Mengulas 4 Unicorn Indonesia yang Dibanggakan Jokowi di Debat Capres
Mengulas 4 Unicorn Indonesia yang Dibanggakan Jokowi di Debat Capres
Unicorn kini tak cuma ada di mitologi semata. Alih-alih, frase unicorn ini mendadak jadi ramai di media sosial karena jadi salah satu ulasan di debat Calon Presiden pada Minggu (17/2) semalam.
Topik ini muncul di debat capres setelah Jokowi menyinggung soal persiapan program 1.000 startup baru menyongsong industri 4.0. Menurut sang Petahana, majunya startup di Indonesia perlu dukungan infrastruktur dan regulasi.
-
Kapan Gojek menerima penghargaan dari DTKJ? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
-
Bagaimana Gojek mendapatkan penghargaan dari DTKJ? Penghargaan ini diperoleh berdasarkan survei kepada pengguna angkutan umum serta penilaian terhadap inovasi dan upaya integrasi dengan moda transportasi lain melalui fitur GoTransit.
-
Siapa yang memberikan penghargaan kepada Gojek? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
-
Kenapa Gojek menyediakan layanan motor listrik? Program bergabung sebagai mitra pengemudi Gojek, GoRide Electric bertujuan mendukung penggunaan motor ramah lingkungan. Selain itu, juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
-
Kapan jalur kereta api Jogja-Bantul ditutup? Karena kalah bersaing dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, PJKA akhirnya menutup jalur tersebut pada tahun 1973.
-
Mengapa Gojek dianggap sebagai penyedia layanan ride-hailing yang paling dipilih? Menurut pernyataan resminya, Selasa (24/9), penghargaan ini menunjukkan bahwa Gojek diakui sebagai penyedia layanan ride-hailing yang paling dipilih oleh pengguna saat menggunakan angkutan umum di Jakarta.
Nah, Jokowi ingin menumbuhkan unicorn baru. Unicorn sendiri merupakan sebuah sebutan bagi startup yang nilai valuasinya tembus di atas 1 miliar USD atau setara dengan 13,8 triliun Rupiah. Sudah ada empat startup lokal yang dilabeli sebagai unicorn: mereka adalah Tokopedia, Gojek, Traveloka, dan Bukalapak.
Topik unicorn makin panas pasca Capres 02 Prabowo Subianto mengungkapkan kekhawatirannya akan aliran dana milik Indonesia ke luar negeri.
"Hal-hal mendasar dalam perekonomian Indonesia bahwa terjadi disparitas. Hanya segelintir orang, kurang dari 1 persen menguasai lebih dari setengah kekayaan kita. Jadi kalau ada unicorn dan teknologi hebat, saya khawatir ini justru lebih mempercepat nilai tambah dan uang-uang kita keluar negeri. Ini yang saya khawatir," kata Prabowo dalam acara debat capres putaran kedua di Jakarta, Minggu (17/2).
"Silakan ketawa. Tapi ini masalah bangsa. Kalau kita tidak hati-hati dengan antusiasime internet, e-commerce dan e- ini e- itu, saya khawatir ini juga bisa mempercepat arus larinya uang ke luar negeri ini. Ini saya bukan pesimistis. Ini saya ingin menggugah kesadaran bahwa sistem sekarang ini, memungkinkan uang kita lari ke luar negeri," tambah mantan Danjen Kopassus itu.
Keempat startup Indonesia ini sempat dibanggakan Jokowi di debat semalam. Sang Presiden menyebut bahwa di ASEAN ini terdapat 10 unicorn. 4 di antaranya ada di Indonesia. Maka itu, ia ingin mendorong agar muncul lebih banyak lagi unicorn-unicorn baru di Tanah Air.
Nah, mari kita bahas sepak terjang dari empat unicorn asal Indonesia di kancah startup berbasis teknologi. Berikut ulasannya!
Gojek
Gojek tak bisa dimungkiri adalah startup paling banyak dibicarakan di Asia Tenggara. Terbaru. Gojek mengamankan pendanaan dari raksasa China Tencent sebesar 1,5 miliar USD.
Berawal dari aplikasi untuk memesan ojek motor, kini Gojek sudah jadi aplikasi dengan pelayanan penuh untuk segala hal: mulai dari memesan ojek atau taksi online, membeli tiket kendaraan umum atau bioskop, jasa kurir makanan, jasa kebersihan, dan pembayaran online lewat GoPay.
Di Indonesia saja, Gojek telah beroperasi di 50 kota di dan kini layanannya sudah tersedia di Vietnam lewat Go-Viet, Thailand lewat GET!, dan Singapura dengan layanan taksi online GoCar.
Sang CEO, Nadiem Makarim, adalah seorang yang berpengalaman dan telah berkontribusi di deretan perusahaan papan atas seperti McKinsey dan Zalora.
Saat ini, nilai valuasi Gojek sebesar Rp 40 triliun.
Tokopedia
Tokopedia muncul di tahun 2009 berkat tangan dingin dari sang bos yakni William Tanuwijaya. Berbekal kemampuan pengembangan software dan IT, ia berhasil mengembangkan Tokopedia jadi platform marketplace terbesar di Indonesia. Kini, Tokopedia memiliki jutaan merchant dan konsumen.
Visi Tokopedia adalah membangun ekosistem yang ramah bagi siapapun untuk memulai layanan dan online shop, dan ini tersedia bagi individu, bisnis kecil, bahkan merek besar. Jika dibandingkan, Tokopedia cukup mirip dengan Alibaba, dan raksasa e-commerce China tersebut memberi pendanaan pada Tokopedia sebesar 1,1 miliar USD yang membuatnya jadi unicorn.
Saat ini, nilai valuasi Tokopedia sebesar Rp 50 triliun.
Traveloka
Traveloka kini terkenal sebagai pilihan utama masyarakat untuk platform pesan hotel dan pesan tiket pesawat paling mudah. Kini, Traveloka juga menawarkan layanan seperti pesan tiket kereta api, transportasi bandara domestik, dan pemesanan trip.
Traveloka dibangun oleh Ferry Unardi di 2012, seorang dropout dari Harvard Business School yang punya panggilan jiwa di bidang teknologi. Visinya cukup sederhana, yakni membuat platform bagus yang dibutuhkan masyarakat.
Kini Traveloka juga merambah negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, dan mencoba mendominasi sektor pemesanan tiket online di sana.
Saat ini, nilai valuasi Travelola sebesar Rp 26 triliun.
Bukalapak
Bukalapak adalah platform C2C atau consumers to consumers yang memungkinkan siapapun untuk menjual dan membeli berbagai produk. Siapapun bisa "membuka lapak" online di Bukalapak, serta membeli barang di lapak online lainnya. Kekuatan awalnya adalah garansi uang kembali ketika barang tidak sampai sesuai janji.
Bukalapak bermain dengan deretan iklan yang catchy dan menarik sehingga user menjadikannya top mind e-commerce. Kini, Bukalapak juga melakukan berbagai layanan seperti Mitra Bukalapak yang bervisi misi mengangkat warung-warung kelontong agar 'naik kelas' tak kalah dari minimarket.
Saat ini, nilai valuasi Bukalapak sebesar Rp 15 triliun.