Satu lagi aplikasi lokal untuk petani berbasis Android lahir
Aplikasi bernama Petani ini merupakan jembatan antara para petani dengan para pakar.
Di pertengahan bulan Juni 2014 lalu, ada satu aplikasi berbasis Android yang dinamakan Mata-Daun yang diciptakan oleh developer dari Universitas Ma Chung Malang Jawa Timur. Kini, ada satu lagi aplikasi sejenis yang merupakan hasil kreasi pengembang dari Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Aplikasi penyuluhan pertanian berbasis Android dan menggunakan layanan short message service (SMS) yang diberi nama "Petani" ini berfungsi sebagai jembatan dan sarana komunikasi antara petani dan para pakar pertanian.
"Aplikasi itu dimaksudkan untuk memudahkan petani untuk berkomunikasi dengan para pakar pertanian dari UGM," kata Dekan Fakultas Pertanian UGM Jamhari usai peluncuran aplikasi "Petani" di Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (17/11).
Menurut dia, pihaknya mencoba memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk kegiatan penyuluhan pertanian karena semakin terbatasnya tenaga penyuluh dalam menjangkau semua petani.
"Aplikasi itu diharapkan bisa menjangkau petani untuk bisa mendapatkan informasi terkini terkait solusi permasalahan pertanian yang mereka dihadapi," katanya.
Ia mengatakan Fakultas Pertanian juga menyediakan mobil khusus yang akan meninjau langsung kondisi petani di lapangan setelah mendapat informasi dari petani.
"Kami sediakan mobil hijau klinik pertanian, menindaklanjuti setiap SMS dari petani yang masuk," katanya.
Menurut dia, untuk mendukung aplikasi "Petani" itu pihaknya melibatkan pakar-pakar yang terdiri atas para dosen pertanian UGM dari berbagai bidang ilmu seperti ilmu tanaman, ilmu tanah, ilmu penyakit dan hama, budi daya tanaman, dan sosial ekonomi pertanian.
"Petani bisa memberitahukan masalahnya yang dilengkapi dengan foto sehingga bisa diketahui oleh para pakar dalam mendiagnosis dan memberitahukan bagaimana cara pengendaliannya," katanya.
Ia mengatakan aplikasi "Petani" itu akan bekerja sama dengan para penyuluh pertanian di daerah. Setiap persoalan yang disampaikan petani akan diteruskan kepada penyuluh untuk segera bertemu langsung dengan petani yang bersangkutan.
"Fakultas Pertanian UGM akan memberikan sertifikat bagi penyuluh yang aktif dalam menyelesaikan masalah petani," katanya.
Direktur 8villages Indonesia, perusahaan penyedia layanan aplikasi "Petani", Anita Hesti mengatakan layanan aplikasi itu dibuat khusus untuk petani dengan tidak menarik biaya sepersen pun. Bahkan, setiap informasi yang disampaikan petani akan dijawab oleh pakar dalam tempo 1x24 jam.
"Kami hanya menawarkan teknologi informasi dan web. Kalau ada petani belum punya android, mereka bisa mendaftar melalui SMS," katanya.
Menurut dia, aplikasi "Petani" bisa didapatkan dengan cara mengunduh aplikasi dengan mengunjungi link http://www.8villages.com/petani atau mengirim sms IKUTI RPP (nomor ponsel yang digunakan) kirim ke 2000.