Kisah Pahlawan Revolusi Mayjen Sutoyo Pamit ke Sang Putri,Esoknya Jadi Korban G30SPKI
Cerita putri Mayjen Sutoyo tentang pertemuan terakhir mereka, sebelum sang ayah dijemput paksa dan dibunuh di Lubang Buaya.
Penghujung September bisa dibilang bulan yang tidak akan pernah bisa dilupakan oleh Nani Nurrachman. Hatinya masih terasa sedih dan teriris jika mengingat tragedi itu.
Nani adalah putri dari Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo. Salah satu perwira tinggi TNI AD menjadi korban peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30SPKI. Kematian sang ayah dengan tragis itu tentu senantiasa membekas dalam benak Nanik.
-
Kapan peristiwa G30S/PKI terjadi? Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia.
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
-
Apa tujuan utama dari peristiwa G30S PKI? Terdapat latar belakang dan tujuan tertentu yang berada di balik sejarah G30S PKI yang kelam ini. G30S PKI dilakukan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu.
-
Kapan pasukan G30S dikalahkan? Gerakan 30 September langsung ditumpas habis sehari usai mereka menculik dan menghabisi para Jenderal Angkatan Darat.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI terjadi? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Mengapa Soebandrio dianggap terlibat dalam G30S/PKI? Bagi AD, Soebandrio dianggap terlibat PKI, atau setidaknya memberi angin terjadinya G30S.
Melalui sebuah buku berjudul Kenangan Tak Terucap Saya, ayah dan Tragedi 1965, Nani pernah menceritakan pertemuan terakhir dirinya dengan sang ayah sebelum ditemukan tewas di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Simak ulasannya:
Salah Satu Korban Dalam Peristiwa G30SPKI
Instagram/@revolusi_bangsa1965 ©2021 Merdeka.com
Gerakan 30 September 1965 atau G30SPKI, merupakan sejarah kelam yang pernah terjadi di Tanah Air. Sejumlah perwira tinggi dan satu perwira muda TNI AD tewas dibunuh. Jasadnya dikubur di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Pada 1 Oktober 1965 dini hari, Mayjen Sutoyo dijemput paksa oleh orang-orang mengaku anggota Pasukan Pengawal Presiden Soekarno alias Cakrabirawa di kediamannya Jalan Sumenep, Menteng, Jakarta Pusat.
Dengan dalih pemanggilan oleh Presiden Soekarno, Sutoyo dijemput dan dibawa ke markas mereka di Lubang Buaya. Di sana, ia dibunuh bersama dengan enam orang lainnya dan mayatnya dilempar ke dalam sumur yang tak terpakai.
Kenangan Sang Anak
Foto: Wikipedia ©2021 Merdeka.com
Melalui buku berjudul Kenangan Tak Terucap Saya, ayah dan Tragedi 1965, anak kedua Mayjen Sutoyo yakni Nani Nurrachman, sempat bercerita tentang pertemuan terakhir dirinya dengan sang ayah sebelum terjadinya peristiwa berdarah itu.
Dua minggu sebelum kejadian, kediaman pribadi Sutoyo tengah dilakukan renovasi besar-besaran. Hal itulah yang membuat dirinya meminta anak-anaknya untuk sementara menginap di rumah kerabatnya (Adik Sutoyo).
Satu hari sebelum maut menjemput sang ayah, Nani menceritakan bahwa dirinya mendadak terdorong untuk pulang ke rumah. Sepulang sekolah, ia pun langsung menuju ke kediamannya yang tengah direnovasi itu.
Sesampainya di rumah, ternyata ayahnya belum pulang. Nani pun memutuskan untuk tidur siang sejenak sambil menunggu kepulangan ayahnya.
Mayjen Sutoyo Sempat Pamit dengan Putrinya
Saat bangun dari tidur siangnya, ia mendapati ayahnya sudah ada di rumah pada sore hari. Namun, sang ayah rupanya hanya beristirahat sejenak dan segera bersiap-siap untuk menghadiri rapat di Istora Senayan.
Ketika akan berangkat menghadiri rapat, Sutoyo sempat berpamitan kepada putrinya itu. Siapa sangka, jika momen tersebut ternyata merupakan pertemuan terakhir.
"Sudah ya Nan, Papap pergi dulu," kata Mayjend Sutoyo dikutip dari Instagram @revolusi_bangsa1965, berdasarkan buku Kenangan Tak Terucap,Saya ayah dan Tragedi 1965.
Setelah pertemuan singkat itu, pada dini hari 1 Oktober 1965, Mayjen Sutoyo kemudian dijemput paksa dan tidak pernah kembali lagi.