Tak hanya Google, LINE dan Mataharimall pun ikut perangi berita hoax
Tak hanya Google, LINE dan Mataharimall pun ikut perangi berita hoax. Pada 1 April lalu, servis konten agregator dari LINE Indonesia, LINE Today, memunculkan sebuah tautan artikel berjudul “Artis Salah Kirim Chat, Praktik Jual Beli Suara Miliaran Rupiah Terbongkar”.
Pada 1 April lalu, servis konten agregator dari LINE Indonesia, LINE Today, memunculkan sebuah tautan artikel berjudul “Artis Salah Kirim Chat, Praktik Jual Beli Suara Miliaran Rupiah Terbongkar”. Konten ini sontak menarik perhatian pembaca LINE Today, terbukti selama seminggu terakhir kampanye tersebut berhasil menghasilkan 95.000 klik. Alih-alih memunculkan artikel, tautan berita tersebut malah memunculkan tulisan "April Mop, Ini Contoh Hoax, Makanya Saring Sebelum Sharing".
Hal itu sejatinya merupakan kampanye unik yang diinisiasi MatahariMall.com yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) serta LINE dalam menyerukan kampanye anti berita hoax.
-
Siapa yang diharuskan bertanggung jawab atas konten hoax di media digital? Dalam peraturan itu dijelaskan bahwa apabila ada konten hoaks, yang pertama kali bertanggung jawab adalah platformnya, bukan si pembuat konten tersebut.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Apa saja tipe perilaku konsumen dalam belanja online? Momen Mega Sale, menurutnya, bukan sekadar belanja dan membayar, melainkan mencerminkan berbagai pola perilaku konsumen.Berikut empat tipe perilaku konsumen dalam berbelanja online. The Bargain Hunters Pada perilaku ini, konsumen gemar mencari diskon. Biasanya mereka akan terpengaruh dengan harga yang murah, juga senang membandingkan harga antar platform e-commerce. •The Inspirational Hunters Pada perilaku ini, konsumen senang mengadopsi tren-tren terbaru. Mereka akan secara proaktif mencari tren yang ada, kemudian mereka tidak hanya sekedar membeli tapi juga sudah memiliki bayangan ketika barang yang ia beli sudah didapat. Biasanya konsumen yang berperilaku seperti ini, suka melihat komentar-komentar pembeli lain dan percaya terhadap review yang ditulis di aplikasi. The Effortless Shoppers Konsumen dengan perilaku ini akan memiliki gaya berbelanja yang ingin serba cepat, tidak memerlukan usaha banyak tetapi ia bisa dapat yang diinginkan. Dalam kategori ini, konsumen akan merasa tidak masalah jika membayar dalam jumlah lebih, yang penting bisa sampai dengan cepat. The Purposefull Shoppers Dalam kategori ini, konsumen memiliki prinsip. Misalnya, konsumen memiliki prinsip untuk selalu menggunakan barang lokal, maka ia membeli barang yang hanya berasal dari brand lokal. Pada konsumen seperti ini, biasanya tidak masalah menghabiskan uang lebih banyak asalkan sesuai dengan prinsip yang ia punya.
-
Bagaimana konsumen dapat terhindar dari kecurangan saat berbelanja online? Lazada terus menjaga komitmen untuk menjadi pilihan aman bagi konsumen serta UMKM untuk menghindari kecurangan serta ancaman terhadap keamanan siber melalui layanan bantuan yang terpercaya.
-
Kenapa Hari Jomblo di Tiongkok menjadi Hari Belanja Online? Seperti halnya Hari Valentine di Amerika Serikat yang dianut oleh Hallmark, Hari Jomblo di Tiongkok juga dikooptasi oleh raksasa e-commerce Alibaba pada tahun 2009 dan diubah menjadi hari belanja online besar-besaran.
Kampanye yang bertajuk "Makanya Saring Sebelum Sharing" bertujuan untuk mengedukasi serta mengajak masyarakat untuk jeli dalam menyaring pemberitaan yang bersifat menyesatkan atau hoax. Bersama LINE, MatahariMall.com memberikan beberapa tips dan trik untuk menghindari penyebaran berita hoax:
1. Cek sumber beritanya
Di era teknologi ini, masyarakat cenderung menyerap informasi dengan sangat cepat. Seperti contohnya saat berita broadcast diterima, isi berita yang mengejutkan biasanya langsung disebarkan tanpa dicek terlebih dulu sumber beritanya.
2. Cari kebenaran beritanya
Dengan akses internet yang dimiliki masyarakat, tentunya informasi dapat dengan mudah diakses masyarakat. Mencari kebenaran data tidaklah sulit, seperti contohnya saat ada kabar diskon dari di sebuah pesan broadcast, yang perlu dilakukan adalah cek apakah kabar itu sudah diberitakan di situs berita resmi dari website yang mengeluarkan promonya.
3. Jangan mudah terprovokasi
Saat membaca informasi yang mengejutkan atau terkesan memprovokasi, ada baiknya tidak langsung menyebarkan kepada orang lain. Karena hal tersebut bisa menimbulkan berbagai persepsi.
4. Sharing is caring
Sharing informasi dengan keluarga dan teman adalah hal yang penting. Dengan berbagai informasi kita jadi sadar apakah informasi yang dapatkan adalah informasi yang benar atau tidak.
5. Perbanyak Bahan Bacaan
Ini sebagai salah satu tips mencegah supaya tidak mudah tertipu oleh berita hoax. Ketika kamu tidak yakin dengan berita dari salah satu sumber, ada baiknya coba melihat berita dengan topik-topik terkait.
Baca juga:
Perangi berita hoax, Google tandai berita palsu di pencarian
13 Media online adu gagasan lawan gelombang berita hoax
Tak mau masyarakat terpecah, pemerintah diminta tindak penyebar hoax
Larangan copas status dan ambil foto di Facebook, ternyata hoax
Anies-Sandi bentuk Satgas untuk pantau berita hoax di sosial media
Polisi imbau orang tua tak termakan isu hoax penculikan anak
Pemerintah diminta kerjasama dengan facebook & Youtube tangani hoax