Banjir Besar di Kalimantan Barat, Ini Videonya Jalan Raya Berubah Jadi 'Sungai'
Video kondisi banjir di Kalimantan Barat yang sudah melanda selama lebih dari 3 minggu.
Sudah lebih dari tiga pekan banjir menerjang beberapa wilayah di Kalimantan Barat (Kalbar). Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pekan lalu, setidaknya ada sekitar lebih dari 21.000 rumah termasuk tempat ibadah ikut terdampak banjir besar ini.
Bahkan, sejauh ini dua warga dilaporkan meninggal dunia akibat banjir. Video merekam potret banjir yang terjadi di Kalbar pun ramai beredar dan jadi perbincangan di media sosial.
-
Dimana saja lokasi rawan banjir di Kabupaten Banyumas? Wilayah rawan longsor di Kabupaten Banyumas, antara lain Kecamatan Sumpiuh, Kemranjen, Gumelar, Pekuncen, Lumbir, Banyumas, Ajibarang, dan Kedungbanteng. Sementara wilayah rawan banjir di antaranya Tambak, Sumpiuh, Kemranjen, Lumbir, dan Wangon,"
-
Bagaimana banjir terjadi di Kota Padang? Hujan tidak berhenti dari Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari. Saat ini air di dalam rumah sudah setinggi 7 centimeter,” tuturnya.
-
Kapan banjir terjadi di Kota Padang? Hujan deras melanda sebagian besar kawasan Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) sejak Kamis (13/7) malam hingga Jumat (14/7) dini hari.
-
Apa yang terjadi di tengah banjir di Kebon Pala? Seekor ular muncul di tengah banjir yang merendam permukiman warga di kawasan Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta, Jumat, (1/12/2023).
-
Di mana Pantai Balekambang berada? Pantai ini terletak di Desa Srigonco, Kec. Bantur, Kab. Malang, Jawa Timur.
-
Di mana Benteng Klingker Fort Banjoenjapa berada? Benteng ini berada di tengah belantara hutan Pulau Nusakambangan.
Melansir dari unggahan di Instagram @majeliskopi08, membagikan potret kondisi jalan raya di Kabupaten Sintang yang mendadak berubah menjadi 'sungai'. Berikut videonya:
Banjir Menerjang Kalimantan Barat Lebih dari Tiga Minggu
Instagram/@majeliskopi08 ©2021 Merdeka.com
Banjir besar yang menerjang sejumlah wilayah di Kalimantan Barat belakangan tengah ramai jadi perbincangan masyarakat. Sebab, sudah lebih dari tiga minggu banjir yang melanda tak kunjung surut.
Salah satu daerah yang cukup terdampak banjir terletak di Kabupaten Sintang. Setidaknya, sekitar 12 kecamatan dilaporkan terkena dampak dari bencana ini.
Mengutip laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 40 ribu jiwa harus mengungsi karena banjir tersebut. Bahkan, dua warga dilaporkan meninggal dunia.
Video Kondisi Banjir Berubah Jadi Sungai
Melalui unggahan di akun Instagram @majeliskopi08, membagikan video merekam potret kondisi terbaru di Jalan Lintas Melawi Kota Sintang Kalimantan Barat.
Dalam video yang dibagikan, seorang perekam video tampak tengah menaiki sebuah perahu melewati banjir sambil memberikan laporan keadaan sekitar.
Terlihat kondisi jalan raya tersebut justru mendadak tampak berubah menjadi sungai. Dalam keterangan unggahan, disebutkan bahwa video itu diambil pada Sabtu, 13 November 2021.
"Ini jalan Lintas Melawi ini bukan sungai sebenarnya jalan raya, tapi berubah menjadi sungai," kata perekam video.
Lihat postingan ini di Instagram
Kondisi Banjir di Wilayah Lain
Di video lain, seorang warga juga melaporkan kondisi banjir di wilayah Kalbar pada tanggal 1 November 2021 di daerah pasar Nanga Pinoh, Sintang, Kalimantan Barat.
Dalam video, terlihat kondisi banjir sudah menggenangi bangunan warga bahkan sudah hampir mencapai lantai dua. Mobilitas warga juga tampak terbatas dan membutuhkan perahu untuk melintas.
Berikut videonya, dilansir dari Instagram @majeliskopi08:
Lihat postingan ini di Instagram
Penyebab Banjir
Dalam keterangan unggahan, disebutkan bahwa Gubernur Kalimantar Barat (Kalbar) Sutarmidji mengakui bahwa deforestasi dan pertambangan adalah penyebab bencana banjir yang menerjang beberapa wilayah di Kalimantan Barat.
"Kalau sekarang ini lebih banyak karena deforestasi dan pertambangan tidak diikuti dengan menangani tempat pembuangan, aliran air dan sebagainya," kata Sutarmidji mengutip dari Instagram @majeliskopi08.
Menurutnya, hutan-hutan di Kalbar sudah habis lantaran Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) banyak diberikan kepada perusahaan. Sehingga, lahan konsesi lebih banyak dibanding dengan hutan yang ada.
Selain itu, konsesi untuk pertambangan di Kalbar juga turut menjadi salah satu faktor penyebab banjir. Akibatnya, resapan air pun berkurang dan imbasnya air yang turun di musim hujan tidak dapat meresap.