Membedah Perilaku Nyentrik Gen Z Punya 2 Akun Instagram
Gen Z mempunyai cara sendiri dalam bermedia sosial.
Generasi Z punya perilaku yang sungguh berbeda. Banyak orang menilai mereka “makhluk aneh”.
Terutama kebiasaannya saat beraktivitas di media sosial. Barangkali kerap diketahui ada seorang gen Z yang postingan fotonya di Feed-nya hanya beberapa saja bahkan sama sekali tak pernah mengunggah aktivitasnya, namun punya jumlah followers’yang tidak sedikit. Hal ini tentu menjadi fenomena yang unik.
Dinda Khansa dan Nanda Sekar, adalah contoh dari gen Z yang berperilaku seperti itu. Mereka punya followers lebih dari 1.000.
Tetapi keduanya jarang sekali memosting tentang kegiatannya. Cenderung hanya menggunakan Instagram story-nya saja.
Lantas, apa motivasi mereka berperilaku seperti itu? Menurut Dinda, segala postingan yang diunggah di Feed Instagram-nya merupakan sesuatu yang spesial dan merepresentasikan dirinya.
“Misal foto naik gunung, itu spesial karena pengalaman pertama kali. Terus foto poster demo menurut aku penting biar orang tahu aku aware sama isu itu dan aku juga pengen mereka aware. Pokoknya foto ada di feeds tuh menurut aku dan mungkin beberapa gen z itu harus ada maknanya,” ujar Dinda mahasiswi UNDIP.
Hal senada juga diungkapkan Nanda. Mahasiswi UI jurusan Sastra Indonesia ini mengakui memiliki dua akun. Akun yang pertama ia gunakan hanya untuk merepresentasikan dirinya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang penggunaan media sosial oleh Gen Z? Ini merupakan hasil riset yang dilakukan Invinyx dan Jakpat tentang kecenderungan Gen Z memilih media sosial.
-
Dimana Gen Z paling sering mengakses media sosial? Secara keseluruhan terdapat 3 platform media sosial yang paling populer dan sering diakses oleh responden yakni Instagram (94%), YouTube (91%), dan TikTok (81%).
-
Konten apa yang paling disukai Gen Z di media sosial? Hiburan menjadi jenis konten teratas yang paling populer ditonton di media sosial oleh responden dengan persentase mencapai 88%. Diikuti juga dengan jenis konten kuliner (84%) dan fesyen (65%).
-
Apa itu Gen Z? Generasi Z, atau Gen Z, adalah istilah yang digunakan untuk menyebut kelompok orang yang lahir antara tahun 1996 dan 2012. Mereka adalah generasi yang tumbuh di era digital, di mana teknologi dan media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan mereka.
-
Mengapa Gen Z lebih suka Instagram dibandingkan TikTok? Laporan terbaru ini memberikan insight menarik bagi pelaku industri mengenai perilaku masyarakat Indonesia di media sosial. Salah satu temuan dari laporan Invinyx dan Jakpat menunjukkan bahwa platform Instagram tetap menjadi media sosial paling populer di kalangan Gen Z selama 2023.
-
Mengapa Gen Z disebut sebagai penguasa internet di Indonesia? Generasi ini berkontribusi 34,40 persen dari penggunan internet. Selebihnya adalah generasi lainnya. Berikut prosentase kontribusi dari setiap generasi:Pre-Boomer (usia 79 tahun ke atas): 0,24 persenBaby Boomer (usia 60-78 tahun): 6,58 persenGen X (usia 44-59 tahun): 18.98 persenMilenial (usia 28-43 tahun): 30.62 persenGen Z (usia 12-27 tahun): 34,40 persenPost Gen Z (usia kurang dari 12 tahun): 9,17 persen
“Sebenarnya kebanyakan gen Z itu punya second account. Jadi mereka lebih update di second account yang followers-nya cuma orang-orang terdekat saja. Mungkin first account itu buat branding, tapi kalo aku emang gak terlalu suka share berlebihan ke sosial media, jadi share sesuatu yang mau aku share aja,” ungkap Nanda.
Alif Aulia Masfufah, Psikolog Klinis dari Komunitas Love Yourself Indonesia mengungkap alasan lebih ilmiah mengapa gen Z cenderung berperilaku berbeda dari kebanyakan orang saat bermedia sosial.
Menurutnya, ada dua hal. Pertama tentang mencontoh seseorang dan tentang attention seeking-self presentasi dan rasa aman.
“Pertama jelas jika yang dibilang secara spesifik adalah gen Z, brrti usia mereka saat ini remaja dan dewasa muda. Mereka kebanyakan memodel atau meniru banyak orang yang bermakna dalam hidupnya. Kebanyakan idola melakukan hal ini misalnya. Ini juga memengaruhi cara mereka bersosial media,” kata Aulia saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (2/7).
Lebih jauh soal itu, lanjut Aulia, ini terkait soal self presentation. Maksudnya, apa yang ditampilkan di instagram story lebih bisa memberikan rasa aman tentang siapa saja yang boleh melihat presentasi mereka sebagai individu.
“Saya rasa instagram story lebih memberi rasa aman karena mudah dikontrol untuk siapa saja yang boleh melihat "presentasi diri" mereka dan mana saja yang dikecualikan untuk melihat "presentasi diri" mereka yang paling dalam. Semua hal itu mereka dapatkan di Instagram Story bukan di post Instagram,” ujarnya.
Menurut Aulia, itulah yang mereka cari secara umum dari bersosial media. Fitur seperti close friend juga sangat mendukung kebutuhan ini.
Selain itu, mereka seringkali membagi fake account atau real account dengan tujuan yang sama yaitu presentasi diri mereka yang paling dalam dengan tetap mendapatkan perhatian atau rasa aman dari orang-orang tertentu yang merupakan tujuan mereka.