Albaqarah Ayat 183 Menjelaskan Tentang Kewajiban Puasa, Pahami Tafsir Maknanya
Albaqarah ayat 183 menjelaskan tentang kewajiban berpuasa di bulan Ramadan. Bahkan umat muslim dianjurkan untuk menunaikannya, sama dengan para orang terdahulu. Albaqarah ayat 183 berisi anjuran untuk berpuasa menjadi kewajiban bagi orang Islam.
Albaqarah ayat 183 menjelaskan tentang kewajiban berpuasa di bulan Ramadan. Bahkan umat muslim dianjurkan untuk menunaikannya, sama dengan para orang terdahulu. Albaqarah ayat 183 berisi anjuran untuk berpuasa menjadi kewajiban bagi orang Islam.
Tak jarang dalam berbagai ceramah atau kajian di bulan puasa, Albaqarah ayat 183 menjadi ayat yang paling sering dilantunkan. Ayat ini merupakan penggalan dari surah kedua di Alquran yang terdiri dari 286 ayat dan tergolong surah Madaniyah.
-
Kapan doa khotmil Quran dibaca? Doa khotmil Quran dibaca setelah selesai khatam Al Quran.
-
Mengapa doa khotmil Quran dibaca? Dalam majelis perayaan ini, akan dibaca doa khotmil Quran untuk menyampaikan rasa syukur atas kemudahan yang diberikan Allah dalam beribadah.
-
Kapan doa Khotmil Quran Kudus dibaca? Doa khotmil Quran Kudus adalah doa yang dibaca ketika seseorang telah mengkhatamkan Al-Qur'an.
-
Kapan doa khatam Quran dibaca? Setelah mengkhatamkan Al-Qur'an, doa menjadi mustajab karena Allah meningkatkan derajat hamba-Nya yang mengamalkan ayat-ayat-Nya.
-
Bagaimana cara mempermudah hafalan Al-Quran dengan menggunakan mushaf? Agar menghafal Al-Quran menjadi lebih mudah, pastikan untuk selalu menggunakan mushaf Al-Quran yang sama.
-
Bagaimana Al-Quran diturunkan? Turunnya Al-Quran sendiri terjadi secara berangsur-angsur dalam kurun waktu 23 tahun.
Baca juga: Bacaan Niat Puasa Ramadhan Yang Benar
Secara bahasa, kata Albaqarah (البقرة) berarti "Sapi Betina". Dinamakan demikian karena di dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah SWT kepada Bani Israil (ayat 67-74). Albaqarah disebut juga Fustatul Qur'an atau puncak Alquran. Karena memuat sejumlah hukum yang tak disebutkan dalam surah lain.
Untuk lebih jelasnya, simak mengenai Albaqarah ayat 183 berikut ini seperti dihimpun dari berbagai sumber, Jumat (4/3).
Bunyi Albaqarah Ayat 183
©2020 Merdeka.com
Albaqarah ayat 183 berisi firman Allah SWT mengenai kewajiban berpuasa, yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Yaa ayyuhal laziina aamanuu kutiba 'alaikumus Siyaamu kamaa kutiba 'alal laziina min qablikum la'allakum tattaquun
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah ayat 183)
Albaqarah ayat 183 ini mengandung banyak makna dan pelajaran mengenai pelaksanaan puasa, khususnya di bulan suci Ramadan. Selain Albaqarah ayat 183, masih ada ayat lain dalam surah ini yang menjelaskan lebih rinci mengenai kewajiban berpuasa itu sendiri.
Tafsir Makna Setiap Kalimat Albaqarah Ayat 183
©2020 Merdeka.com
Kalimat Pertama
Melansir dari buku Tafsir Al-Baqarah ayat 183 karya Ahmad Sarwat, LC., MA. dan muslim.or.id, Albaqarah ayat 183 memiliki penjabaran di setiap kalimatnya masing-masing. Berikut ini penjelasan singkatnya:
Pada lafal pertama, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman:" memiliki makna tersendiri.
Imam Ath Thabari menjelaskan bahwa maksud kalimat di ayat ini adalah:
“Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya”.
Kemudian menurut Ibnu Katsir, ia menafsirkan kalimat ini:
“Firman Allah Ta’ala ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dari umat manusia dan ini merupakan perintah untuk melaksanakan ibadah puasa”
Artinya, orang-orang beriman (الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا ) dalam ayat ini adalah seorang muslim atau orang beragama Islam yang meyakini Allah SWT sebagai Tuhannya dan Nabi Muhammad sebagai rasulnya. Termasuk meyakini rukun iman lain seperti kitab-kitab Allah, rasul dan nabi Allah, hari kiamat, dan takdir Allah.
Tafsir Albaqarah Ayat 183 Kalimat Kedua
©REUTERS
Kewajiban berpuasa tertuang pada penggalan ayat ini: كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ yang artinya "diwajibkan atas kamu berpuasa"
Al Qurthubi menafsirkan ayat ini dengan “Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebutkan wajibnya qishash dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Ta’ala juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada perselisihan pendapat mengenai wajibnya”
Maka, seorang muslim wajib untuk berpuasa sebagai salah satu sikap menaati perintah Allah SWT. Sedangkan seseorang yang tidak beragama Islam tidak wajib berpuasa.
Dengan begitu Allah SWT hanya menerima puasa dari orang-orang beriman. Selain itu, Albaqarah ayat 183 dimaknai dengan puasa adalah tanda kesempurnaan iman seseorang.
Tafsir Albaqarah Ayat 183 Kalimat Ketiga
©2020 Merdeka.com/Arie Basuki
Selanjutnya tafsir Albaqarah ayat 183 di kalimat ketiga, yakni كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ yang artinya “Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian” ditafsirkan oleh Imam Al Alusi sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan ‘orang-orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘Alaihissalam sampai sekarang, sebagaimana keumuman yang ditunjukkan dengan adanya isim maushul."
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud di sini adalah Ahlul Kitab. Menurut Al Hasan, As Suddi, dan As Sya’bi yang dimaksud adalah kaum Nasrani. Sementara ditafsirkan oleh Imam Al-Alusi bahwa puasa sudah dilakukan sebelum masa Nabi Muhammad SAW, bahkan sudah dilakukan sejak masa Nabi Adam AS hingga sekarang.
Albaqarah ayat 183 di kalimat terakhir menunjukkan adanya penekanan hukum, penambah semangat, serta melegakan hati lawan bicara (yakni manusia). Karena suatu perkara yang sulit itu jika sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang banyak dan sebelumnya, akan menjadi hal yang biasa saja.
Adapun permisalan puasa umat Nabi Muhammad dengan umat sebelumnya, yaitu baik berupa sama-sama wajib hukumnya, atau sama waktu pelaksanaannya, atau juga sama kadarnya”
Tafsir Albaqarah Ayat 183 Kalimat Terakhir
Berikutnya, kalimat dari Albaqarah ayat 183 yang terakhir adalah لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ yang berarti “Agar kalian bertaqwa”
Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan dengan ringkas: “Maksudnya, agar kalian bertaqwa dari maksiat. Sebab puasa dapat mengalahkan syahwat yang merupakan sumber maksiat."
Bermakna sebagai ajakan agar umat Islam dapat meningkatkan ketakwaan dengan menjauhkan diri dari makan, minum, dan berjima' saat berpuasa.
Selain Albaqarah Ayat 183 yang Menjelaskan Puasa
©REUTERS
Dilansir dari NU Online, selain Albaqarah ayat 183, penjelasan mengenai kewajiban puasa Ramadan ditemukan dalam Albaqarah ayat 184, 185, dan 187. Jumhur ulama mengartikan, bahwa puasa Ramadan baru diwajibkan setelah Nabi SAW tiba di Madinah.
Karena ulama Alquran sepakat bahwa surat Albaqarah turun di Madinah. Para Sejarawan menyatakan, kewajiban menunaikan puasa Ramadan ditetapkan Allah SWT pada 10 Sya'ban tahun kedua Hijrah.
Berikut ini bunyi setiap ayat dalam surah Albaqarah mengenai kewajiban berpuasa:
1. Albaqarah ayat 184
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Ayyāmam ma'dụdāt, fa mang kāna mingkum marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, wa 'alallażīna yuṭīqụnahụ fidyatun ṭa'āmu miskīn, fa man taṭawwa'a khairan fa huwa khairul lah, wa an taṣụmụ khairul lakum ing kuntum ta'lamụn
Artinya: "(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
2. Albaqarah Ayat 185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān, fa man syahida mingkumusy-syahra falyaṣum-h, wa mang kāna marīḍan au 'alā safarin fa 'iddatum min ayyāmin ukhar, yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-'usra wa litukmilul-'iddata wa litukabbirullāha 'alā mā hadākum wa la'allakum tasykurụn
"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.
3. Albaqarah Ayat 187
اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عَاكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
Uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā`ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn, 'alimallāhu annakum kuntum takhtānụna anfusakum fa tāba 'alaikum wa 'afā 'angkum, fal-āna bāsyirụhunna wabtagụ mā kataballāhu lakum, wa kulụ wasyrabụ ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr, ṡumma atimmuṣ-ṣiyāma ilal-laīl, wa lā tubāsyirụhunna wa antum 'ākifụna fil-masājid, tilka ḥudụdullāhi fa lā taqrabụhā, każālika yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la'allahum yattaqụn
"Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa."
(mdk/kur)