Uji Keahlian, Hacker Dipersilakan Bobol Satelit Departemen Pertahanan AS
Peretas etis akan mendapat kesempatan untuk menguji keahliannya dengan mencoba meretas satelit Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang tengah mengorbit. Mereka dapat mencoba menaklukan sistem kontrol satelit tersebut.
Peretas etis akan mendapat kesempatan untuk menguji keahliannya dengan mencoba meretas satelit Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang tengah mengorbit. Mereka dapat mencoba menaklukan sistem kontrol satelit tersebut.
Dilansir dari BBC pada Sabtu (21/9), kesempatan meretas akan hadir dalam Def Con 2020 mendatang. Kesempatan juga menjadi respon percobaan setelah peretas menaklukan sistem data dari F-15 Fighter Jet pada Def Con 2019.
-
Bagaimana cara hacker bisa meretas satelit? Diungkapkannya, celah ini memungkinkan hacker jahat bisa dengan begitu mudah meretas satelit dengan menggunakan peralatan yang tersedia di pasaran.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Apa yang dilakukan para hacker terhadap toko penjara? Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
Pada kesempatan tersebut, peretas etis akan mencoba meretas berbagai komponen yang digunakan dalam sistem satelit militer sebagai tes kemampuan. Peretas terbaik akan diundang ke Def Con di Las Vegas untuk mengikuti acara live dengan target satelit yang tengah beroperasi.
Peretas akan mencoba mengambil alih sistem kamera satelit dan emmotret bulan. Peretas atau tim peretas yang sukses akan mendapatkan hadiah lebih dari USD 130 ribu atau Rp 1,8 miliar dari Air Force.
"Demonstrasi ini menjadi cara bagi kami untuk mengetahui kelemahan sistem keamanan agar dapat dilakukan peningkatan kedepan. Kami harus bisa menghadapi kekhawatiran kami menggunakan bantuak eksternal untuk membantu kami lebih aman," Kata Asisten Sekretaris Air Force AS untuk akuisisi, teknologi, dan logistik, Will Roper.
Dia juga mengatakan bagaimana militer AS telah selalu meninjau dan menutup teknologinya sendiri, berasumsi bahwa perilaku tersebut membuat aman. AS telah melakukan semuanya sejak Perang Dingin tetapi sekarang sudah tidak berlaku.
"Saat ini teknologi telah berubah sangat cepat dan sebagian besar dikemudikan perangkat lunak. Ide bahwa menjadi lebih tertutup berarti aman adalah hipotesa yang patut dipertanyakan," pungkas Will.
Acara Def Con telah berkembang dan membentuk acara keduanya bernama Hack the Air Force yang memberi kesempatan peretas etis mencari kelemahan dari berbagai sistem Air Force. Dalam acara yang diselenggarakan pada Desember 2018 lalu, peretas telah menemukan total 120 kelemahan.
Reporter Magang: Joshua Michael
(mdk/faz)