Berdarah Bangsawan, Jenderal TNI Dekat dengan Prajurit Berani Gebrak Meja di Depan Presiden
Kisah sosok jenderal TNI berdarah bangsawan yang pernah marah sampai gebrak meja di hadapan Presiden RI.
Kisah sosok jenderal TNI berdarah bangsawan yang pernah marah sampai gebrak meja di hadapan presiden RI.
Berdarah Bangsawan, Jenderal TNI Dekat dengan Prajurit Berani Gebrak Meja di Depan Presiden
Jenderal keturunan bangsawan itu begitu dekat dengan para prajurit TNI karena hobinya yang suka blusukan.
Kedekatannya dengan para prajurit, justru sempat menimbulkan kesalahpahaman antar dirinya dengan Presiden ke-2 RI Soeharto.
Jusuf bahkan disebut pernah marah hingga berani menggebrak meja di hadapan Presiden. Simak ulasan selengkapnya:
Kisah Eks Panglima ABRI Marah dengan Presiden
M. Jusuf ditunjuk untuk menjadi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) oleh Soeharto pada tahun 1978.
Padahal, saat itu Jusuf sudah 14 tahun tidak berkarir di militer. Sejak tahun 1965, dia sudah menjadi menteri perindustrian.
- Ganjar Jamin Istrinya Tak akan Ikut Cawe-Cawe Urusan Negara Jika Terpilih Jadi Presiden
- Tak Pernah jadi Kasad, 2 Jenderal ini Tak Disangka-sangka Dipilih Presiden jadi Panglima TNI
- 4 Perwira Tinggi TNI Naik Pangkat jadi Jenderal Bintang Dua, Ini Sosoknya Ada Eks Ajudan Presiden
- Didukung Ratusan Pengusaha, Ganjar Terima Masukan soal Pengembangan UMKM & Kemudahan Izin
Namun pada saat itu Soeharto memiliki kekuasaan penuh untuk memilih siapa orang yang harus memimpin ABRI.
Sehingga terpilih lah M Jusuf sebagai Panglima. Jusuf dikenal sebagai salah satu pendukung Soeharto.
Dia adalah satu dari tiga jenderal yang menemui Presiden Soekarno untuk meminta Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar.
Sangat Dekat dengan Prajurit
Saat menjabat sebagai Panglima, Jusuf sangat dekat dengan para prajurit. Dia berkeliling Indonesia untuk menemui para prajurit di barak-barak.
Jusuf memberikan bantuan dengan membangun asrama, memperbaiki fasilitas yang rusak, memberikan bantuan, hingga mendengarkan keluh kesah prajurit.
Jusuf disebut nyaris tidak pernah duduk di meja kerjanya.
Dia selalu menghabiskan waktu dengan blusukan menemui para prajurit.
Bahkan, saat itu TVRI yang menjadi satu-satunya stasiun TV selalu menayangkan kunjungan kerja Jenderal Jusuf.
Karena hal itu lah dia menjadi sangat populer tak hanya di kalangan prajurit, tapi juga masyarakat.
Gebrak Meja di Depan Soeharto
Kepopuleran Jusuf ternyata membuat Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Presiden dibuat khawatir.
Apalagi rakyat lebih antusias melihat Jusuf daripada Soeharto. Hubungan keduanya pun lama-kelamaan menjadi dingin.
Jusuf dikatakan pernah marah ketika ditanya apakah dirinya memiliki ambisi pribadi seiring kepopulerannya.
Dia bahkan disebut sampai pernah menggebrak meja di depan Soeharto dan para pejabat negara ketika diberi pertanyaan tersebut.
Sejak momen tersebut, Jusuf tidak pernah lagi mau hadir di acara rapat Binagraha yang dihadiri Soeharto. Dia selalu mengutus wakilnya untuk datang.
Sosok Jenderal Keturunan Bangsawan
Jenderal (Purn) Andi M. Jusuf Amir adalah tokoh militer Indonesia keturunan bangsawan suku Bugis.
Tanda kebangsawanannya itu terlihat dari gelar 'Andi' yang tertera di nama lengkapnya.
Namun, Jusuf disebut melepas gelar kebangsawanannya pada tahun 1957 dan tidak pernah menggunakannya lagi.
Dalam posisi pemerintahan ia pernah menjabat sebagai Panglima ABRI merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan pada periode 1978–1983.
Setelah tak menjabat sebagai Panglima, Jusuf memilih pulang kampung ke Makassar dan mengurusi masalah agama.
Jenderal bintang empat kecintaan prajurit TNI itu meninggal dunia pada 8 September 2004 silam.