandangan dunia usaha terhadap ibukota baru, tantangan dan potensi bisnis internetnya, M Syakur Usman, Fauzan Jamaludin, Joshua Michael (magang), danIqbal Nugroho (fotografer) dari Merdeka.com mewawancarai Adi Kusma, Presiden Direktur Biznet di kantornya di Jakarta, baru-baru ini. Berikut petikannya:
Pemerintah sudah memutuskan membangun ibukota baru di antara Kabupaten Penajam dan Kutai Kertanegara. Bagaiman pandangan Biznet?
Berdasarkan peta Kalimantan yang kami lihat, sebenarnya Kabupaten Penajam itu, kotanya adalah Balikpapan. Kemudian Kutai Kertanegara itu, ya Samarinda. Kalau dilihat di peta pula, ibukota baru terletak antara jalan tol yang sudah dibangun (tol Balikpapan-Samarinda). Berdasarkan peta itu, saya yakin ibukota pasti di daerah itu. Karena jalan tol dibangun untuk dua kota itu kan. Kalau tidak, buat apa?
Jadi, kami kemungkinan ekspansi ke Kalimantan, tepatnya ke kota Samarinda dan Balikpapan di masa mendatanga. Selain pertimbangan populasi penduduknya besar. Kalau Balikpapan, industri penopang pertumbuhan ekonominya adalah pertambangan. Tapi, problemnya, industri itu kebanyakan jauh, di luar kota. Jadi akses internet di sana kebanyakan masih memakai link atau satelit.
Kami juga sudah melihat beberapa kota di Kalimantan dan membandingkannya. Kami sepertinya lebih optimistis di Pontianak, Kalimantan Barat. Setelah itu mungkin Balikpapan.
Ketika kota baru dibangun sebagai ibukota, potensi bisnis apa saja terjadi?
Yang pindah itu sebenarnya pusat pemerintahan (dari Jakarta ke Kabupaten Penajam). Dan kalau pusat pemerintahan, sebetulnya tidak terlalu banyak populasinya. Contoh secara global banyak. Contohnya Australia, Canberra sebagai pusat pemerintah, tidak bisa seramai Sydney dan Melbourne. Melbourne ramai karena faktor pendidikan, banyak universitas di sana.
Contoh kedua ini malah sangat sepi, saat ibukota Myanmar dipindahkan dari Yangon ke Naypyidaw. Buktinya, kedutaan Indonesia masih di Yangon.
Padahal pemerintah Indonesia tentu mengharapkan kedutaan negara asing pindah jug, jika ibukota baru di Kalimantan selesai. Jadi memang harus membangun dari ulang. Mesti ada hotel, rumah sakit, sekolah, dan sebagainya. Harus dimulai dari scratch.
Kalau soal demand (internet), namanya kota baru, infrastrukturnya harus disiapkan. Kalau pemain infrastruktur, seperti Biznet, kami selalu siap. Jadi tidak bisa seperti telor dan ayam.
Begitu buka kota baru, harus membangun semuanya. Tidak bisa menunggu, listrik juga sama. Jadi ibukota baru nanti harus ada pendukungnya, tidak bisa hanya pusat pemerintahan.
Menurut saya yang terpenting ada sekolah atau universitas di sana. Jadi guru atau dosennya juga harus disiapkan. Semua ekosistem harus ikut semua; ada mal, cafe, restoran, dan sebagainya dengan kota penopang Samarinda dan Balikpapan. Kami anggap Samarinda dan Balikpapan sudah mature sebagai kota.
Apa harapan Anda kepada pemerintah saat membangun ibukota baru?
Kami mengharapkan ibukota baru itu jaringan utilitasnya dipersiapkan dengan baik. Jadi ada jaringan utilitas yang siap pakai, sehingga ke depan kita tidak usah menggali seperti ducting. Jadi di bawah tanah (underground), sudah ada kanal air kotor, air bersih, kabel, pipa, dan sebagainya. Jadi kalau bisa sudah dipersiapkan ke depan seperti itu.
Apa benefitnya?
Dari sisi biaya, relatif murah, tapi yang pasti secara manajemen lebih gampang. Kita membangun kota lebih rapi dan tertata. Nanti jika dilihat desainnya, pasti semua utilitas di bawah tanah, tidak pakai tiang-tiang lagi. Yang penting, di ibukota ada universitasnya.
Berarti patokan Biznet ada universitas kalau mau masuk ke sana?
Kalau kota ada universitas, kebanyakan ramai, seperti Jember, Jawa Timur, ramai karena ada dua universitas. Karena ada universitas, jumlah mahasiswanya bisa mencapai 30 ribu hingga 40 ribu orang. Ini sangat potensial untuk jasa internet. Contoh lainnya, Malang, populasinya bertambah terus karena banyak kampus di sana.
Secara jangka panjang, potensi pasar internet di Kalimantan bila ibukota sudah berdiri?
Kalau bicara potensi, balik lagi ke populasi, karena internet kebutuhan semua orang. Jika Kalimantan populasinya makin tinggi, permintaan (internet) pasti naik.
Kenapa ekspansi ke Kalimantan lewat Pontianak?
Pertimbangan kami ekspansi layanan ke satu kota adalah populasinya. Kota Pontianak itu boleh dibilang populasinya besar di Kalimantan Barat. Kedua, pemain game atau gamer dari Pontianak sangat banyak, sehingga banyak atlet e-sport di sana. Kemudian kami juga punya tim e-sport di sana, dan itu sangat ramai sekali.
Jadi kami melihat Pontianak memiliki pasar potensial ya. Jadi memang orang yang perlu internet yang baik itu kayaknya lebih banyak di sana. Jadi itu alasannya.
Selain itu, kami juga lagi membangun jaringan di Manado, Sulawesi Utara. Potensinya ada 20-30 ribu homepass (rumah tangga) di Pontianak.
Dampak Palapa Ring atau Tol Langit
Di portofolio bisnis Biznet, pangsa pasar Kalimantan seberapa besar?
Di Kalimantan, kami baru masuk pertama di Pontianak. Dua hingga tiga bulan lagi selesai pembangunan jaringan kabel optik kami. Kalau di Sumatera, yang agak ramai Palembang. Palembang lebih maju dari kota-kota lain di Sumatera.
Jadi kontribusi Kalimantan masih sangat kecil. Yang terbesar masih Jabodetabek, mungkin porsinya sama besar dengan regional.
Proyek Palapa Ring atau tol langit sudah rampung semuanya. Biznet berminat mencobanya?
Kami belum mencobanya. Kalau pun mau, mungkin Palapa Ring Barat, mungkin ya. Kami belum mengujicoba, saya tidak berani ngomong. Palapa Ring Barat kami mau coba, karena kami ada kabel dari Batam ke Singkawang, lalu Batam ke Jambi. Itu kan bisa dikoneksikan dan kami juga punya cabang di sana.
Dampak Palapa Ring bagi industri internet seberapa besar?
Saya belum dengar dampak yang besar. Jadi saya belum berani ngomong. Karena memang yang kebetulan dikoneksikan adalah kota-kota kecil, mungkin populasinya di bawah 100 ribu jiwa.
Jadi perusahaan jasa internet (ISP) nasional tidak berani begitu?
Yang pasti ISP harus punya kantor di lokasi yang dilewati Palapa Ring tadi. Kalau tidak punya kantor, buat apa.
Berarti ini lebih ke ISP lokal ya?
Mungkin iya, jadi kalau ISP seperti Biznet, maka itu kami lebih dulu membangun di Pontianak. Setelah itu baru membangun di Singkawang. Kami juga punya hub di Batam dan Jambi. Di Palapa Ring itu, ada obligasi untuk membangun di kota tengah atau kota kecil. Kota kecil itu, kadang-kadang populasinya hanya di bawah 50 ribu penduduk.
Bisnis internet komersial stagnan
Bagaimana perkembangan bisnis Biznet hingga semester 2?
Dari sisi pertumbuhan, pasar Biznet tumbuh sekitar 15 persen, ini karena ekonomi Indonesia sedang stagnan sehingga berdampak pada tidak banyak perusahaan baru lahir.
Jadi entitas bisnis baru di Indonesia atau perusahaan asing yang di Indonesia tidak banyak. Bahkan kalau kita lihat, di kawasan bisnis (CBD), banyak office space kosong.
Diperkirakan ada satu juta meter persegi kosong. Ditambah di kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan, total ada 1,7 juta meter persegi kosong. Itu berarti tidak ada tenant, tidak ada bisnis baru.
Hal ini terjadi antara lain akibat banyak kebijakan pemerintah di sektor energi berubah. Misalnya dulu ekspor coal dengan kalori tertentu tidak boleh, sekarang boleh lagi. Jadi perubahan-perubahan kebijakan ini juga membuat jumlah perusahaan tidak bertambah. Kemudian toko-toko seperti di ITC berubah. Toko mereka sepi pembeli akibat perubahan perilaku belanja konsumen lewat belanja online.
Tapi ada juga yang baru-baru muncul, seperti bisnis makanan online, bisa delivery ke mana-mana. Jadi pasarnya berubah, orang konsumsi makanan kini memanfaatkan smartphone. Memang UKM di ITC menurun, tapi ada industri makanan tumbuh sekali, jadi ada shifting di sini. Semua aplikasi based.
Bila sektor komersial stagnan, mungkin ada sektor lain yang melejit?
Yang melejit sektor-sektor yang mendorong secara online seperi transportasi online dan makanan online. Kemudian convenience store seperti itu yang maju. Seperti sekarang, coffee shop banyak di mana-mana dan semua pake internet. Pokoknya yang mereka jual ada kopi, Wifi, dan listrik.
Itu banyak dampaknya buat Biznet?
Ada dan banyak. Jadi kalau dari sektor-sektor UKM, restoran, oke lah. Sekarang orang ke restoran dia enggak bertanya menu dulu, tapi password Wifi apa. Bukan orang tua yang bertanya, tapi anaknya yang bertanya. Sekarang juga sudah banyak yang menggunakan tablet. Itu butuh internet lagi karena softwarenya pakai cloud. Jadi untuk F&B masih jalan ya.
Tantangan jaman now bagi Biznet apa saja?
Kebetulan kami main di industri yang semua sektor perlu. Timing-nya pas. Kalau industri-industri sekarang tidak berevolusi, mereka akan ketinggalan banyak. Karena habit konsumen juga berubah dengan gaya hidup digital, seperti pesan makanan pakai aplikasi smartphone.
Sekarang sudah ada berapa kota yang dilayani jaringan Biznet?
Lebih dari 100 kota di seluruh Indonesia, tepatnya 112 kota. Saat ini kami memiliki jumlah karyawan total 2.600 orang. Sebagian besar, sekitar 70 persen, adalah generasi milenial.
Targetnya sampai akhir tahun ini berapa kota?
Tinggal sedikit lagi, yakni Lampung, Pontianak, dan Manado. Kami juga sedang membangun Jepara dan Juwana, karena kita udah ada di Pati. Sementara Labuan Bajo belum.
Biznet banyak memberikan free Wifi seperti di mal-mal. Apa tidak rugi?
Kalau buat saya, Wifi itu adalah public service. Maka itu kami membangun di mal, taman, dan sebagainya dan kasih gratis. Itu public service.
Jadi kalau sudah langganan sama kami, bisa langsung koneksi di area publik itu. Jadi di mal tidak usah lagi pakai kuota seluler. Pakai itu saja, free, dan speed-nya bisa 100 Mbps sampai 1 Gbps.
TV Berbayar Sunset Business
Di semester dua ini fokusnya apa?
Kami sedang membangun data center lagi di Cimanggis, Depok. Seluas 3.000 meter, sambil kami mempersiapkan master plan supaya jadi satu kawasan data center. Total ada 900 rak.
Jumlah ini sebenarnya masih kurang. Indonesia itu dibandingkan negara maju lain tertinggal 5 tahun dari sisi teknologi internet. Ada gelombang baru (internet) dengan payment online, QR code, dan sebagainya. Jadi nanti makin banyak sehingga kebutuhan data center juga meningkat.
Lihat aja, setiap orang foto, sehari berapa, sebagian kan disimpan di cloud, itu kan pakai storage. Belum lagi layanan yang masif bandwidth seperti konten video atauu TV 4K, bandwidthnya jauh lebih besar.
Maka itu, kami sedang siapkan Data center di kota-kota baru. Tahun depan kita sedang siapkan beberapa kota lagi. Ada di Sumatera, Sulawesi, mungkin di Kalimantan pada 2020.
Bisa digambarkan bisnis layanan TV berbayar Biznet?
TV berbayar itu sudah sunset business. Karena streaming box ilegal banyak sekali di sini. Ini realitas, saya tidak mau membohongi orang. Streaming box bisa dibeli Rp 300-400 ribu dan tidak harus berlangganan TV selamanya, tapi semua bisa dapat, yang penting terkoneksi via Wi-fi.
Kenapa TV terestrial masih hidup, karena di daerah-daerah masih banyak butuh hiburan via TV. Kedua, akses internet masih terbatas di daerah. Mereka perlu hiburan dong. Anak-anak Jakarta hiburan pakai internet semua, tidak memerlukan TV. Siaran TV hanya tinggal dua yang akan hidup; TV berita dan sport. Kenapa? Karena harus real time. Sisanya berat secara bisnis.
Jadi jangka panjang layanan TV berbayar di Biznet mau dihentikan?
Saya tidak bisa jawab sekarang. Saya selalu melihat begini, ada yang kami bisa tolak, tapi ada juga yang harus kami akui. Kenyataan di lapangan begitu, semua itu akibat streaming box ilegal yang beredar. Siapa yang tidak mau? Hanya membeli Rp 400 ribu dan tidak bayar selamanya. Tinggal bayar internet saja, koneksinya pakai Wifi. Kecuali regulasinya berubah.
Ke depan potensi-potensi service apa yang akan dikembangkan di Biznet?
Biznet adalah pemain infrastruktur. Kita bermain di fasilitas fisik, salah satunya data center. Kabel fiber optik memang fisik dan butuh kapital besar. Kalau kita
bicara services kayak aplikasi, mungkin kita enggak terlalu karena kompetisinya juga banyak.
Kalau payment, juga sudah dikuasai pemain lain. Kalau dilihat, aplikasi-aplikasi, bank juga banyak investasi di situ. Jadi, kami pasti mencari apa yang baru, seperti bagaimana orang itu lebih connected. Jadi mungkin lagi mencari untuk layanan yang berikutnya.
Ekspansi dan layanan baru membutuhkan dukungan keuangan. Seberapa kuat dukungan keuangannya?
Kami per tahun sediakan belanja modal (capex) sekitar US$ 100 juta atau setara Rp 1,4 triliun. Setiap tahun untuk bangun jaringan telekomunikasi sebuah kota, sepeeti ada data center, network, jaringan, dan sebagainya.
Sumber pendanaannya dari mana saja?
Kami biasanya dari internal. Kami tidak menggunakan utang atau menerbitkan obligasi.