Ilmuwan ungkap Sesama Gajah Ternyata Punya Nama Masing-masing
Ilmuwan melakukan penelitian ini dengan menggunakan Artificial Intelligence (AI).
Ilmuwan melakukan penelitian ini dengan menggunakan Artificial Intelligence (AI).
Ilmuwan ungkap Sesama Gajah Ternyata Punya Nama Masing-masing
Komunikasi merupakan hal yang mendasar bagi sebuah makhluk hidup. Bukan hanya manusia, binatang pun melakukan komunikasi dengan sesamanya.
Pada studi terbaru, yang dibantu dengan algoritma kecerdasan buatan (AI), peneliti menemukan bahwa seekor gajah memanggil gajah lainnya dengan nama mereka masing-masing.
Mickey Pardo, ahli biologi akustik dari Laboratorium Ornitologi Cornell dan salah satu penulis dari studi ini, mengatakan bahwa gajah memiliki kemampuan untuk memanggil anggota tertentu dari keluarga mereka dengan panggilan yang unik, seperti dikutip dari The New York Times dan The Guardian, Minggu (17/6).
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Apa yang dimaksud dengan Artificial General Intelligence (AGI)? AGI adalah titik kritis hipotetis yang juga dikenal sebagai “Singularitas,” di mana AI menjadi lebih pintar dari manusia. Generasi AI saat ini masih tertinggal dalam bidang-bidang yang menjadi keunggulan manusia, seperti penalaran berbasis konteks dan kreativitas sejati.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan tentang cara gajah berkomunikasi? Penelitian terbaru mengungkapkan gajah mungkin memiliki kemampuan mengejutkan, yaitu memanggil satu sama lain dengan menggunakan nama masing-masing.
-
Siapa yang menemukan bahwa gajah memanggil sesamanya dengan nama? Ilmuwan mempelajari 469 panggilan gajah, yang dikenal sebagai "gemuruh," dari gajah liar Afrika di Kenya.
-
Bagaimana robot gajah itu bergerak? Meskipun hanya merupakan replika mekanis, Mechanical El mampu menampilkan gerakan yang menyerupai gerakan gajah sungguhan, mulai dari langkah-langkah lamban hingga gerakan kepala yang realistis.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
Gajah mengeluarkan berbagai macam suara, mulai dari suara yang nyaring hingga suara yang sangat pelan atau “suara gemuruh”, yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia.
Panggilan antara satu gajah dengan gajah lainnya umumnya terjadi pada “suara yang kaya akan harmoni dan berfrekuensi rendah”.
Pada studi ini, tim peneliti melakukan penelitian pada dua kawanan gajah di Cagar Nasional Samburu dan Taman Nasional Amboseli, Kenya.
Kemudian, para peneliti menyaring “suara gemuruh” gajah-gajah tersebut di antara tahun 1986 dan 2022.
Dengan algoritma pemelajaran mesin, para peneliti mengidentifikasi 469 panggilan yang berbeda, termasuk 101 gajah yang mengeluarkan panggilan dan 117 gajah yang menerima panggilan.
Gajah-gajah tertentu tampaknya merespons “suara gemuruh” tertentu dari gajah lain dan para peneliti memasukkan suara-suara itu ke dalam alat AI mereka.
“Jika panggilan itu memiliki sesuatu seperti nama, Anda seharusnya bisa mengetahui kepada siapa panggilan itu ditujukan hanya dari struktur akustik panggilan itu,” jelas Pardo.
Meski para peneliti saat ini belum mengetahui secara pasti bagian mana dari panggilan tersebut yang merupakan “nama” dari suatu gajah, mereka menemukan bahwa alat AI tersebut mampu mengidentifikasi penerima yang dituju dari suatu suara bukan hanya dengan peluang acak.
Panggilan dengan menggunakan nama biasanya dilakukan oleh gajah-gajah yang berjauhan dan biasanya dilakukan oleh gajah dewasa kepada gajah anak-anak.
Dengan frekuensi panggilan nama yang lebih sering digunakan oleh gajah dewasa, hal itu menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari kemampuan ini.
Para peneliti mengatakan bahwa ketika memutar rekaman suara dari teman atau anggota keluarga seekor gajah yang memanggil nama mereka, gajah tersebut merespons dengan positif dan "penuh semangat".
Akan tetapi, gajah yang sama tidak terlalu antusias ketika para peneliti memutar nama-nama dari gajah lain.
Frank Pope, CEO dari Save the Elephants, yaitu sebuah lembaga yang terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa manusia dan gajah memiliki banyak kesamaan, seperti "unit keluarga besar dengan kehidupan sosial yang kaya yang didukung oleh otak yang sangat maju".