Kecerdasan buatan tak selalu soal robot yang canggih
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tingkat tinggi adalah teknologi yang siap mengambil alih semua pekerjaan ringan yang dilakukan manusia untuk diterapkan oleh robot. Dalam menghadapinya era AI, manusia harus memiliki kesadaran agar manusia bisa memanfaatkannya dengan baik dan bijak.
Merdeka.com – Ingatkah Anda dengan Jarvis? Ya, Jarvis asisten komputer Tony Stark di film Iron Man. Namun tahukah Anda apa teknologi yang digunakan itu? Teknologi yang digunakan itu adalah artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tingkat tinggi. Di mana semua pekerjaan ringan yang biasa dilakukan oleh manusia, diterapkan oleh robot. Tidak ada yang mungkin jika kelak hal-hal yang seperti itu bisa dilakukan oleh sebuah komputer.
Namun, pada dasarnya konsep teknologi AI ini sehari-hari pun telah banyak digunakan oleh kita tanpa disadari. Misalnya saja Cortana dan Siri yang sering kita dengar. Atau jika hal itu masih terlalu canggih, konsep teknologi yang digunakan e-commerce dan instant messaging merupakan dasar dari AI. Intinya, sesuatu yang digerakan oleh sistem komputer. Tak bisa dimungkiri memang pemahaman masyarakat mengenai AI ini masih terlalu jauh.
“Orang yang berangkat dari pendidikan tinggi pun belum tentu aware dengan AI yang padahal sering diketahui juga,” ujar Harry K. Nugroho, Country Manager Intel Indonesia saat menjadi pembicara pada acara Ideafest 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (24/09).
Hal itu yang kemudian perlu diperhatikan juga oleh seluruh pemangku industri teknologi untuk memberikan awareness mengenai konsep AI tersebut. Dikatakannya, jika berbicara mengenai kecerdasan buatan, image itu pasti merujuk terhadap sesuatu yang berbentuk robot canggih atau scientific.
“Karena kalau kita bicara AI pertama kali image yang ada dibenak orang itu apa? Robot yang canggih dan scientific. Namun pada dasarnya, hal itu jauh nanti ke depan dan kita sebenarnya dengan hal-hal yang kecil sudah dilakukan. Nah, awareness yang semacam ini penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat,” terangnya.
Menurutnya proses memberikan awareness terhadap masyarakat mengenai kecerdasan buatan ini, harus dilakukan seluruh industri kepada komunitas-komunitas non teknologi. Tujuannya tentu, agar masyarakat yang notabene kurang mengerti teknologi bisa lebih aware dengan konsep kecerdasan buatan ini dan dapat memanfaatkannya.
“Bagaimana industri mendekati komunitas-komunitas di luar teknologi. Misalnya tadi dari Sahabat Pulau yang berangkat bukan dari komunitas teknologi. Mereka membuat sesuatu yang memiliki manfaat bagi nelayan. Selain itu, bagaimana juga industri pun mendekati komunitas akademisi juga. Intinya sih, teknologinya ada, awareness-nya yang perlu kita lakukan lagi,” ucapnya.
Pada dasarnya jika meniliki masa lalu, AI bukanlah barang baru. Konsep tersebut sebetulnya sudah mulai dibicarakan pada tahun 1956. Saat tahun itu, orang-orang membayangkan dan ingin sekali bisa berinteraksi dengan komputer. Bahkan, dari sisi keilmuan kecerdasan buatan telah berkembang. Namun sayang, teknologi komputer kala itu belum terlalu berkembang dibandingkan dengan sekarang.